"Kenapa kau pergi, Al? Bagaimana nasib anak kita yang sebentar lagi akan lahir? Kenapa semesta sangat tega! Kenapa kau meninggalkan kami, Alan!" Angelina Blaire menangis histeris sembari memeluk kemeja yang biasa dipakai oleh suaminya.
Angelina yang terpukul mengalami gangguan mental di penghujung kehamilannya. Ia selalu menganggap bahwa Alan masih hidup. Bahkan, salah mengira jika Adam adalah suaminya.
Hal itu membuat Damian Jackson, menganjurkan agar putra pertamanya itu menikahi istri dari mendiang putra keduanya.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka selanjutnya, setelah Angelina menyadari bahwa selama ini suaminya bukanlah Alan, melainkan Adam?
Sekuel dari novel Salah Kamar ( Adik iparku, Istri ku )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18. Tidak Bisa Menunggu Lagi.
Laura mengisyaratkan agar Adam memberikan waktu untuk mereka bicara berdua mengenai masalah Angelina. Namun, Adam bingung mengalihkan perhatian Angelina daripadanya.
Datanglah, Katie. Ia mengajak Angelina untuk menyiapkan makan siang. Karena, Angelina akan setuju melakukan sesuatu jika itu berhubungan dengan suaminya.
"Baiklah, Mom. Aku akan membantumu," Angelina berusaha bangun meski terlihat susah. Dan anehnya dia hanya mau Alan yang membantunya berdiri.
"Aku tunggu di sini. Aku ingin makan siang dengan hasil masakan istriku tercinta," rayu Adam. Berusaha menciptakan suasana hati yang bagus bagi Angelina.
"Cinta ... ya, aku percaya padamu. Karena, aku lebih mencintaimu, lebih dan lebih." Angelina menatap pria di hadapannya ini dengan sorot mata penuh arti. Membuat dia wanita lain di sana tersedak udara.
Ekhemm!
Terpaksa Katie memberi kode. Karena dia tau jika perawan di sebelahnya yang tak lain adalah, Laura sedang panas dingin melihat kemesraan pasangan suami istri didepan mereka ini.
Adam terpaksa bersikap mesra terhadap Angelina di hadapan orang lain. Karena, kalau tidak begini maka Angelina akan selalu menempel padanya. Sementara, ia ada pembahasan serius dengan Laura. Psikolog yang menangani masalah kejiwaan istrinya itu.
Angelina pun berlalu setelah beberapa saat mendapat perlakuan manis dari Adam. Lelaki tersebut, berkali-kali membungkukkan tubuhnya dihadapan Laura.
"Sudahlah, Ad. Hentikan!" titah Laura. Agar Adam menghentikan perilakunya. Laura paham jika, pria itu merasa tak enak hati padanya. Karena, bagaimanapun mereka kenal cukup lama. Namun, Adam tidak mengetahui jika ternyata wanita yang terpaut usia enam tahun diatasnya
ini, menyimpan perasaan mendalam padanya.
"Aku sangat malu. Tapi aku harus melakukannya, di depanmu agar Angelina percaya jika aku--"
"Kau tidak perlu menjelaskannya padaku, Ad. Aku bahkan sudah paham mengenai hal itu dari siapapun juga," sela Laura. "Ah ya, kita mulai saja membahas bagian terpenting dari apa yang sudah aku tangkap terhadap curahan hati Angelina padaku. Angelina, akan terus merasa cemas dan khawatir, kau akan meninggalkannya karena, kalian belum berhubungan intim semenjak ia menganggap dirimu adalah Alan."
Seketika penuturan dari Laura membuat Adam merasa tegang seketika. "Tapi, kami tidak bisa melakukannya, Lau. Sebelum Angelina--"
"Iya aku tau, Ad. Aku paham itu. Karenanya aku memutuskan untuk membicarakan hal ini secara empat mata denganmu. Aku juga akan mengkonsultasikan pada Dokter Netta. Apakah, usia kandungan Angelina sudah cukup, untuk menjalani proses melahirkan secara operasi sesar," jelas Laura.
"Maksudmu?"
"Maksudku, dengan keadaan serta kondisi dari kejiwaan Angelina pada saat ini. Berdasarkan berdasarkan analisa dan pertimbanganku. Akan sangat beresiko jika istrimu memutuskan melahirkan secara normal. Karena kondisi tekanan darah wanita yang mengalami Amnesia Disosiatif/Amnesia Psikogenik, juga kemungkinan tidak akan stabil seiring rasa sakit yang akan ia terima nanti, di saat proses melahirkan itu." Laura menyeruput minumannya dulu sebelum ia meneruskan keterangannya. Sementara, pria yang duduk dihadapannya menyimak dengan serius.
"Kau tau Ad, jika wanita yang akan melahirkan secara normal itu, pasti mengalami beberapa tahap rasa sakit yang dimunculkan dari kontraksi pembukaan rahim. Di takutkan pada saat Angelia mendapat sentakan dari setiap tahap rasa sakit itu, akan memunculkan reaksi dari traumatis-nya itu sendiri. Di khawatirkan, Angelina bisa tiba-tiba saja menolak kehadiran dari bayi yang akan ia lahirkan," jelas Laura. Hal yang sangat serius. Bahkan, Adam terlihat mengusap wajahnya.
Pria itu sama saya tidak menyangka jika efek dari kepergian sang adik sangat berakibat fatal terhadap kejiwaan Angelina. Dan, hal itu dapat mengancam keselamatan wanita itu dan juga bayi yang ada di dalam kandungan.
Adam, harus mengambil keputusan yang benar-benar tepat. "Aku akan menemui dokter Netta nanti sore. Tolong kau hubungi dia, Lau. Maaf, aku minta tolong," ucap Adam dengan sikapnya yang selalu sopan terhadap wanita.
Kasian kau, Ad. Kau harus menerima beban seberat ini selepas kepergian adik tersayangmu. Kau juga, begitu mencintai wanita itu. Aku dapat melihatnya dari matamu dan cara kau memperlakukan dia.
Laura hanya bisa mengatakan itu semua di dalam hati saja. Sampai kapanpun perasaannya tidak akan pernah terbalas. Mungkin, semua ini memang bukan takdirnya. Mereka tidak berjodoh lalu mau apalagi.
Laura memilih mengeluarkan ponselnya, kemudian wanita itu menghubungi sahabatnya seorang dokter kandungan yang bernama Netta Dee Coco. Membiarkan, Adam berkutat dalam lamunannya seorang. Ia tau, jika lelaki itu sedang mencari solusi dari permasalahan ini.
"Kau bisa menemuinya nanti jam tujuh. Apa perlu kuantar. Kebetulan, malam nanti aku free," tawar Laura.
Namun, Adam menjawabnya dengan sebuah senyuman sebelum akhirnya pria itu memberi penolakan secara halus. " Terimakasih, Lau. Kau sudah terlalu banyak menolongku. Alangkah, kurang ajarnya aku jika masih meminta waktu istirahatmu."
"Tapi Ad, aku tidak ap--"
"Alan!" panggil Angelina seraya melangkah mendekat dengan agak cepat. Melihat hal itu Adam buru-buru bangun dari duduknya dan menghampiri wanita hamil itu.
"Sayang, ingatlah perutmu," tegur Adam. Namun, Angelina hanya tersenyum dan justru mengecup bibirnya tiba-tiba.
Seketika, kedua mata Adam dibuat membola. Karena, pria itu sadar Jika ada orang lain yang melihat aksi keduanya.
"Hei! Ada Laura di sana!" pekik Adam tertahan. Karena terlihat pria itu hanya menggerakkan bibirnya saja di depan Angelina.
Namun, istrinya itu hanya terkekeh santai menanggapinya.
Sementara Laura, ia hampir tercekik melihat kejadian cepat barusan di depan wajahnya.
Haihh, aku seakan sebuah pajangan tak berarti ketika berada di antara mereka. Menyedihkan sekali nasibmu Laura.
Wanita cantik berusia empat puluh tahun itu nampak frustrasi. Keinginannya untuk memiliki pasangan seketika bergejolak kembali ketika melihat Bagaimana perlakuan manis Adam terhadap istrinya. Setidaknya, kenyataan tersebut membuatnya percaya bahwa di dalam dunia ini masih ada sosok laki-laki sebaik Adam.
"Laura!"
Panggilan dari Angelina seketika membuat wanita yang disebut namanya terlonjak kaget.
"Ayo kita makan!" tambah Angelina lagi.
Malam harinya, sepulang dari kantor. Adam menemui Netta yang telah menunggu kedatangannya di sebuah ruangan milik dokter kandungan. Netta, terlihat membuka hibah putih itu dan meletakkannya di gantungan. Dokter spesialis obgyn itu juga masih nampak cantik dan segar, meskipun usianya tak lagi muda. Karena, Netta memang belum memutuskan untuk menikah setelah hubungannya dengan pria terakhir kacau dan mengakibatkan luka di masa lalunya menganga lagi. Bagi Netta. Pria hanya bisa menyusahkan saja. Membuang waktunya yang berharga.
"Benar apa yang dikatakan oleh, Laura. Proses melahirkan secara normal sangat beresiko. Bawa besok datang periksa lab. Menurut hitunganku, istri anda bisa melakukan operasi kan depan."
"Apa anda tidak bisa mempercepat waktunya? Karena, Aku tidak akan bisa bertahan hingga pekan depan."
...Bersambung ...
akhir yg membahagiakan utk semuanya
terimakasih author
Author kreji up hari ini .
Mohon dukungannya ya, like, komen, gift dan juga votenya.
Beri rating bintang lima juga.
Terimakasih.
Nantikan sekuelnya yang akan menceritakan tentang Laura dan Asisten kaku Aziel.
Sayang kalian banyak-banyak.