Boqin Changing, Pendekar No 1 yang berhasil kembali ke masa lalunya dengan bantuan sebuah bola ajaib.
Ada banyak peristiwa buruk masa lalunya yang ingin dia ubah. Apakah Boqin Changing berhasil menjalankan misinya? Ataukah suratan takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dia ubah sampai kapanpun?
Simak petualangan Sang Pendekar Dewa saat kembali ke masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Jantung Boqin Changing nyaris copot ketika mendengar suara gurunya. Awalnya ia mengira, setelah berhasil mengalahkan lawannya, gurunya akan segera meninggalkan lokasi pertempuran. Namun dugaannya salah. Gurunya justru mendekat ke arah pohon tempat ia melancarkan serangan tadi.
Sementara itu, Wang Tian tengah menunggu pendekar yang telah menyelamatkan nyawanya hari ini. Rimbunnya daun-daun yang menyelimuti pohon menghalangi pandangannya untuk melihat siapa sebenarnya orang yang telah menolongnya. Samar-samar ia melihat sosok kecil sedang bermeditasi di dahan pohon. Wang Tian mengira sosok itu adalah seorang kakek tua yang sudah membungkuk. Oleh karena itulah ia menyapa dengan salam penuh hormat seperti kepada seorang senior.
Boqin Changing terdiam sejenak, lalu sebuah ide muncul di kepalanya. Ia akan mencoba mengajak Wang Tian berkunjung ke rumahnya. Boqin Changing berniat kembali berakting agar Wang Tian bersedia mengangkatnya sebagai murid, seperti di kehidupan sebelumnya.
Dengan perlahan, Boqin Changing turun dari pucuk pohon. Saat ia menjejak tanah, keterkejutan jelas tergambar di wajah Wang Tian. Hal ini wajar saja, karena sosok yang turun sama sekali tidak sesuai dengan harapannya.
Sosok yang diharapkan Wang Tian turun dari pohon adalah seorang kakek tua yang bungkuk. Namun yang berdiri di hadapannya saat ini justru seorang anak kecil yang secara fisik tampak berusia sekitar sepuluh tahun.
“Senior sepertinya salah paham. Saya hanya seorang anak yang kebetulan berada di sini dan membantu senior,” ujar Boqin Changing dengan tenang.
Ia berusaha menjelaskan situasi, tak ingin terjadi kesalahpahaman lebih jauh.
Mendengar penjelasan itu, Wang Tian tertegun. Ia jelas merasakan serangan jarak jauh luar biasa yang telah menyelamatkannya, namun kini, yang berdiri di hadapannya hanyalah seorang anak kecil.
Wang Tian sempat berpikir, mungkinkah anak kecil ini adalah siluman tua yang mampu mengubah wujud menjadi manusia? Ia pun memperhatikan fisik Boqin Changing dari ujung kepala hingga kaki, namun tak menemukan keanehan sedikit pun.
Sementara itu, Boqin Changing menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Gurunya pasti merasa aneh dengan pertemuan ini. Menemukan seorang anak kecil di tengah hutan, terlebih lagi ikut bertarung melawan pendekar-pendekar tangguh, tentu adalah hal yang mencurigakan.
Untuk mencairkan suasana yang canggung, akhirnya Wang Tian membuka percakapan. Kini ia merasa yakin bahwa anak ini memang manusia biasa.
“Siapa namamu, Nak?” tanya Wang Tian sambil tersenyum.
“Nama saya Boqin Changing, Senior.”
“Sebelumnya, terima kasih karena telah membantuku dalam pertarungan hari ini.”
“Sama-sama, Senior. Kebetulan saya sedang berada di sini dan melihat Senior seperti dikeroyok orang-orang jahat.”
Wang Tian tersenyum getir. Anak kecil di hadapannya ini tampak begitu tenang, padahal barusan telah membunuh banyak orang.
Mereka kemudian mencari tempat duduk dan mulai berbincang. Dari percakapan tersebut, ada beberapa hal yang sangat mengejutkan bagi Wang Tian.
“Apa? Usiamu baru tujuh tahun, Chang’er?”
“Betul, Senior. Usia saya baru tujuh tahun,” jawab Boqin Changing.
“Kalau begitu, sekarang kamu berada di ranah apa, Chang’er?”
“Saat ini saya berada di ranah pendekar menengah, Senior.”
Duar......
Seperti tersambar petir, Wang Tian terperanjat. Ia belum pernah mendengar ada anak usia tujuh tahun yang telah mencapai ranah pendekar menengah. Ini pertama kalinya ia menyaksikannya secara langsung.
“Boleh aku memegang tanganmu, Chang’er?”
“Silakan, Senior,” jawab Boqin Changing sambil mengulurkan tangannya.
Wang Tian lalu memeriksa tangan Boqin Changing. Memegang tangan seseorang untuk menilai kemampuan, kualitas tulang, lingkaran tenaga dalam, serta usia tulang adalah hal yang wajar dilakukan untuk mengukur tingkat kekuatan. Biasanya, hanya pendekar di tingkatan raja yang mampu melakukan pemeriksaan semacam ini.
Dahi Wang Tian berkerut, matanya melebar sempurna. Anak ini benar-benar berusia tujuh tahun. Usia tulangnya sesuai, bahkan sedikit lebih muda dibanding penampilan fisiknya.
“Anak ini sudah menembus ranah pendekar menengah. Lingkaran tenaga dalamnya sudah mencapai tujuh puluh lingkaran. Tulangnya juga sudah memasuki tahap tulang besi...” gumam Wang Tian penuh kekaguman.
Luar biasa. Kata itu terus bergaung dalam pikirannya. Bakat sehebat ini bahkan jarang ditemukan di sekte-sekte besar. Jika patriark sektenya mengetahui bahwa ia berhasil membawa anak ini masuk ke sekte mereka, ia yakin sektenya akan berkembang jauh lebih pesat.
Melihat Wang Tian terdiam cukup lama, Boqin Changing kemudian mengajaknya ke rumahnya. Ia beralasan bahwa di kediamannya ada pil penyembuh luka yang dapat membantu mempercepat pemulihan luka-luka ringan Wang Tian.
Wang Tian, yang melihat ini sebagai kesempatan untuk mengetahui lebih banyak latar belakang anak ini, akhirnya setuju untuk ikut.
Dalam perjalanan pulang, Boqin Changing asyik merangkai untaian naskah drama dalam pikirannya. Ia mulai berpikir tentang peran yang akan ia mainkan agar dapat merebut hati gurunya. Boqin Changing berharap, di kehidupan keduanya ini, Wang Tian mau mengangkatnya kembali sebagai muridnya.
sebelom nya cukup panjang.