SPIN OFF PENGANTINKU, LUAR BIASA!
Tiger Sebastian, Ketua Mafia yang kejam, ambisius, pekerja keras dan pantang menyerah. Ia selalu bisa mendapatkan apa pun keinginannya dengan cara apa pun. Satu prinsipnya, nyawa harus dibayar dengan nyawa.
Status Cassanovanya harus berakhir karena dipaksa keluarganya menikahi Jihan, wanita yang hamil karena pernah dilecehkannya.
Tiger marah, kecewa namun tak bisa mengelak. Dia sama sekali tidak percaya bahwa itu adalah darah dagingnya. Jihan sudah kehilangan mahkotanya saat Tiger melakukannya.
Sesal membuncah ketika Tiger mengetahui kebenarannya. Namun terlambat, Jihan sudah pergi meninggalkannya. Yang mana, sudah mulai tumbuh benih-benih cinta di hatinya. Dia terus berusaha keras untuk menemukan istrinya.
Di tengah pencarian, Tiger juga mendapat serangan-serangan dari para musuhnya. Hingga tragedi besar terjadi.
Mungkinkah Tiger dan Jihan bisa bersatu kembali menjadi satu keluarga yang utuh? Yuk intip kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18. HUKUMAN
Jihan menggeliat, ketika merasakan tubuhnya remuk redam. Namun tiba-tiba berhenti saat merasakan perutnya sedikit terasa kram. Tangannya mengelus lembut perut bagian bawahnya yang menegang, "Aduh, maaf mama lupa, Nak!" gumamnya tersenyum lembut.
Wanita itu tersentak ketika merasakan separuh tubuhnya tertindih beban yang cukup berat. Matanya mengerjap dengan perlahan, menoleh ke sisi kirinya. Keningnya mengernyit dan menyipitkan mata untuk menajamkan pandangan.
"DEG!"
Debaran dada Jihan seketika bergemuruh hebat ketika matanya membelalak dengan lebar dan penglihatannya semakin jelas. Sesosok pria yang menghantuinya selama beberapa hari ini.
"Aaaaaaa!" jerit Jihan mendorong dada Tiger dengan kedua tangannya sekuat tenaga.
"BRUGH!"
Seketika tubuh Tiger berdebam ke lantai. Pria itu merintih kesakitan memegang punggung dan tulang ekornya yang seolah mau patah.
Jihan buru-buru bangkit dari duduknya. Tangan lentiknya menutup mulut yang terbuka lebar. Ketakutan mulai merayap di sekujur badan. Manik matanya bergerak ke sana ke mari karena gugup sekaligus panik.
"Tiger, kau ... kau baik-baik saja?" tanyanya melongokkan kepala mengintip suaminya yang berusaha bangun. Ia meringkuk di sofa dengan posisi menekuk kedua lututnya, tanpa mau mendekati sang suami.
Terdengar deru napas Tiger yang berembus kasar. Bola matanya memicing dengan tajam. Rahangnya tampak mengeras, Jihan semakin menenggelamkan kepala di antara kedua kakinya.
"Maaf," ucapnya tidak berani menatap Tiger.
Tubuh gagahnya menjulang tinggi di hadapan Jihan. Kepalanya menunduk melihat sang istri yang meringkuk ketakutan. Ia lalu membungkukkan tubuh, mengungkung badan Jihan di antara kedua lengan kekarnya.
Oksigen di ruangan itu terasa habis dan Jihan mulai merasa sesak napas. Apalagi pria itu tak menciptakan jarak di antara keduanya.
"Kau lancang Jihan!" desis Tiger menggertakkan giginya.
"Iya! Aku minta maaf! Aku mengaku salah. Tolong maafkan aku, Tiger!" sahutnya dengan cepat dan sedikit menaikkan nada suaranya.
Wajahnya terangkat menampilkan raut sendu dan menyedihkan. Ia sampai menyatukan kedua tangannya di dada untuk memohon pada Tiger.
'Hancur, hancur deh harga diri. Tenang Jihan, jatuhin Tuan Devil ke lantai sudah cukup menghibur,' gumamnya tertawa jahat dalam hati. Sebisa mungkin ia menahan ekspresinya agar tetap terlihat menyesal.
"Sebagai hukumannya, buatkan aku sarapan. Bi Sari izin karena anaknya sakit. Jadi, semua tugas Bibi Sari kamu yang kerjakan!" ucap Tiger pelan tidak berteriak seperti biasanya.
'Eh, dia bisa ngomong pelan? Nggak pake ngegas? Ya walaupun matanya masih melotot gitu. Kemajuan nih. Seenggaknya sedikit sentuhan bibir dan lidahku di kopinya cukup membuahkan hasil, kalau tiap hari kayak gimana tuh nantinya?' gumam Jihan bersorak dalam batin.
Jarak antara mereka hanya beberapa inchi saja. Jihan bisa melihat garis wajah yang tegas, penuh ambisi, tidak bisa dibantah juga ia bisa melihat luka pada sorot manik abu yang tajam itu. Dua pasang mata mereka saling bertautan erat, seolah menyelami kedalaman masing-masing.
"Tiger," panggil Jihan tak melepas pandangannya.
"Hmm!"
"Aku nggak bisa masak," Jihan mengaku tanpa ragu. Tangannya menggaruk kepala yang serasa gatal.
Karena jujur, ia memang tidak pernah memasak sebelumnya. Biasanya hanya beli makanan di warung makan. Dan jika harus berkutat di dapur, sangat meragukan hasilnya nanti.
"Buat saja yang mudah! Aku tunggu tiga puluh menit dari sekarang. Kalau tidak, aku akan memberi hukuman dalam bentuk lain!"
Pria itu menegakkan tubuhnya, ibu jarinya menggesek bibir dengan senyum menyeringai. Matanya memindai seluruh tubuh sexy Jihan yang seketika membuatnya meremang. Ia memeluk tubuhnya sendiri sembari merapatkan tubuh.
"Ee! Iya, iya! Aku lakukan." Masih teringat jelas betapa ganasnya permainan panas yang dipimpin oleh Tiger. Tubuhnya meremang hanya membayangkan saja.
Tiger melenggang pergi, namun langkahnya terhenti di ambang pintu. "Jangan sampai kamu masukkan bubuk aneh-aneh! Berani kamu melakukannya lagi, habis kamu saat itu juga! Ingat, saya sudah terlalu kebal dengan obat-obat tidak bermutu itu!" tandasnya lalu kembali melangkah hingga menghilang dari pandangan Jihan.
"Hah!" Jihan merebahkan tubuhnya lagi. Ia gemas karena misinya gagal. "Tiga puluh menit masak apaan coba?" gerutunya memijit pangkal hidungnya.
Bersambung~
🤗 terima kasih banyak supportnya, Bestie 😘 Lope you sekebon cabe milik tetangga 🌶🌶💕💖