Sebuah pengkhianatan seorang suami, dan balas dendam seorang istri tersakiti. Perselingkuhan sang suami serta cinta yang belum selesai di masa lalu datang bersamaan dalam hidup Gladis.
Balas dendam adalah jalan Gladis ambil di bandingkan perceraian. Lantas, balas dendam seperti apa yang akan di lakukan oleh Gladis? Yuk di baca langsung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahagia
Setelah panggilannya di putus oleh Gladis, Darren pun langsung bersorak hore, bahagia karena akhirnya ia akan bertemu lagi dengan sang pujaaan hati yang selama ini ia rindukan.
Ia tidak bisa lagi menahan kebahagiaannya saat ini, ia berjingkrak seperti anak kecil yang mendapatkan lotre. Tertawa dengan tangan ke atas, lalu berjoged layaknya seorang ABG yang baru saja mendapatkan seorang kekasih.
Masih berjoged ala'ala ABG, sampai dia tidak menyadari jika pintu ruangannya telah di buka oleh Iris, dan menampilkan sesosok pria tampan yang terperangah menatap kelakuannya, begitupun juga dengan Iris, ia nampak syok saat melihat bosnya yang selalu bersikap dingin tak tersentuh itu, sekarang tengah berjoged dengan senyuman yang masih mengembang dari sudut bibirnya.
"Ada apa dengan si Darren? Kenapa dia joged-joged seperti itu? Apakah ada masalah dengan otaknya?" pria tampan itu bertanya-tanya sendirian. Ia masih terdiam di tempatnya dengan pandangan yang mengarah pada Darren, temannya.
Iris pun sama, ia masih terpaku di samping pria tampan itu, menatap dengan kedua bola yang membulat sempurna. Sungguh, ini adalah pemandangan yang sangat langka yang pernah Iris lihat. Andai saja, ia memegang ponsel saat ini, sudah pasti dia akan merekam bosnya saat itu juga. Namun sayangnya, ia tidak sedang memegang ponselnya. Jadi, dia tidak bisa mengabadikan moment langka ini.
"Pak Dimas, apakah kita akan tetap berdiri di sini? Atau kita keluar saja? Sepertinya pak Darren sedang... " Ucapan Iris tercekat di tenggorokan ketika Dimas mengangkat tangannya, memberikan kode agar Iris diam.
"Kau bisa keluar," ucap Dimas yang di angguki kepala oleh Iris.
Iris pun berpamitan, ia sedikit membungkukan tubuhnya, memberi hormat pada teman bosnya tersebut. Setelah itu Iris pun melangkah pergi membawa kedua kakinya meninggalkan ruangan sang bos dengan hati bertanya-tanya.
Setelah kepergian Iris, Dimas pun kembali melangkahkan kedua kakinya, ia menghampiri Darren yang masih belum menyadari kehadirannya di dalam ruangan tersebut.
Berjoget kesana kemari, dengan senyuman yang selalu terpampang di wajah tampannya. Lalu ia berteriak "YEEEES.... AKHIRNYA AKU BISA BERTEMU LAGI DENGANMU, SYA. Aku sungguh tidak sabar menanti hari itu." Teriakan Darren begitu menggema di dalam ruangan itu. Matanya menatap jendela besar yang menampilkan pemandangan hamparan langit siang yang terlihat berwarna biru.
"Bahkan langit'pun turut merasakan kebahagiaanku. Aaargghhh aku benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengannya, Tuhan." Darren kembali berteriak senang. Kebahagiaan yang ia rasakan saat ini benar-benar membuat Darren seperti seorang anak kecil, sungguh lucu sekali. Bahkan Dimas yang melihatnya pun terlihat menggelengkan kepalanya. Sungguh, ini adalah kali pertamanya dia melihat Darren bertingkah konyol seperti itu. Ini benar-benar tidak seperti Darren yang selalu bersikap dingin dan acuh.
Dimas duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Darren. Ia menunggu Darren dengan sabar, tak mau mengganggu kesenangan pria tampan itu. "Sepertinya aku harus mengabadikan moment langka ini," ucap Dimas seraya mengeluarkan ponselnya, lalu memulai video dan mengarahkannya pada Darren untuk mengambil moment langka tersebut. Kapan lagi dia akan melihat Darren bertingkah seperti itu kalau bukan hari ini.
"Gladisya... Aku berharap kamu.... " Ucapan Darren tercekat di tenggorokan ketika ia melihat ke arah Dimas yang saat ini tengah duduk sambil mengarahkan ponsel kepada dirinya. Raut wajah Darren langsung berubah kesal, ia menatap Dimas dengan tatapan matanya yang sangat tajam, merasa kebahagiaannya terganggu oleh kehadiran temannya yang ntah sejak kapan dia duduk di kursi itu.
makasih Thor🙏💪