Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 15.
Ariana pun mengambil alih tubuh Arumi dari gendongan Nenek..
“Sayang. ... “ ucap Ariana memeluk erat tubuh Arumi yang benar terasa hangat..
“Baiklah Sayang.. Bunda tidak pergi Bunda di rumah sama Arumi...” ucap Ariana sambil masih mengusap usap kening Arumi yang masih terasa hangat.
“Benar ya Bunda... Arumi takut... hu... hu... hu....” suara imut Arumi sambil menangis dan memeluk tubuh Ariana sangat erat.
“Iya Sayang.. Bunda kasih tahu Tante Shelly dan Kakek dulu ya... “ ucap Ariana lalu melangkah ke ruang depan.. Arumi pun sudah diam tidak lagi menangis.
Saat sudah sampai di ruang depan terlihat Kakek sudah memakai jaket dan memegang kunci motor sedangkan Shelly sudah tidak ada di ruang depan itu..
“Pak, Arumi demam dan tidak mau aku tinggal nih.. Bapak sama Shelly saja ya ke rumah Bu Sofie.. Bapak sudah tahu tempat nya kan? Kalau tidak di ruko tempat dia buka jasa bimbingan belajar itu ya di rumah nya.. di papan nama di ruko itu aku pernah lihat ada alamat rumah Bu Sofie.” Ucap Ariana yang pernah mengamati papan iklan di depan ruko di pinggir jalan raya. Beda dengan rumah orang tua Ariana yang berada di jalan kecil meskipun sudah aspal.
“Iya aku pernah lihat juga maka aku ada ide pasang papan iklan untuk jasa les kamu di mulut gang, tapi mungkin malah ada pesaing melihat dan jadi masalah.” ucap Kakek sambil mengusap kepala Arumi.. Kakek memang selain memasang papan iklan di depan rumah juga memasang papan iklan di mulut gang di pinggir jalan raya.
“Rumi jangan sakit ya... Kakek sedih kalau Rumi sakit...” ucap Kakek masih mengelus kepala Arumi dengan lembut.
“Rumi tidak sakit Kakek tapi Rumi takut.” Suara imut Arumi dan kepala nya menempel di dada Ariana.
“Ya sudah kamu di rumah saja. Aku mau tanya pada Bu Sofie itu apa mau dia..” ucap Kakek lalu keluar dari rumah.. Ariana pun ikut melangkah di belakang nya..
“Shel maaf aku ga ikut ya, Rumi demam nih ga mau aku tinggal.. bicara kan baik baik ya Shel cari win win solution, sama sama cari rejeki kita juga tidak ada maksud untuk mengambil alih langganan dia.” Ucap Ariana.
“Iya Ar, jaga Arumi saja.. aku harus ke sana kepo banget aku sama itu orang napa nyuruh nyuruh preman juga pakai ngancam ngancam. Bisa kita laporkan polisi tuh orang.. “ ucap Shelly lagi tampak kesal dan emosi, Shelly sudah duduk di jok motor matic nya..
“Hati hati Shel.. kalau dia sudah pakai preman gitu mungkin tipe orang nekad demi uang..” ucap Ariana yang takut akan keamanan Shelly.
“Siap Ar...” ucap Shelly dan dua motor pun mulai berjalan pelan pelan meninggal halaman rumah..
Detik berganti detik menit berganti menit jam berganti jam hingga habis waktu isya Bapak nya Ariana belum pulang juga..
Arumi sudah tidur setelah makan malam dan minum obat, Ariana juga sudah memberikan obat penurun panas..
“Ar, bapak kamu kok belum pulang kamu telpon sana.” Ucap Nenek yang baru masuk ke dalam kamar Ariana...
“Coba aku telpon Shelly saja Bu, telpon Bapak tidak dibawa, ini ada di sini.” Ucap Ariana yang duduk di kursi sambil menunjuk hand phone Bapak nya yang ada di atas meja kerja nya di dekat tumpukan kertas kertas lembar kerja siswa yang sedang dia koreksi.
“Aku tadi sudah chat Shelly Bu, mereka tadi sedang sibuk membicarakan kesepakatan katanya Bu Sofie minta tarif di tempat ku harus dinaikkan Bu, tapi Bapak dan Shelly katanya keberatan takut tidak laku.. aku sih sudah kasih saran ke Shelly tidak apa apa kita menaikkan tetapi masih dalam batas harga wajar untuk masyarakat di kampung. Tarif Bu Sofie memang tinggi katanya ada banyak siswa yang keluar setelah aku membuka les..” ucap Ariana sambil mengusap usap layar hand phone nya untuk mencari nama kontak Shelly..
Tuuutttt
Tuuuutttttt
Tuuuuutttttt
“Ga diangkat Bu... mungkin sudah di jalan kita tunggu saja...” ucap Ariana yang mendengar ada nada sambung tetapi tidak diangkat oleh Shelly.
“Hmmm ada ada saja .. sebenarnya kan bebas kita mau kasih harga berapa namanya juga jualan kita kan boleh saja banting harga agar dagangan kita laku.. mall saja boleh kasih diskon 70 persen ..” ucap Nenek yang duduk di tepi tempat tidur tampak kesal. Nenek lalu memijit mijit kaki mungil Arumi yang tidur nyenyak akibat efek obat yang diminum, demam nya pun telah turun.
Tidak lama kemudian terdengar suara motor Kakek..
“Itu Kakek sudah datang..” ucap Ibu nya Ariana dan cepat cepat bangkit berdiri, Ariana yang penasaran pun juga bangkit berdiri keluar dari kamar dan cepat cepat melangkah ke ruang depan untuk membukakan pintu buat Kekek.
Saat pintu sudah dibuka tampak wajah Kakek terlihat kusut..
“Bagaimana Kek?” tanya Ibu nya Ariana yang sudah tidak sabar mendengarkan hasil pembicaraan.
“Hah! Orang nya susah banget.. katanya murid nya banyak yang keluar sejak Ariana membuka les, padahal juga murid yang keluar tidak semua pindah ke sini, pindah ke tempat les lain. Rara yang disebut sebut dulu les di sana terus pindah ke sini, lalu Ella sudah daftar tidak jadi masuk. Harga di sana memang sangat mahal satu kali pertemuan seratus ribu satu pertemuan satu setengah jam.. Pusing kepala ku dia malah mengajak hitung hitungan pakai analisa usaha.. kata nya meskipun kita pakai rumah sendiri, tidak sewa gedung tetap harus ada hitungan sewa tempat itu, terus biaya administrasi dan tetek bengek....” ucap Kakek lalu duduk di kursi ruang depan..
“Ya yang dia katakan itu bagus juga Kek.. tapi aku sekarang kan tidak usaha secara murni, tapi untuk mendapatkan uang untuk hidup, untuk berobat, untuk bayar utang bayar cicilan pinjaman dan membantu anak tetangga agar pintar...” ucap Ariana yang juga ikut duduk di dekat Bapak nya
“Iya Ar... roh dunia pendidikan itu harus nya dilandasi dasar membantu sesama, untuk kemanusiaan kalau rohnya semata mata mencari uang ya jadi mahal biaya untuk pendidikan.. Semua dihitung.. sewa tempat, bensin, minum, bolpen, kertas, jasa apa lagi tadi manajemen.. halah... halah... njlimet... Pusing aku. kepala ku malah jadi nyut nyut an..”
“Terus kesepakatan nya gimana Pak?” tanya Ariana dan Nenek..
“Tarif di tempat les kamu harus dinaikkan jadi 35 ribu... katanya itu harga standar di wilayah kita.. Shelly tadi juga sudah setuju itu karena dia tadi juga cari cari informasi.. Tarif di tempat Bu Sofie juga diturunkan tapi dia masih pasang tarif 65 ribu. Katanya sewa ruko mahal dan biaya manejemen.. Katanya kalau Ariana tetap memberi tarif di bawah harga standar akan merusak pasar dan akan dilaporkan ke asosiasi, aku juga tidak paham asosiasi apa yang dimaksud aku sebagai tukang kebun sekolah tahuku perkumpulan guru guru ya PGRI“
“Ar terus laku tidak kalau kamu naikkan menjadi 35 ribu?” tanya Nenek tampak khawatir..