NovelToon NovelToon
Forbidden Love

Forbidden Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang
Popularitas:416
Nilai: 5
Nama Author: Fallenzio

seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

part 3

Hari demi hari, Nabillah menjalani masa pelatihan, dan hari ini adalah hari terakhir mereka mengikuti masa pelatihan tersebut.

Dengan penuh rasa syukur, hingga saat ini tidak ada gejala yang mengkhawatirkan, meskipun tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini. Apalagi untuk hari ini, Nabillah diminta untuk maju ke depan dan menunjukkan kemampuannya di hadapan orang-orang hebat.

Menunggu untuk dipanggil, Nabillah terus berdoa agar bisa berbicara dengan lancar. Setelah beberapa menit, akhirnya nama Nabillah dipanggil. Ia pun berdiri dan melangkah maju ke depan, lalu mengambil mikrofon.

"Terima kasih dan tepuk tangan untuk Mr. Kim," ucap Nabillah, dan semua orang di sana pun bertepuk tangan.

"Sebelum saya memulai, izinkan saya untuk memberikan salam dan memperkenalkan diri," lanjut Nabillah.

"Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," kata Nabillah, sambil menetralkan detak jantungnya.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka serempak.

"Perkenalkan, nama saya Nabillah, saya berasal dari center Pondok Ranji..." lanjut Nabillah.

Setelah memperkenalkan dirinya, Nabillah mulai menjelaskan tema dari pelatihan tersebut dengan jelas dan terstruktur, membuat orang-orang hebat yang ada di sana terpukau dan mengagumi penjelasannya.

Setelah selesai, Nabillah menerima pujian dari CEO, yaitu Mr. Kim dan Mr. Lee.

Memang tidak diragukan lagi, ketika Nabillah menjelaskan sesuatu, semuanya tersusun rapi dan mudah dipahami, sehingga orang-orang di sana bisa mengerti dengan jelas.

Selepas pelatihan, mereka pun pulang ke center masing-masing. Karena esok adalah hari Minggu, mereka memutuskan untuk pulang lebih awal agar bisa beristirahat dan kembali aktif keesokan harinya.

Sesampainya di rumah, Nabillah segera merebahkan tubuhnya ke kasur. Ia sangat merindukan kenyamanan tiduran di kamar sendiri. Setelah itu, ia mulai membuka ponselnya. Ternyata banyak sekali pesan yang masuk. Salah satunya adalah pesan dari Erika.

Erika KHL

Kak bil,

Tadi ada yg minta nomor mu

akhirnya aku kasih

^^^Bil^^^

^^^Siapa?^^^

Erika KHL

Tamu baru kayak nya

Dia juga nanyain kamu dimana tadi

^^^Bill^^^

^^^Oh tidak apa^^^

^^^Mungkin saja mau tanyain tentang reaksi^^^

Erika KHL

Ganteng loh kak Bill orang nya

^^^Bill^^^

^^^Tidak menarik^^^

Erika KHL

🤨🥲

Nabillah memilih untuk tidak membalas pesan dari Erika. Ia meletakkan ponselnya di meja, lalu memejamkan mata.

Baru beberapa menit, Nabillah sudah terlelap dan memasuki alam mimpi. Mungkin karena tubuhnya yang kelelahan setelah hari yang panjang.

Sementara itu, di tempat lain, seorang pemuda memikirkan seseorang yang dirindukannya. Ia meluapkan perasaannya dengan menyanyikan sebuah lagu yang sesuai dengan isi hatinya, diiringi petikan gitar yang ia mainkan sendiri.

SKIP

Hari Senin pun tiba. Seperti biasa, Nabillah bersiap untuk berangkat kerja. Ia merasa tak sabar menyambut kedatangan kedua orang tuanya, yang begitu dirindukannya.

Selama masa pelatihan sebelumnya, Nabillah mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat. Ia juga memetik pelajaran berharga yang dapat ia gunakan untuk masa depannya.

Nabillah merasa beruntung mendapatkan pekerjaan yang membuatnya nyaman. Rekan-rekan kerjanya selalu mendukung tanpa membanding-bandingkan satu sama lain. Di tempat kerjanya, ia juga bertemu banyak orang tua yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri.

Sesampainya di tempat kerja, Nabillah disambut hangat oleh semua orang. Hari itu, ia kembali menjalankan tugasnya seperti biasa. Namun, banyak yang bertanya tentang ketidakhadirannya selama seminggu terakhir.

Dengan ramah, Nabillah menjawab pertanyaan mereka. Keramahannya inilah yang membuat Nabillah disukai oleh para orang tua di sana. Bukan hanya karena wajahnya yang cantik, tetapi juga karena sikapnya yang sopan dan penuh hormat kepada yang lebih tua.

Saat melirik ke arah pintu, Nabillah melihat seseorang yang duduk di dekat sana. Ia menghampirinya dengan senyum ramah.

"Alhamdulillah, Mama Ey akhirnya datang kembali. Bagaimana kabarnya, Ma?" tanya Nabillah sambil menggenggam tangan Mama Ey dengan lembut.

"Puji Tuhan, Nak. Badan Mama sudah mulai enakan, tidak merasakan sakit lagi. Kamu kemana saja?" jawab Mama Ey dengan hangat.

Mendengar kabar baik itu, Nabillah ikut senang. Ia yakin bahwa semua pasien yang menjalani terapi di tempat itu akan mendapatkan kesembuhan, meskipun butuh proses.

"Saya mengikuti pelatihan, Ma. Oh iya, Kak Delvin mana?" tanya Nabillah, mencari keberadaan pemuda itu.

"Tadi keluar. Katanya mau ke Alfa dulu. Oh iya, Mama bawa keluarga Mama," jawab Mama Ey sambil menunjuk seseorang di sampingnya.

Nabillah tersenyum lalu berjongkok di depan wanita yang diperkenalkan sebagai Mama Erlita. "Siapa namanya, Ma?" tanya Nabillah dengan lembut.

"Erlita," jawabnya pelan. Suaranya terdengar tidak jelas karena kondisi mulutnya yang kaku.

"Nama yang cantik," puji Nabillah. "Mama ikut saya, ya. Tunggu di sana saja," lanjutnya sambil menunjuk alat terapi yang kosong.

Nabillah memutuskan untuk membantu Mama Erlita karena melihatnya tampak lelah setelah menunggu lama. Hari itu memang sangat ramai, meskipun waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.

Ia menuntun Mama Erlita menuju tempat terapi, diikuti oleh Andika dan Mama Ey.

"Mama duduk di sini sambil mendengarkan penjelasan dari sfaff lain," ujar Nabillah sambil membantu Mama Erlita meluruskan kakinya.

Setelah memastikan semuanya nyaman, Nabillah berpamitan. "Saya permisi dulu, ya," katanya kepada mereka bertiga sebelum pergi ke kantor untuk mengambil kartu absen pasien.

Saat berjalan di lorong, Nabillah tidak sengaja berpapasan dengan Delvin. Namun, ia terlalu asyik dengan ponselnya hingga tidak menyadari keberadaan pemuda itu.

Tanpa sengaja, ia menabrak dada bidang Delvin. "Aduh, maaf, Pak, saya tid—Kak Delvin!" Nabillah mendongak, terkejut mendapati bahwa orang yang ditabraknya adalah Delvin.

"Kak, maaf, saya tidak sengaja," lanjutnya dengan nada menyesal.

"Tidak apa-apa. Kamu mau ke mana?" tanya Delvin sambil menahan diri agar tidak memeluk Nabillah. Entah mengapa, sejak bertemu Nabillah, ia merasa tertarik dan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

"Saya mau ke kantor sebentar, Kak, mengambil buku absen," jawab Nabillah.

Delvin mengangguk. Sebelum pergi, ia berkata, "Nanti malam aku akan menghubungimu."

Nabillah yang mendengar hal itu merasa bingung. "Hah?" hanya itu yang sempat ia ucapkan sebelum Delvin pergi meninggalkannya.

Nabillah hanya bisa menatap punggung Delvin yang menjauh, namun ia memilih untuk tidak memikirkannya terlalu jauh. Ia pun melanjutkan langkahnya ke kantor untuk mengambil kartu absen.

TBC...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!