Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Kamar Casey
"Astaga, tubuhnya berat sekali," gumam Casey dengan deru nafas yang ngos-ngosan menjatuhkan tubuh besar Dariel di atas tempat tidurnya. Ia berusaha keras menggendong Dariel menaiki tangga rumah mereka.
Casey membersihkan tubuhnya yang penuh keringat setelah seharian bekerja sebelum ia menjalankan rencananya.
"Maafkan aku kak," gumam Casey. Lagi-lagi ia melibatkan kakaknya. Ia yakin setelah ini hubungan kakaknya akan kandas dengan Dariel. Namun jika cinta mereka kuat, maka hal ini tidak akan membuat cinta mereka berakhir.
"Terserah jika kakak menganggap ku jahat. Karena sejak beberapa hari yang lalu aku bukanlah Casey yang dulu," batin Casey.
"Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku tau kamu pasti akan membenciku setelah ini. Tapi aku terpaksa melakukannya, salahkan mommy yang membuatku seperti ini," gumam Casey. Ia sudah siap menerima resiko atas perbuatannya nanti.
"Bukankah mommy mengatakan jika aku tidak bisa mendapatkan sesuatu yang melampaui Adeline? maka kakak juga tidak bisa mendapatkannya mom?" .
"Setelah ini aku ingin melihat bagaimana ekspresi mommy saat menemukan kekasih putri pertamanya ada di ranjang putri keduanya. Aku akan membenarkan semua tuduhan mommy padaku, bukankah mommy yang mengatakan jika aku selalu merebut kekasih putrimu tercinta Adeline?" batin Casey tertawa dengan air mata yang membasahi pipinya.
Adeline dan Matilda kembali ke rumah. Awalnya mereka hanya berkunjung sebentar di rumah Clarissa adik Matilda.
"Nona, sepertinya tuan Dariel sudah kembali kerumahnya. Tuan Darrel tadi datang, dan saya pikir beliau pulang karena nona pulang lebih lama," ucap pelayan.
"Dariel datang kesini? Kenapa Dariel tidak menghubungi mu?" tanya Matilda pada putrinya. Adeline menggeleng.
"Awalnya tuan bilang dia ingin memberikan suprise dengan kedatangannya pada nona saat saya mengatakan padanya untuk menghubungi anda. Dan saya kira tuan Dariel pulang karena memang sudah mengabari nona sebelumnya," pungkas pelayan.
"Baiklah bik, saya akan menghubungi Dariel nanti," ucap Adeline.
"Princess, mom tidur duluan ya, mommy sudah mengantuk," ucap Matilda. Adeline mengangguk.
Setibanya di kamar, Adeline menghubungi Dariel namun panggilannya tidak di angkat.
"Sepertinya dia sudah tidur," gumam Adeline mematikan ponselnya.
*******
"Pagi mom..." sapa Adeline mencium pipi Matilda yang baru saja sarapan.
"Pagi sayang..." balas Matilda.
"Kamu mau sarapan sekarang? mommy akan menyajikan sarapan mu," ucap Matilda.
"Biar aku yang mengambil sendiri mom," balas Adeline.
"Casey sudah bangun tidak mom?" tanya Adeline menyendok pasta ke piringnya.
"Mommy tidak tau nak," pungkas Matilda.
"Aku lihat Casey dulu mom, sepertinya dia belum bangun," ucap Adeline melangkahkan kakinya menuju kamar Casey.
"Tok...tok..tok... Casey... " panggil Adeline mengetuk pintu kamar Casey.
"Casey.. apa kamu di dalam?" Adeline mengetuk kembali pintu kamar Casey. Tidak ada jawaban dari dalam.
"Apa Casey sudah bangun dan pergi bekerja ya," batin Adeline menekan gagang pintu kamar Casey.
"Tidak di kunci? Casey... kakak masuk ya.." ucap Adeline membuka pintu kamar.
"Cas___" Adeline terkejut menutup mulutnya, menggeleng-gelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan pemandangan di depannya.
"Casey... Dariel... apa yang kalian lakukan.." gumam Adeline dengan mata yang berkaca-kaca. Adeline tidak sanggup melihatnya, ia keluar dari kamar Casey dengan air mata yang membasahi pipinya. Dua orang yang sedang berpelukan dengan tubuh polos di balik selimut itu sepertinya tidak terusik dengan kedatangan Adeline.