NovelToon NovelToon
Rawon Kesukaan Mas Kai

Rawon Kesukaan Mas Kai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Beda Usia / Keluarga / Karir / Cinta Murni / Angst
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Bastiankers

Shana dan Kaivan, pasutri yang baru saja menikah lima bulan lalu. Sikap Kaivan yang terlalu perfeksionis kadang menyulitkan Shana yang serba nanti-nanti. Perbedaan sikap keduanya kadang menimbulkan konflik. Shana kadang berpikir untuk mengakhiri semuanya. Permasalahan di pekerjaan Kaivan, membuatnya selalu pulang di rumah dengan amarah, meluapkan segalanya pada Shana. Meski begitu, Kaivan sangat mencintai Shana, dia tidak akan membiarkan Shana pergi dari hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bastiankers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 28

Entah kemana perginya Kaivan, Shana benar-benar kehilangan kabarnya. Shana sudah menyuruh ‘seseorang’ untuk melacak keberadaan Kaivan. Benar-benar nihil. Dia gagal menemukan petunjuk.

Hari-hari terasa sangat berat. Bukankah memang seperti itu? Jika masalah tidak terselesaikan dengan baik, maka hanya meninggalkan perasaan gusar dan gamang yang berkepanjangan? 

Begitulah Shana. Dia frustasi berat. Sampai-sampai di beberapa pekerjaannya harus dilakukan oleh pekerja lain. Dia selalu menangis tanpa sebab. Selalu menangis dan menyakiti dirinya. Merasa bodoh. Merasa gagal. Dia benar-benar kehilangan kepercayaan diri.

Tante Mona, ibunya, pun tidak henti-hentinya memasang badan ketika anaknya dalam keadaan kacau seperti itu. Beliau juga menyuruh ‘seseorang’ untuk mencari Kaivan. 

Mungkin di sinilah yang membuat beliau sadar. Ternyata Shana memang secinta itu sama Kaivan. Mereka memiliki keterkaitan yang membuat Shana seperti sekarang. Jauh di lubuk hati beliau, tidak ada yang dia inginkan, melainkan kehadiran Kaivan sekarang. 

Beliau menjadi salah satu saksi dari keterpurukan Shana. Tidak jarang beliau mengantarkan Shana untuk bolak-balik ke dokter agar bisa memantau perkembangan janinnya. Beliau tidak ingin ada apa-apa pada mereka. 

Beliau juga sering datang tengah malam untuk menemani Shana. Mendengarkan keluhan Shana. Memeluknya erat ketika otaknya benar-benar buntu. Dan, masih memeluknya ketika putrinya benar-benar sudah terlelap. 

Bahkan, tak jarang beliau mengumpati Kaivan dengan air mata yang menggenang. 

Bukan hanya itu sebenarnya. Shana memiliki alasan lain kenapa dia bisa se-frustasi itu. Indung. Ya. Beliau lah yang menjadi alasan lain kenapa Shana sering menangis. 

Kesehatan Indung menurun drastis sepulangnya dari Jakarta. Sudah demam tiga hari dan belum mendapatkan perubahan hingga sekarang. Beliau juga sering menangis tanpa suara, dan hanya mengucapkan nama ‘Kaivan’. Begitu yang didengar Shana dari telpon Gista beberapa hari lalu.

Shana sangat merasa bersalah. Dia harusnya waktu itu tidak meladeni Raisa. Harusnya Shana dengan cepat menutup pintunya. Harusnya begitu. Namun, semua sudah terlambat. Ibarat nasi, sudah menjadi bubur.

“Kamu makan dulu, ya?” Tante Mona mendekati ranjang Shana. Duduk di sisi. Salah satu tangannya mengangkat semangkok bubur ayam hangat. Tangan lainnya bergerak menyendok.

Namun, “Bu … Shana benar-benar nggak nafsu makan,”lirih Shana. Matanya kembali menatap lurus. Pada daun pintu yang tirainya bergerak-gerak. Mungkin … dia masih berharap sosok itu hadir tergesa dan memeluknya.

Helaan nafas terdengar dari Tante Mona. “Mau sampai kapan, Shan? Kamu harus perhatikan kesehatanmu dan anak di perutmu. Tolong lah. Jangan bikin begini.”

Embusan nafas panjang terdengar berat dan lelah. Mata kosong itu telah menumpahkan cairannya. Dadanya terlalu sesak untuk mengatakannya lagi. Namun, dia tetap mengatakannya, “Bu … aku hanya mau Kaivan …”

Tante Mona mengangguk. “Ibu tahu. Ibu pun kalau tiba-tiba lihat Kaivan, akan ibu suruh pulang. Tapi …” Tante Mona menggeleng dengan sendu, “Ibu juga belum mendengarkan kabarnya. Entah berada di mana dia sekarang. Keberadaannya benar-benar hilang seperti ditelan bumi.”

Benar. Tidak ada yang mengetahui di mana Kaivan berada. 

“Makan, ya?”bujuk Tante Mona lagi. Dia tersenyum ketika Shana mengangguk pasrah. Mungkin saja perempuan itu tidak ada energi untuk melawan lagi. 

Sesuap. Dua suap. Shana memakannya dengan baik. Meski rasanya getir. Lidahnya kelu. Dan terasa kebas. Shana berusaha memakannya dengan baik.

Sampai di suap ke delapan, dia tidak membuka mulut lagi karena ponselnya bergetar hebat di meja samping ranjang. Ibu segera meraihnya. “Gista?”gumamnya.

Dengan cepat, ponsel itu berpindah ke tangan Shana. Shana tidak membutuhkan pemikiran apapun untuk mengangkatnya. Dia hanya melirik ibunya yang tampak beranjak dari ranjang untuk meletakkan piring bekasnya. “Halo?”

Kening Shana mengernyit. Dia tidak mendapatkan jawaban. Satu detik. Dua detik. Sampai detik ke sepuluh, di seberang sana masih belum bersuara. 

Kernyitan di dahinya semakin dalam, dan tiba-tiba saja dia terkesiap. Sesaat setelah suara tangis Gista terdengar bersahutan dengan yang lainnya. Ponsel Shana terlepas. Dadanya semakin sesak dengan helaan nafas tidak teratur. Entah mengapa jantungnya seakan berhenti. Dari seberang, suara Gista menggema. “INDUNG! JANGAN TINGGALKAN KAMI!”

...***...

Shana tiba di Bandung, tepat di kediaman Kaivan saat waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Beberapa orang yang memakai pakaian serba hitam tengah duduk-duduk di luar. Tampak berdiskusi tentang seseorang yang di dalam sana. 

Kaki Shana terasa lemas. Dia tidak mampu untuk keluar dari mobil. Tangannya menggenggam erat tas kecil yang dia bawa. Mencoba menahan sesak yang melanda di sudut hatinya. Tangan Shana terangkat, menyusut cairan yang sudah keluar di pelupuk mata.

Dengan sisa-sisa energi yang ada, Shana melangkah masuk ke dalam rumah. Langkahnya terasa berat. Seperti ada yang memegangi kakinya. Menahannya untuk tidak melangkah lebih jauh lagi. 

Beberapa orang yang tengah duduk di dekat pintu mulai menyadari keberadaan Shana. Mereka tahu siapa yang datang. Namun, dengan kernyitan di dahi mereka masing-masing, mereka tetap memberi jalan untuk Shana. 

Di sana, Shana melihat Gista, Laras, dan Puput tengah menangisi sebuah jasad yang sudah ditutupi kain kafan. Tas yang digenggamnya erat terlepas begitu saja. Shana berjalan mendekat dengan tubuh gemetar. Dia tidak menyangka saat ini akan tiba. Melihat dengan mata kepalanya sendiri seseorang yang menyayanginya tengah terbujur kaku.

Gista meraung-raung. Bahkan, saat melihat Shana. Matanya yang sayu dan sendu itu berteriak hebat pada Shana. Dia berteriak memanggil-manggil nama ‘Kaivan’. Namun, tidak ada jawaban. Karena Shana pun tidak tahu di mana keberadaan lelaki itu. Beberapa orang mulai menarik Gista dari sana. 

Tangan Shana terulur. Mencoba menyentuh kain yang menutupi tangan Indung. Shana menggigit bibirnya yang bergetar itu dengan kuat. Hatinya mencelos seiring dengan wajahnya yang mendekat pada wajah Indung. “Indung ….”

Sesak yang melanda begitu hebat. Membuat Shana tidak bisa mengutarakan semua perasaan bersalahnya pada Indung. Dia hanya menangis di sisi Indung. Tangannya memeluk sebagian tubuh Indung. Mengusap tangan yang sudah tertutup kain. Mengusapnya dengan perasaan sedih.

Seandainya ada Kaivan di sini. Shana tahu, laki-laki itu yang paling hancur karena kehilangan support system terbaiknya. Shana tahu, laki-laki itu akan merasa dunianya lenyap seketika. Seperti yang dirasakannya sekarang. Shana menangis di sisi Indung. Lama. 

Tidak memperdulikan beberapa orang yang mengusap punggungnya. Tidak peduli pada mereka semua. Shana hanya menyesali, mengapa dia tidak ada di saat-saat terakhir Indung? 

“Indung …”lirihnya lagi. Berharap seseorang yang tengah terbujur kaku itu hanya mengusilinya. Dia masih berharap seperti itu. 

Namun, kenyataannya, tidak. Seseorang yang paling menyayangi Shana dan Kaivan, sudah pergi. Dia benar-benar pergi. Tanpa harus menunggu seorang anak kecil memanggilnya ‘Nenek’.

1
kanaikocho
Alur yang brilian
Bastiankers
terima kasih sudah berkunjung
Kiran Kiran
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!