cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
"Baiklah itu saja yang ingin kubagikan, yang terakhir, aku ingin, dengan tulus berterimakasih pada wali kelas kami dan para guru yang bersedia mengajari anak kami tanpa pamrih dan kalian sudah bekerja keras, sekali lagi terimakasih" ucap bu cici berterimakasih dan mengakhiri penjelasannya.
Semua yang hadir memberikan tepuk tangan dengan kompak, merasa lega setelah bu cici selesai berpidato dan kembali duduk.
"Asal kamu tahu, kaus kakimu itu bau, cucilah sendiri, jangan menyuruh orang lain" ucap ayah lian sambil mengibaskan-ngibaskan tangannya.
"Ayah aku tidak seperti itu" ucap jihan sambil tertawa geli.
Saat semua bertepuk tangan, mata pak Alek tertuju pada jihan dan ayahnya yang terlihat saling bercanda dan tertawa lucu.
"Jihan, apanya yang lucu?, Selanjutnya adalah ayahnya jihan, silahkan memberikan sedikit sambutan" ucap pak Alek memberikan kesempatan pada lian untuk berbicara di depan umum.
Lian terlihat gugup dan salah tingkah.
"Assalamualaikum, semuanya, aku ayahnya jihan, jihan ini sangat nakal, maaf jika dia sering menyusahkan para guru" ucap lian tegas membuat jihan merasa malu dan menekuk wajahnya, merasa takut jika ayahnya salah bicara, karena selama ini dirinya sering membuat masalah.
"Ayah jihan, apakah jihan masih mengambil kelas seni di akhir pekan?" Tanya pak Alek.
"Benar" jawab lian cepat.
"Apakah anda mendorongnya menuju karir seni?" tanya pak Alek lagi.
"Aku tidak berfikir sejauh itu, selama ini dia melakukan sendiri, jihan memang suka menggambar, jadi, aku hanya mengatakan jika kau suka maka lakukanlah" jawab lian berhati-hati supaya tidak salah berbicara.
"Waktunya akan lebih baik jika digunakan untuk belajar dengan giat, jika di masa depan ingin mengembangkan keterampilan seninya, di tahun kedua semester kedua kita bisa memiliki rencana terpadu" nasehat pak Alek.
"Tapi, pak.. " ucap lian terpotong
"Terimakasih atas pidatonya, Hanya penjelasan singkat, kita beri kesempatan pada yang lainya" sahut pak Alek berterimakasih pada ayahnya jihan.
Lian kemudian mengucapkan salam dan kembali duduk.
"Kita lanjutkan, mana orang tuanya freya" ucap pak Alek kembali bertanya nama orang tua siswa untuk memberikan pendapat tentang metode cara belajar yang baik.
Sesaat kemudian acara pertemuan wali murid dan wali kelas berakhir.
Dikantin sekolah Nusa Harapan, seperti biasa jihan tengah menikmati jam istirahat bersama kedua kakaknya, namun kali ini sedikit berbeda, ada mia ditengah kebersamaan mereka, jihan duduk santai sambil mengerjakan tugas sekolah yang belum selesai dikerjakan.
"Cuma pembahasan singkat, pembahasan singkat saja, kalian lanjutkan saja, aku lelah belajar" sahut jihan setelah selesai mengerjakan tugasnya, entah benar atau salah jawaban yang dikerjakannya, karena merasa bosan terus menerus belajar.
"Siapa siswa yang mendapat peringkat ketiga?" ucap jihan dengan tingkah konyolnya.
"Jangan berlebihan, Jika kamu adalah gurunya, apakah kamu menyukai jenis siswa yang belajar dengan baik, siswa yang baik, atau siswa yang buruk dan tidak perduli, yang selalu main-main setia hari?" Tegur rangga.
"Iya, aku mengerti, hanya pembahasan singkat, lanjutkan saja tugas kalian, kerjakan yang benar" perintah jihan pada zidan, dan mia yang tetap fokus mengerjakan tugas meskipun melihat kekonyolan jihan.
"Apalagi yang dikatakan tentang ayah" tanya zidan.
"Aku tidak tau, setelah membiarkan orang tua dari siswa terbaik berbagi cerita, mereka mengusir semua siswa" ucap Jihan, menoleh ke sisi kanan dan sisi kiri, mencari sesuatu yang terlihat menarik, lalu ia melihat tas kecil milik rangga, kemudian mengambil dan melihat isi tas tersebut.
"Apa ini?" Tanya Jihan mengambil kertas warna pink berbentuk hati dan menunjukkan pada semuanya.
"Mungkin surat cinta, bentuknya saja seperti itu" jawab mia.
Rangga langsung menyambar kertas itu lalu merobeknya dan membuang ke tempat sampah.
"Astaga, kenapa kakak merobeknya?, aku belum sempat membaca isinya" protes jihan kesal.
"Siapa yang memberikannya untukmu?" Tanya Jihan penasaran.
"Tidak tau" jawab rangga menunduk sambil membaca buku pelajaran.
"Itu benar, kamu seharusnya fokus belajar? jangan sampai teralihkan oleh hak-hal seperti ini, apa kamu tahu dia ini alergi dengan perempuan" ucap Jihan sambil menepuk-nepuk pundak rangga.
"Jika ada siswi yang berisik dia akan kesal" sahut zidan.
"Apa kamu tidak alergi? Lapangan basket penuh dengan pemandu sorak" ucap jihan bertanya.
"Bagaimana bisa sama?, Begitu keras dan menjengkelkan, siapa yang tahan?" ucap zidan.
"Kakak, aku tau, kamu suka dengan wanita yang lembut dan pendiam, tapi ingat kamu sudah terikat persaudaraan dengan keluarga kita, jadi kamu harus bisa bertahan" ucap jihan bersemangat.
"Hei, kamu juga sudah terikat, janji suci dengan keluarga rangga, jangan hanya fokus padaku saja" ucap zidan.
"Janji suci pernikahan maksudnya" ucap mia bertanya karena tidak mengerti dengan maksud yang dibicarakan jihan.
"Maksudnya, aku ingin ayahnya menjadi ayah angkatku dan dia menjadi kakakku, tapi tiba-tiba dia berlutut dan melamar, jadi kami memiliki sudah berpacaran sejak kecil" ucap jihan kemudian meletakkan kepalanya di pundak rangga.
"Kerjakan saja, tugasmu" ucap rangga sambil mendorong kepala gadis itu menjauh darinya.
Mia tersenyum tipis, melihat kebahagiaan Jihan dan kedua saudaranya, ia mengambil mengambil soft drink di depannya kemudian meminumnya dengan perlahan.
"Kenapa kamu meminum punyaku? Tanya zidan pada mia.
Mia menoleh ke arah zidan, mencoba memahami maksud ucapan nya.
"Jika kamu minum punyaku, aku harus minum apa? Tanya zidan lagi.
Mia nampak bingung, menoleh ke sisi kiri, terlihat ada soft drink miliknya, kemudian meletakkan kembali soft drink yang telah diminum sampai habis.
"Maaf, sudah habis, biar aku belikan lagi untukmu" ucap mia bergegas pergi menuju kasir untuk mengganti minuman zidan.
"Kakak keterlaluan" ucap jihan menyalahkan zidan.
"Dia yang keterlaluan, masa punyaku diminum sampai habis" jawab zidan menunjukkan gelas yang sudah kosong.
Zidan tersenyum melihat tipis, menoleh ke arah gadis itu yang bersedia membelikan minuman baru untuknya.
***
Malam harinya keluarga lian berkumpul untuk menikmati makan malam bersama.
Namun kali ini, tidak terlihat bu Kiki ditengah-tengah mereka, ia pergi berkunjung ke rumah putranya yang lain, yang berada di Tulungagung.
"Kira kira berapa lama nenek di sana" tanya Jihan pada ayah lian.
"Entahlah, ayah tidak, katanya kangen dengan cucunya, sofia" jawab lian.
"Sofia, kelas berapa sekarang" tanya jihan.
"Diakan satu tahun lebih tua darimu mungkin saja, sekarang kelas sebelas" jawab lian lagi.
"Jihan bagaimana dengan nilai ujianmu" tanya pak hari memotong pembicaraan antara ayah dan anak.
"Ketika ada siswa dengan nilai bagus, maka akan ada siswa dengan nilai buruk" jawab lian setelah mengambil lauk dan meletakkan di piringnya.
"Tidak apa Jika nilainya buruk, yang penting tidak kamu masih memiliki semangat" ucap pak hari.
"Yang menjadi masalah adalah memiliki nilai buruk dan kamu bangga karenanya, kamu hanya harus melakukan yang terbaik, mengerti?, Tidak masalah Jika kamu tidak bisa belajar dengan baik, yang penting bisa naik kelas!" ucap lian.
"Alhamdulillah, terimakasih sudah menjadi ayah yang pengertian, aku sangat bahagia dan jadi terharu" ucap jihan sambil mencium tangan ayahnya bekali-kali.
Ditunggu komentarnya.