NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Pria Beristri

Jerat Cinta Pria Beristri

Status: tamat
Genre:Showbiz / One Night Stand / Konflik etika / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:9.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Tak terima lantaran posisi sebagai pemeran utama dalam project terbarunya diganti sesuka hati, Haura nekat membalas dendam dengan menuangkan obat pencahar ke dalam minuman Ervano Lakeswara - sutradara yang merupakan dalang dibaliknya.

Dia berpikir, dengan cara itu dendamnya akan terbalaskan secara instan. Siapa sangka, tindakan konyolnya justru berakhir fatal. Sesuatu yang dia masukkan ke dalam minuman tersebut bukanlah obat pencahar, melainkan obat perang-sang.

Alih-alih merasa puas karena dendamnya terbalaskan, Haura justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Ervano hingga membuatnya terperosok dalam jurang penyesalan. Bukan hanya karena Ervano menyebalkan, tapi statusnya yang merupakan suami orang membuat Haura merasa lebih baik menghilang.

****

"Kamu yang menyalakan api, bukankah tanggung jawabmu untuk memadamkannya, Haura?" - Ervano Lakeswara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 02 - Tolong Aku

"Perfect, tidak ada yang melihatku, 'kan?"

Tekad Haura untuk membalas dendam sudah begitu bulat. Hanya demi melancarkan misinya, Haura rela datang lebih awal dan mengambil alih tanggung jawab untuk memesan makanan.

Padahal, seharusnya dia tinggal duduk manis dan menikmati makan malam. Akan tetapi, malam ini dia benar-benar nekat dan menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai.

Bahkan, malam ini harusnya tetap berada di rumah. Kedua orangtua Haura sempat berpesan untuk tidak pergi di malam hari sementara mereka berada di luar kota.

Namun, karena sakitnya direndahkan Ervano benar-benar tidak tertakar, Haura sampai mengarang cerita agar diizinkan keluar dengan alasan menginap di rumah teman dekatnya.

Tak berselang lama pasca dirinya selesai meneteskan sesuatu ke dalam minuman yang disiapkan untuk Ervano, beberapa rekan lainnya mulai berdatangan.

Seiring berjalannya waktu, mata Haura terus memantau siapapun yang datang. Untuk pertama kalinya, jantung Haura sampai berdegup kencang hanya karena menunggu kedatangan Ervano.

Satu demi satu yang datang belum juga, Haura mulai pesimis dan mengira bahwa Ervano tidak akan datang karena memang pria itu menjalani segala sesuatu sesuai kehendak hatinya.

"Dit, kenapa dia belum datang? Jangan-jangan_"

"Shuut, sudah tenang aja ... mungkin lagi di jalan, kamu tahu sendiri Pak Vano gimana orangnya, Ra, dunia ini seolah punya dia jadi seenaknya," bisik Andita pelan-pelan yang kemudian ditanggapi Haura dengan senyuman.

Keduanya seolah tengah bergunjing di tengah keramaian dan was-was terbongkar di hadapan para pengagum Ervano.

Tak begitu banyak yang mereka bahas karena memang tidak bebas. Ditengah pembicaraan mereka, yang ditunggu-tunggu datang dan disambut begitu antusias oleh para pen-jilat dan pengangum Ervano.

"Selamat datang, Pak Vano ... akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga," ucap salah seorang yang paling ahli dalam perihal merebut hati atasan, Velia.

Aktris lama yang menggantikan peran Haura di serial terbaru mereka. Melihat interaksi Velia yang sampai semanis itu tatkala menyambut Ervano membuatnya semakin curiga.

Entah ada apa di balik interaksi mereka, tapi yang pasti Haura yakin betul keduanya bermain api dan dia adalah imbas dari pemainan Velia atas dukungan Ervano di belakangnya.

"Hem, terima kasih."

"Mau duduk di sini, atau samping saya? Kebetulan kosong ... Anwar belum datang," ajak Velia seketika membuat mata Haura membulat sempurna.

Jika sampai Ervano benar-benar tertarik untuk pindah tempat dan duduk di sisi pemeran utama, maka hancur sudah rencananya.

Besar kemungkinan yang paling terakhir datang akan menjadi korban dari tindakan Haura. Dalam diamnya, Haura komat-kamit dan berharap Ervano tetap duduk di kursi yang memang sudah disediakan untuknya.

"Di sini saja, lebih nyaman dan kalian bisa saya lihat semua," balas Ervano masih setia dengan wajah datar dan duduk di tempatnya.

Sontak Haura menghela napas lega, hampir saja dia membuat kekacauan dan menyiksa orang yang tidak bersalah.

Sepanjang acara, mata Haura terus menatap ke arah Ervano di sela-sela kegiatannya. Sengaja makan sembari memantau reaksi obat yang tadi Andita berikan.

Jujur dia penasaran seganas apa reaksinya. Jarak antara Haura dan Ervano tidak begitu jauh, hanya dipisahkan beberapa orang saja.

Sedikit banyak dia bisa menangkap bahwa memang ada perubahan. Ervano sesekali mengusap wajah dan keningnya, kemungkinan berkeringat dan Haura mulai menerka bahwa itu adalah akibat dari Ervano menahan sakitnya.

"Itu belum seberapa, Andita bilang Bapak akan tersiksa selama semalaman ... jadi nikmati saja," batin Haura mulai senyum-senyum dan menari di atas keberhasilannya.

Semakin lama dia lihat, Ervano yang kian gusar dan tak ubahnya bak cacing kepanasan hingga Haura berbinar dibuatnya.

Beberapa kali Ervano pamit ke toilet, Haura dan Andita bertos di bawah meja sebagai perayaan atas kemenangan mereka.

"Manjur banget, padahal aku kasihnya dikit."

"Oh iya? Berapa tetes?" tanya Andita penasaran, sudah tentu masih dengan bisik-bisik ria di sela keributan.

"Ada empat atau lim_"

"Hah? Lima?" Mata Andita membulat sempurna saking kagetnya.

Haura yang ditanya iya-iya saja, toh memang benar begitu adanya. "Iya, kenapa sih? Kok panik gitu?"

"Ra ya ampun, serius lima?"

Sekali lagi Haura mengangguk pelan. "Iya, tapi dikit ... soalnya yang pertama juga rada ragu."

Apapun jawaban Haura, Andita masih tetap panik seolah dia yang akan tertimpa petaka. Sementara di sisi lain, Haura biasa saja, super santai dan menikmati hidangan penutup yang tersedia.

Cukup lama Ervano menghilang, dan mereka seakan tidak ada yang sadar karena asyik sendiri dengan urusan masing-masing. Sampai akhirnya, salah-satu di antara mereka memberikan pemberitahuan bahwa Ervano pamit pulang.

"Serius Pak Ervano pulang?" tanya Haura antusias dan seakan memang menunggu momen ini.

"Iya, kenapa, Ra?"

"Tanya saja, kalau beliau sudah pulang berarti makan malam kita selesai dan aku sudah boleh pulang, 'kan?" tanya Haura dengan begitu santainya.

Jujur dia katakan sebenarnya malas berada di antara orang-orang ini. Hanya saja, dia memang mengimpikan untuk ikut andil dalam series yang diadaptasi dari novel karya penulis favoritnya.

Begitu Haura pamit, yang di sana juga mempersilakan dia pergi tanpa banyak tanya, termasuk Andita.

.

.

"Good job, Haura, sekarang tinggal nunggu kabar dia masuk rumah sakit."

Sembari berlalu menuju area parkir, Haura bergumam pelan dan tak sabar menunggu kabar buruk tentang Ervano, jika perlu kabar duka sekalian.

Namun, baru saja hendak membuka pintu mobilnya, telinga Haura dikejutkan dengan suara erangan tak asing yang berada di dekatnya.

"Heum? Suara apa itu?" Haura celingukan dan mencari ke kiri dan kanan.

Tidak butuh banyak usaha untuk mencarinya, mata Haura kini menangkap Ervano tengah kesulitan seperti menahan sakit.

Haura yang telanjur melihat mendadak bingung hendak ditolong atau biarkan saja sengsara di sana.

Namun, hati kecilnya tetap tidak tega sebagai manusia dan mendekati Ervano walau dia lah penyebabnya.

"Pak ...."

"To_tolong ... aku tidak mampu menahannya lebih lama."

"Mau saya antar ke toilet?" Haura menawarkan bantuan karena jika tidak segera dikeluarkan, kasian juga pikirnya.

Dengan tubuh lemas dan wajah pucat, Ervano menggeleng dan meraih ujung gaun Haura sebagai pertanda jika dia memang tidak baik-baik saja.

"Aku ingin pulang, antar aku ke apartemen ... apa bisa?" tanya Ervano dengan napas yang sudah tidak biasa, persis ikan kekeringan.

Sebenarnya malas sekali, tapi Haura mulai khawatir Ervano akan pingsan dan menimbulkan kecurigaan jika orang lain yang membantu.

Karena itu, dia menganggukkan kepala dan menuntun Ervano untuk masuk ke mobilnya. Sedikit menyulitkan, tapi anggap saja ini tanggung jawab karena telah membuatnya tersiksa.

"Eeeuuggh ... bisa tolong cepat dan tidak?" desak Ervano dengan wajah yang kian memerah dan rambut acak-acakan hingga Haura sebal dibuatnya.

"Sabar, Pak, salah sendiri kenapa harus di Apartemen padahal di sini toilet ada," sentaknya sebelum kemudian mulai mengemudi dengan kecepatan tinggi sembari menggerutu. "Rasain, nyahok kan?"

.

.

- To Be Continued -

1
Desi Erlanti
co cwiiittt
kayin yin
kesalahan Alvaro ni sini karna dia gk berani jujur ,,terus di pendam pengecut,, pecundang
kayin yin
jangan bilang Sofia ni mau memperbaiki hubungan nya dgn vano
Arya Al-Qomari@AJK
kamuflase 👉bunglon kali ervano berkamuflase 🤣🤣🤣
Arya Al-Qomari@AJK
tenang Haura, mas Vano jatuhin talak saat kamu menstruasi jadi hukumnya haram. ayo semangat biar bersama kembali
La Harida
good
silvani riskasyahputri
ya Allah kata2 nya bikin gw merinding.. romantis beud dah ah....🥹
setio wati
keren n mantap
melia
ihhh gemesss banget
Khairul Azam
tipe perempuan munafik haura ini 🤭🤭
melia
kayanya sih obat yg di kasih temenya haura, itu suruhan ervano deh😁
melia
paling juga mas vanonya kmu tuh yg beraksi😁
melia
ampun deh lagi serius seriusnya eh malah 🤣🤣🤣
Huzi_toys
iyo sepemikiran q sama Ervano,, Haura kelihatan bgt menyerah sebelum berperang, kasian lahhh bojomu
Huzi_toys
haduhhhh gak mikirin perasaan Haura apa ya, masak disiri teros yo ndak mau toh
lindawati ditta
saran dari azkara jadi tambah menyut ha.


ha..
/Angry//Tongue//Tongue/
Huzi_toys
persis kayak Zoya nih,, diam diam menghanyutkan
Huzi_toys
dikibulin abis abisan ini mahhh sama mbak Desy👊🏻😂😂 ternyata mens
Huzi_toys
emg bner" ketutup matanya Haura yo,, gak peka blasssssss
Huzi_toys
fiks setelah kecupan kening, gak bisa tidur gara" LDR😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!