NovelToon NovelToon
Dikira Ojol Ternyata Intel

Dikira Ojol Ternyata Intel

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pilips

Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecurigaan

Perlahan, mata pria itu terbuka. Secerca sinar matahari cukup mampu memicingkan pandangannya. Ia meringis kesakitan. Diraihnya telepon genggam. Terlihat darah kering membalur tangan kokohnya.

“Saya gagal, Pah,” lirih suara Ali. Bibirnya pucat pasih, “saya gagal melaksanakan tugas.”

Pria yang ia panggil Papa tak lain dan tak bukan adalah pimpinannya sendiri, Pak Abraham.

(Dimana lokasimu, Al?!) tanya suara berat itu dari balik sambungan.

“Gang,” jawabnya dengan seluruh sisa tenaga, “gang …, belakang kos putri.” Aliando oleng. Kembali tak sadarkan diri. Kepalanya lunglai ke samping, ponselnya jatuh ke bawah.

***

Rumah Sakit Ciputro. Pukul 19.00 WIB

Dalam ruang perawatan. Dua orang pria berbaju polisi lengkap sedang berdiri. Satunya nampak cemas, satunya lagi bermuka kesal, dialah Baskara Putra Pratama. Saudara tak sedarah dari Aliando Putra Perdana.

Seperti mayat yang bangkit dari kubur. Pria berparas model rupawan itu mengambil napas seolah paru-parunya tak pernah di isi oksigen. Matanya membelalak.

“Ali!” Pak Abraham memeriksa keadaan putra angkatnya. Dia menyenggol lengan Baskara untuk segera memanggil tim medis. “Dokter! Panggilkan dokter!”

Baskara berdecih kesal, pria tinggi berbadan atletis itu berjalan malas menuju pintu. “Dok …, mayat hidupnya sudah sadar,” ujar Baskara tak terdengar siapa pun di koridor ruangan.

Karena Pak Abraham emosi. Ia menoyor kepala anaknya. “Kamu apa-apaan, sih? Kamu seperti bukan polisi! Loyo!” Pak Abraham dengan mata menyala-nyala menarik napas dan mengumpulkan tenaganya untuk berteriak, “Dokteeerrrr! Pasien sudah sadarrr!”

Perawat yang tengah molor di meja sirkulasi sontak terbangun kaget. Liurnya berhasil membentuk Pulau Bali.

Karena sudah autopilot. Perawat itu segera menelfon dokter yang bersangkutan, “dok, pasien Anda sudah sadar.”

(He? Pasien yang mana? Hari ini banyak pasien yang saya tangani.)

“Yang ganteng, dok!” seru riang perawat centil itu.

(Polisi?)

“Nice!”

(Otw!)

Selang satu menit, tim dokter segera datang menuju ruang perawatan VIP Aliando Putra Perdana. Ia memeriksa Ali dengan seksama. Dilebarkan kedua mata Ali yang masih sayu. Disenter oleh sang Dokter. “Semua sudah oke, Komandan.”

“Apanya yang oke? Kamu pikir dia ini seragam?” kata Pak Abraham melotot.

“Bu … bukan begitu, komandan. Pak Polisi tampan ini sudah dalam kondisi yang stabil.”

“Lukanya?” tanya Baskara tiba-tiba.

“Pasien harus istirahat selama sebulan penuh. Tidak boleh melakukan rutinitas terlalu berat apalagi menangkap pencuri,” jawab dokter berkacamata pantat botol itu sambil tersenyum ramah seperti dokter yang terbiasa menangani anak kecil.

Baskara nampak tidak suka dengan penjelasan dokter tersebut. Ia memilih keluar namun Pak Abraham membentaknya di depan banyak dokter. “Mau ke mana kamu?!” Tunjuk Komisaris Jendral Polisi tersebut.

“Mau nyebat, Pih,” ujar Baskara mengeluarkan sekotak rokok malboro. “Masa iya harus ngerokok di dalam ruangan orang yang nyaris melayang jiwanya?” beo Baskara tersenyum miring ke arah Ali yang masih terbaring lemah.

“Jada bicara kamu, Bass!”

Namun, Baskara segera pergi dari sana. Rasa bencinya terhadap Aliando kian memuncak setiap harinya. Dari kecil sampai saat ini, Baskara selalu merasa tersaingi oleh Aliando. Bukan hanya masalah pekerjaan, melainkan pendidikan dan juga percintaan.

***

Gadis berambut panjang hitam tengah duduk gelisah di atas kasur. Sudah berjam-jam ia meremas jarinya, mengigiti bibir bawahnya karena khawatir, suami tiba-tibanya itu belum juga kembali.

“Mana aku gak tahu lagi dia tinggal di mana, huh.”

“Nanti juga pulang!” teriak Pak Kaget dari balik gorden kamar Laras. Kesal melihat putrinya sangat perduli pada pria selain dirinya. “Namanya juga kang ojek, wajarlah pulang malam. Apalagi dia harus nyari nafkah lebih! Sekarang dah punya bini ditambah sebentar lagi kamu bakalan melahirkan anak!”

Mendengar kalimat terakhir, Laras berbalik. Hidung imutnya kembang kempis sambil melirik sang Ayah. “Bapak kenapa, sih? Bahas jelek mulu?” gerutu Laras.

“Jelek apa, toh? Kenyataan!”

“Kalo gak hamil ya anak har*m lah. Laras gak percaya Bapak bisa ngomong gitu ke Laras.”

Perlahan air mata gadis itu menetes. Ini semua hanyalah kesalahpahaman belaka. Laras tidak hamil dan dia tak pernah melakukan hubungan suami istri.

“Bapak tega ….” isak gadis itu menutup wajah mungilnya.

Pak Kaget hendak bicara lagi tapi istrinya segera menariknya menjauh. Tinggallah Laras seorang diri di dalam kamar menangis tersedu. Ingusnya jatuh ke lantai dan dia tak perduli. Ia hanya ingin tahu kabar suami tiba-tibanya itu.

***

Ali segera memaksakan diri untuk beranjak dari tempat tidur rumah sakit. Ia memasukkan ponselnya ke dalam jaket yang dibawa oleh Pak Abraham untuk dirinya. Perlahan, Ali berjalan pelan membuka pintu.

Kepalanya mengedar ke seluruh penjuru. Lift yang ada di ujung sana sepi. Segera ia menuju ke sana. Ketika berada di dalam lift, ia segera menelfon seseorang.

“Tolong bawa motor supra gue di dekat rumah sakit ciputro, sekarang!”

(Tapi lo harus dirawat, Al!)

“Gak! Gue gak mau lama-lama di sini. Banyak persoalan yang harus gue pecahin sekarang!” kata Ali bersikeras. Tangannya masih gemetar ketika memegang ponsel.

(Pecahin apa lagi, sih? Lo udah dikeluarin dari kasus itu!)

“Bukan itu, Pras!” seru kesal polisi intel berwajah gagah tersebut. Ia melanjutkan, “Kalau lo gak mau bantuin gue, yaudah. Gue bisa sendiri. Ali mematikan sambungan. Kini, ia berada di lantai paling bawah.

Di depan sana, dengen jelas ia melihat Baskara tengah berbincang dengan seorang dokter muda. Mata Aliando memicing. “Bukannya itu si Dokter kacamata pantat botol?”

Dada Ali mulai naik turun. Dalam hatinya, mulai saat ini, ia harus waspada dan tak mempercayai saudara angkatnya itu. Kecurigaan jelas terpatri dalam benaknya.

Kalau sampai kamu terbukti berkomplot dengan pengedar, Bass …, jangan salahin aku kalau kamu berakhir di dalam penjara.

Begitu kata Aliando dalam hatinya.

Akan tetapi, tanpa Aliando ketahui, kebohongan Baskara tidak hanya sampai disitu saja. Masih ada kejahatan yang belum Ali ketahui sampai saat ini juga. Baskara Putra Pratama, menyimpan rahasia yang berhubungan dengan masa lalu Aliando Putra Perdana.

1
widya widya
lanjutt Thor.. seru
Laksmi Dewi (Pilips): up tiap hari kak, pantengin yaaa..
total 1 replies
widya widya
Ceritanya seru dan kocak.
widya widya
Seru dan kocak.
Laksmi Dewi (Pilips)
Karya pertamaku di Noveltoon
Rian Moontero
bukan cerita komedi,,tpi bikin aq ketawa🤣🤣🤸🤸
Laksmi Dewi (Pilips): jangan lupa mingkem kak
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
Laksmi Dewi (Pilips): makasih kak
total 1 replies
Alucard
Jalan ceritanya memukau!
Laksmi Dewi (Pilips): novel ini up tiap hari kak, makasih atas komentarnya
total 1 replies
Risa Koizumi
Masuk ke dalam cerita banget.
Laksmi Dewi (Pilips): sip kak, lanjutkan. novelnya up tiap hari
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!