Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7 - Pulang ke rumah ayah
\*\*\*
"Pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali!."
Raisa merasa sangat terhina dan sedih saat dia mendapati dirinya duduk bersimpuh di hadapan ibu mertuanya, dikelilingi oleh ayah mertua dan kedua kakak iparnya. Suasana terasa tegang dan serius, seolah-olah Raisa sedang diadili atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan.
Ibu mertua Raisa dengan tegas mengungkapkan kekecewaannya dan meragukan Raisa. Dia menyalahkan Raisa atas konflik yang terjadi sebelumnya dan menyalahkannya atas ketegangan yang ada dalam keluarga.
"Mah... Ini semua salah paham, Ica gak pernah berniat buruk pada keluarga ini... Hanya jika Kak Dion mau berkata jujur, maka semuanya akan jelas," tutur Raisa sambil melihat ke arah Dion seolah memintanya untuk mengatakan yang sejujurnya.
"Diam kau! Dasar perempuan gatal! Berani-beraninya kamu memfitnah Mas Dion! Apa kamu tidak merasa malu atas perlakuan kami selama ini yang selalu baik padamu, hah! Dasar pel*cur!."
Dina masih menyimpan emosinya meskipun sudah lewat satu malam. Kasih sayangnya pada Raisa selama ini berubah total saat ia merasa di khianati oleh adik iparnya itu.
"Dina... Tenanglah, kita harus mencari solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah ini," ucap Gunawan.
Ayah mertua Raisa berusaha menjaga keseimbangan dan mempertimbangkan semua pihak, namun tetap terlihat serius dalam menghadapi situasi ini.
Raisa terus mencoba menjelaskan dan membela diri dengan hati-hati. Dia berusaha menyampaikan bahwa dia tidak bersalah atas tuduhan dan kesalahpahaman yang telah dituduhkan padanya.
"Mah... Pah... Aku rasa, gadis ini harus segera di keluarkan dari rumah ini, entah apa yang akan terjadi lagi jika dia tetap berada disini... Bahkan dia sudah berani memfitnahku," ucap Dion mengelak semua kebenaran.
Raisa menatap nanar dan kecewa pada Dion, merasa terpukul oleh sikapnya yang mengelak dan menyangkal kesalahannya. Raisa merasa terhina dan tidak dihargai oleh sikap Dion.
Meskipun dia sangat jelas mengingat insiden yang terjadi, Dion tampaknya mencoba mengubah narasi dan melecehkan Raisa dengan menyalahkannya.
"Tunggu apa lagi! Cepat kemasi barangmu dan segera pergi dari sini!." Kali ini ibu mertuanya berteriak dengan lebih lantang dan mengusir Raisa.
Raisa merasakan jantungnya berdegup kencang dan terasa seperti terkena petir saat ibu mertuanya tiba-tiba berteriak lebih tinggi dan mengusirnya. Suara keras tersebut mengejutkan Raisa, membuatnya terdiam dan merasa tidak dihargai
Raisa mencoba menjaga ketenangan dirinya meskipun hatinya hancur. Dia mencoba untuk tidak menanggapi dengan marah atau emosi yang lebih tinggi, karena dia menyadari bahwa itu hanya akan memperburuk situasi.
Ibu mertua Raisa terus berteriak, menyalahkan dan merendahkan Raisa, tanpa memberi kesempatan padanya untuk membela diri atau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Mah, sudahlah... Dion, apa ada yang ingin kamu jelaskan pada kami?," tanya Gunawan mencoba untuk bijaksana.
"Pah... Apa Papah meragukan anak Papah hanya demi gadis ini? Dan kalaupun terjadi kekhilafan, aku rasa wajar karena aku juga seorang laki-laki... Tapi semua itu tidak terlepas dari kesalahan dia yang masuk ke kamarku," jawab Dion.
"Kak Dion...?."
"Diam kau! Pergi dari sini! Aku tidak ingin melihatmu lagi! Aaargh!." Dina mengamuk lagi dan menyerang Raisa dengan pukulan dan jambakan yang bertubi-tubi.
Gunawan merasa kasihan pada Raisa dan membantunya terhindar dari amukan menantu pertamanya itu. Sebenarnya ibu mertua Raisa juga tidak tega melihat Raisa di perlakukan seperti itu. Hatinya ingin sekali membantu, tapi egonya menguasai pikiran dan hatinya saat ini.
"Hentikan Dina!."
Satu teriakan Gunawan membuat suasana di rumah itu menjadi hening seketika. Walaupun selama ini ia tidak pernah banyak bicara, tapi sekalinya ia bertindak satu masalah langsung terselesaikan.
"Kita membawanya ke rumah ini secara baik-baik, kita juga harus mengantar dia pulang ke rumah orang tuanya dalam keadaan baik juga," seru Gunawan, lalu meminta Raisa untuk bersiap.
Setelah mengalami perlakuan yang tidak adil dan kejam di rumah mertuanya, Raisa merasa tidak ada pilihan lain kecuali pergi dari sana. Meskipun dia pergi dengan perasaan campur aduk, ada keberanian dalam langkahnya untuk mencari kebebasan dan kehidupan yang lebih baik.
Raisa mengumpulkan barang-barangnya dengan hati yang berat. Saat meninggalkan rumah itu, Raisa merasa sedih, marah, dan kecewa. Meskipun perasaannya terluka dan ada luka yang mendalam, Raisa menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri.
Dia berjanji untuk tidak mengizinkan perlakuan buruk dan perlakuan tidak adil orang lain menentukan siapa dirinya. Raisa berkomitmen untuk mencari kebahagiaan yang sejati dan hidup yang lebih baik.
~
"Ayah... Raisa pulang...."
Roni, yang sudah mengetahui masalah anaknya karena sudah di beritahu Gunawan lewat telepon, segera menyambut anak semata wayangnya itu dengan perasaan iba.
"Ayo Nak, ayah sudah menunggumu dan membuatkan makanan untuk kita makan bersama."
Senyumnya terpancar menghiasi wajah yang sebenarnya hatinya sangat terluka, namun ayah Raisa mencoba menyembunyikan kesedihannya itu di hadapan Raisa agar tidak menambah beban putrinya.
" Ayah... Ica... ~. "
" Nak... Bicaranya nanti saja, kita makan saja dulu ya." Raisa pun mengangguk dan melahap makanan yang sebenarnya tidak bisa Raisa rasakan sama sekali karena rasa pahit kehidupan yang sedang dia rasakan lebih terasa.
Akhirnya, Raisa menjalani kehidupannya di desa tempat dia berasal sebagai seorang janda, dia mencoba untuk hidup dengan baik-baik saja. Dia berusaha bangkit dari kejadian tragis yang menimpa suaminya, Rio, dan mencoba memulai babak baru dalam hidupnya.
"Bukankah dia gadis yang di tinggal mati suaminya?."
"Benar, katanya gadis itu pembawa sial untuk keluarga mendiang suaminya...."
"Juga dia sudah menggoda kakak iparnya, oleh sebab itu dia di usir dari rumah keluarga Gunawan."
Begitulah celaan dan ejekan masyarakat pada Raisa saat bertemu dengan mereka. Pandangan sebelah mata dan nilai buruk sebagai janda pembawa sial melekat di dirinya, bahkan hampir satu desa itu melakukannya.
"Pergi dari sini! Jangan dekat-dekat dengan kami, nanti kami juga kena sial!."
Saat ini Raisa sedang berada di warung sembako untuk membeli keperluan dapurnya, ketika ada ibu-ibu yang berbicara sinis padanya.
Namun, Raisa bersikap biasa saja dan meneruskan keperluannya. Setelah selesai ia segera pergi dengan menggoes sepedanya yang selama ini menemaninya.
"Dasar ibu-ibu... Selalu aja ikut campur urusan orang lain, emang enak apa di omongin begitu... Dapet karma baru tau mereka." Raisa mengomel dan menggerutu sendiri,tiba-tiba...
Brussshhh...
"Arrggh...!."
Raisa memekik dan seketika terjatuh dari sepedanya saat sebuah mobil melintas dan menyemburkan air yang tergenang dari jalan yang berlubang.
"Basah deh... Mobil itu! Sayurnya jadi kotor semua...." Raisa menoleh sekilas pada mobil yang kini terhenti beberapa meter darinya namun Raisa tidak berniat mencari perhitungan dan sibuk memunguti belanjaannya.
Nampak pengemudi mobil tersebut menyunggingkan sebelah bibirnya dan tersenyum tipis saat melihat Raisa sibuk membersihkan diri sambil mengomel, kemudian melajukan mobilnya kembali saat melihat Raisa berlalu pergi.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bersambung...
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍