Arnetha Julia Richardo adalah seorang putri tunggal dari pengusaha kaya. Hidupnya sempurna, ayahnya seorang pengusaha kaya dan ibunya adalah seorang kepala rumah sakit besar. Hidupnya tak ada kekurangan apapun baik materi ataupun kasih sayang.
Arnetha biasa dipanggil Arne oleh teman-temannya. Arne juga memiliki sahabat bernama Aini, mereka adalah teman sekelas yg cukup akrab. Disisi lain, Arne juga memiliki kekasih tampan dan populer bernama Boy. Mereka sudah berpacaran sejak bangku SMA.
Suatu hari, Boy memutuskan hubungannya dengan Arne dan malah melamar Aini. Bukan hanya itu pula, saat pulang ke rumah, ada Aini dan ibunya Marta yg ternyata adalah simpanan ayahnya. Sejak hari itu, Arne dan mamanya Jeny pergi dari rumah karena diusir oleh ayahnya Arne, Richardo.
Bukan hanya hati Arne yg terluka tapi juga keluarganya hancur karena ayahnya yg mengkhianati mereka. Bagaimana Arne melewati kehidupannya yg pilu?? Dapatkah Arne menemukan belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP.18 Fitnah
Malam harinya, Arne pun kembali ke rumah sakit untuk bekerja sesuai jadwalnya. Dirinya pun kali ini bekerja dengan Kenzi, dan memiliki teman untuk bicara. Arne pun menceritakan kejadian kemarin pada Kenzi dan temannya itu pun terkejut.
"Akh.. itu gila, cuma pingsan saja seheboh itu? pantas para perawat sedang bergosip." ucap Kenzi.
"Ya.. begitulah Ken, pokoknya kau yg tangani tunangan wanita gila itu jangan aku." ucap Arne.
"Ya kau tenang saja, aku akan menanganinya." ucap Kenzi.
Kemudian mereka pun bekerja dan melakukan tugasnya masing-masing. Anderson pun lagi-lagi satu shift dengan Arne malam itu. Hingga Arne harus melaporkan segalanya pada Anderson.
Dan malam itu, Aini datang mengunjungi Boy. Dirinya pun dengan percaya diri mendatangi ruangan Boy sendirian.
"Sayang.." ucap Aini.
"Kau akhirnya datang juga." ucap Boy.
"Kau sendirian disini?" tanya Aini.
"Ya.. biarlah aku tak masalah." ucap Boy.
"Si Arna tidak cari perhatian denganmu kan?" tanya Aini.
"Tidak, aku bahkan tak melihatnya hari ini." jawab Boy.
"Pokoknya kalau dia mengajakmu bicara abaikan saja, dia itu hanyalah perempuan gatal." ucap Aini.
"Apa yg kau khawatirkan Aini, bukankah kita sudah bertunangan? dan kita akan segera menikah." ucap Boy.
"Tetap saja, wanita itu membuatku cemas jika didekatmu." ucap Aini.
"Aku mengerti, Aini aku merindukanmu." ucap Boy menarik Aini dan memeluknya lalu menciumnya.
Brak.. Pintu pun terbuka dan membuat suasana menjadi canggung. Dan Anderson pun memasuki ruangan dengan Kenzi.
"Tuan Boy, nampaknya anda sudah baik-baik saja." ucap Anderson memeriksa jarum infusnya.
"Benar aku sudah lebih baik." jawan Boy malu.
"Tapi ini rumah sakit, kuharap kalian menjaga sikap.. meski ini bukan urusanku tapi ada baiknya jika ingin melakukan sesuatu pada tempatnya." ucap Anderson menyindir secara halus.
"Maaf dok, aku mengerti." ucap Boy.
Kemudian Anderson pun memiksa kondisi Boy dan pergi. Sementara Boy dan Aini malu setengah mati karena hampir melakukan hal tersebut di rumah sakit.
"Sebaiknya kita tunggu sampai aku keluar dari sini." ucap Boy.
"Itu benar." ucap Aini.
Ya, keduanya memanglah sangat tak sopan karena sampai nekat ingin melakukan hal itu di rumah sakit. Untungnya yg datang Anderson, dan hanya memperingati mereka. Mungkin jika staf rumah sakit lain mereka takkan segan untuk melaporkannya.
Malam pun semakin larut, dan Aini harus pulang agar tidak dimarahi orangtuanya. Meski dirinya ingin sekali menemani Boy malam ini. Aini pun akhirnya berpamitan pada tunangannya dan keluar dari kamar Boy.
Aini pun berjalan dan melihat Arne sedang menuju ke UGD. Arne pun terlihat terburu-buru, dan Aini mengejarnya karena mungkin saja bisa mempermalukan Arne kali ini.
"Arne tunggu.." panggil Aini tapi Arne tak mendengar dan bergegas menuju ke UGD sesuai panggilan.
Arne pun tiba di UGD untuk mengecek pasien yg butuh pertolongannya. Dan Aini mengikutinya dengan tujuan menjatuhkan nama baik Arne. Di ruangan tersebut ada beberapa korban kecelakaan yg harus mendapatkan penanganan.
Arne menghampiri beberapa perawat dan menanyakan kondisi pasien tersebut. Langsung saja Arne memberikan tindakan tapi Aini menarik tangannya.
"Arne.." ucap Aini.
"Ada apa? jangan masuk ke ruangan ini sembarangan." ucap Arne.
Dan Aini melihat ada banyak darah dari para korban kecelakaan. Dirinya pun langsung syok dan lemas.
"Ck.. menyusahkan sekali." ucap Arne.
"Kalian urus pasien ini, aku akan membawa wanita ini ke tempatnya." ucap Arne.
Arne pun menuntun Aini ke ruangan Boy dan meminta Boy untuk menghubungi keluarga Aini.
"Tolong urus tunanganmu, dia mengikutiku sampai UGD dan entah apa maunya, lalu melihat darah dan jadi begini." ucap Arne.
"Apa Aini baik-baik saja?" tanya Boy.
"Dia hanya syok, aku sudah meminta perawat menanganinya untuk anisipasi.."
"Aku buru-buru, ada pasien darurat.. kau urus dia." ucap Arne lalu meninggalkan Aini dan Boy.
Arne pun kembali ke UGD dan menangani pasiennya. Ada banyak sekali korban kecelakaan malam ini. Dan masih ada korban yg akan datang sebentar lagi. Arne pun akan sangat sibuk beserta rekan-rekannya yg bertugas malam ini.
Ditambah lagi korban terus berdatangan membuat beberapa ruangan penuh. Mau tak mau mereka harus cepat menangani semuanya agar semua nyawa terselamatkan.
"Kenzi, panggil prof Anderson dan senior yg lain.. sepertinya akan butuh tindakan operasi." ucap Arne.
"Kau benar, kondisinya cukup parah." ucap Kenzi.
Kenzi pun segera menghubungi Anderson dan beberapa seniornya untuk meminta bantuan karena ada banyak pasien malam ini.
Datanglah, seorang pasien yg dalam kondisi kritis dan sangat membutuhkan tindakan operasi. Arne pun memeriksa keseluruhan agar tak terjadi kesalahan. Dan memang pasien itu butuh tindakan operasi segera.
"Prof.. kemarilah ada pasien kritis." panggil Arne.
"Bagaimana keadaanya?" tanya Anderson dan Arne menjelaskan kondisi kritis pasien tersebut.
"Kalian siapkan ruang operasi, dan kau Arne bantu aku.. yg lainnya tangani yg bisa segera ditangani." ucap Anderson.
Mereka pun bergerak cepat untuk menyelamatkan nyawa orang-orang tersebut. Apalagi ada pasien yg kondisinya kritis dan butuh tindakan operasi sesegera mungkin.
Arne pun mengganti pakaiannya karena akan memasuki ruangan operasi. Tapi saat menuju ke ruangan, tangannya ditarik oleh seseorang.
"Aduh.." ucap Arne kesakitan.
"Papa.. ada apa?" tanya Arne bingung.
Plaakkk..
"Apa-apaan ini?? aku salah apa?" tanya Arne.
"Kau salah apa?? bagaimana bisa kau membuat trauma Aini dengan menunjukkannya darah." ucap Richard marah.
"Dia yg main masuk ke ruang UGD dimana ada banyak darah dari korban kecelakaan.. Dimana letak salahku?" tanya Arne kesal.
"Kau harusnya mencegahnya." ucap Richard.
"Aku bahkan tak tahu kedatangannya, jadi papa minggir aku sedang bekerja."ucap Arne pergi meninggalkan Richard.
"Aku menunggumu di taman." ucap Richard.
"Ya terserah, nyawa pasienku lebih berarti daripada keluhan anak kesayangan papa." balas Arne.
Arne pun menuju ke ruang operasi, dan dirinya berpapasan dengan Anderson. Anderson melihat pipi Arne yg merah bekas tamparan.
"Kau baik-baik saja?" tanya Anderson.
"Aku baik-baik saja, pasien kita yg tak baik-baik saja." balas Arne.
"Kau benar, apapun yg terjadi aku takkan mengampunimu jika berbuat kesalahan." ucap Anderson.
"Baik prof." ucap Arne.
Mereka pun memasuki ruang operasi dan melakukan pekerjaannya dengan baik. Setelah operasi selesai Anderson keluar lebih dahulu, baru Arne menyusul dibelakangnya. Keluarga pasien pun nampak berterimakasih padanya dan Anderson karena nyawa anak mereka selamat.
"Terimakasih banyak dokter.. kami sangat berterimakasih."
"Iya bu, Pak.. semoga putra kalian lekas sembuh.. kalian bisa menemuinya setelah pasien di ruangannya." ucap Arne.
"Baik dok."
Arne pun sudah selesai dengan tugasnya dan kini harus bertemu dengan ayahnya yg entah apa maunya. Arne pun pergi ke taman yg dijanjikan.
"Akhirnya kau datang." ucap Richard.
"Jelaskan ada apa?" tanya Arne.
"Kenapa kau terus menyakiti dan mengganggu Aini.?" tanya Richard.
"Aku?? aku bahkan tak peduli padanya." balas Arne.
"Lalu kenapa Aini bilang kau memperlihatkan darah di hadapannya." ucap Richard.
"Apa papa lupa kalau aku seorang dokter yg bekerja di rumah sakit, darah bukan apa-apa bagiku dan setiap harinya aku harus melihatnya. Lalu kenapa papa tidak tanya kenapa dia mengikutiku sampai ruangan UGD dan malah menyalahkanku? Ha??" tanya Arne kesal.
"Tapi Aini hanya ingin bicara denganmu." ucap Richard.
"Harusnya dia lihat situasi, aku sedang bekerja dan nyawa pasienku ada di tanganku.. Dan untuk apa dia memaksa masuk ruang UGD? sepenting apa urusannya denganku?" tanya Arne.
Plakkk..
"Arne kau sudah kelewatan." ucap Richard.
"Papa sudah menamparku 3x.. kuharap papa tidak sial setelah ini." ucap Arne meninggalkan Richard.
"Arne..!!" teriak Richard.
Sementara itu ada yg melihat Richard menampar Arne dan tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
kenapa gk sekalian ketiban bom
🤣🤣🤣
hehheeh laki2 didunia halu memang meresahkan