Muak seluruh semesta saling membunuh dalam pertikaian yang baru, aku kehilangan adikku dan menjadi raja iblis pertama kematian adikku menciptakan luka dalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Everyone Thinks They Are The Strongest
Tepat sebelum Adomte benar-benar hancur, Arata membuka portal dimensional menuju dunia selanjutnya Alkahalm. Udara di sekitarnya berputar membentuk spiral keunguan, dan dalam sekejap mata, dia menghilang dari dunia yang sekarat itu.
Alkahalm menyambutnya dengan pemandangan yang mencengangkan. Hamparan padang rumput keunguan berkilauan di bawah tiga bulan kembar yang menggantung rendah di langit. Di kejauhan, gunung-gunung melayang terbalik, air terjun mengalir ke atas menuju danau yang mengambang di udara. Hukum alam di dunia ini seolah bergerak dengan logikanya sendiri.
"Jadi ini Alkahalm," Arata mengamati sekelilingnya. "Dunia paradoks Halkalmi."
Dalam pijakan pertama nya di rumput itu, seluruh lanskap mendadak berubah. Padang rumput menghilang, digantikan oleh labirin cermin yang menjulang tinggi. Refleksi Arata terpantul ribuan kali, tapi setiap pantulan menampilkan versi dirinya yang berbeda — ada yang tersenyum, menangis, tertawa, bahkan berteriak dalam diam.
"Dia mempermainkan aku.." Arata mengaktifkan kekuatan barunya. Mata kanannya bersinar, memindai labirin cermin di hadapannya. Melalui mata itu, dia bisa melihat benang-benang takdir yang bersilangan, menunjukkan jalan yang harus dia tempuh.
Namun mendadak, seluruh cermin bergetar. Suara tawa lembut yang dalam bergema di seluruh labirin.
"Selamat datang di duniaku, labirin hebat ku. Tidak ada yang lolos dari sini, setidaknya sampai 100 tahun terlalu cepat!" Suara Halkalmi terdengar dari segala arah. "Aku sudah menunggumu sejak kau membunuh beberapa dewa perang rumor sudah mulai menyebar."
Arata tersenyum tipis. "Kau tidak tampak terkejut dengan kedatanganku."
"Bagaimana aku bisa terkejut?" Tawa Halkalmi kembali bergema. "Di dunia paradoks ini, masa lalu dan masa depan berjalan beriringan. Aku sudah melihat ribuan kemungkinan kedatanganmu. Aku beritahu, para Dewa perang menyiapkan peperangan untukmu."
"Jadi kau sesosok pengecoh yang dikirim, agar mereka lebih disiapkan." Arata mengangkat tangannya yang mulai diselimuti energi divine hitam keunguan, "kau juga sudah tahu bagaimana ini akan berakhir."
"Tentu saja. Para dewa perang yang tidak berhasil kau bunuh akan membalas, mereka bukan memihak pada Tuan Noah — melainkan atas dasar keinginan." Suara Halkalmi berubah serius. "Tapi takdir tidak sesederhana itu, Arata. Kau mungkin memiliki mata yang bisa melihat masa depan sekarang, tapi di Alkahalm — penjelasan tidak penting kau akan tahu sendiri."
"Salah, Dewa perang yang tidak bisa aku bunuh? — mereka itu bersembunyi," tawa Arata bergema cermin-cermin labirin yang menampilkan dirinya seolah menutup telinga karena suaranya.
"Mari kita lihat," Halkalmi mengangkat tangannya, membentang "bawa dia dihadapan aku anak-anak!"
Di hadapan Arata, tanah mulai berguncang. Dari celah-celah dimensi, makhluk-makhluk tua bermunculan. Hewan-hewan mitologis yang tidak pernah terlihat mulai muncul — setiap ekor memiliki kekuatan yang melampaui logika biasa.
Seekor naga berkepala tiga dengan sisik hitam pekat muncul pertama. Tubuhnya sedemikian besar hingga menutupi atmosfer labirin Alkahalm. Di sampingnya, monster berkaki delapan dengan mata seperti batu kristal berkilauan tampil, menghasilkan gelombang energi kejut.
"Ini baru permulaan," suara Halkalmi terdengar semakin dekat — dia bersembunyi di suatu tempat suaranya hanya memantul dan bergema.
Seekor makhluk berbentuk hibrid antara gurita dan serigala raksasa melompat, cakarnya mampu merobek ruang waktu dalam labirin. Di belakangnya, ratusan bayangan monster kuno bergerak, masing-masing memiliki kemampuan destruktif yang berbeda.
Arata tersenyum tipis. Mata kanannya yang bersinar mulai menganalisis setiap gerakan makhluk-makhluk itu. "Kalian pikir ini akan cukup?"
Pertarungan antara Arata melawan pasukan monster Halkalmi siap dimulai, dengan labirin Alkahalm sebagai arena pertempuran yang tidak dapat diprediksi.
Monster-monster kuno itu menyerang Arata secara bersamaan. Naga berkepala tiga mengeluarkan hembusan api hitam yang mampu mencairkan dimensi, sementara monster berkaki delapan mengirimkan gelombang energi destruktif.
Arata mengangkat tangan kanannya. Energi divine hitam keunguan membentuk perisai transparan yang menahan serangan monster-monster itu. Setiap kali serangan mengenai perisainya, dinding labirin seolah di sekitarnya bergetar.
"Kau pikir ini cukup untuk menghentikanku?" teriak Arata.
Mata kanannya mulai menganalisis pola gerakan monster. Dalam sekejap, dia mulai bergerak lebih cepat dari cahaya. Setiap pergerakannya meninggalkan bayangan dimensional, menghindari serangan monster dengan presisi yang mustahil.
Halkalmi tertawa dari kejauhan. "Belum selesai, Arata!"
Dari tanah, puluhan tentakel raksasa mulai muncul, bersikap agresif mencengkeram Arata dari segala arah.
Tentakel-tentakel raksasa itu bergerak secepat kilat, mencoba mengurung Arata dari segala arah. Namun, dengan gerakan yang hampir tak terlihat, Arata menghindari setiap serangan.
"Kekuatan divine-ku sudah melampaui batas normal," gumamnya.
Energi hitam keunguan mulai meledak dari tubuhnya, membelah tentakel-tentakel raksasa menjadi serpihan dimensi. Monster-monster kuno itu mulai mundur, merasakan kekuatan yang tak terbendung.
Halkalmi tersenyum dari kejauhan. "Kau memang luar biasa, Arata. Tapi ini baru permulaan."
"Akan aku tanggapi, tidak ada rencana untuk mengakhiri ini dengan cepat."
Dalam kekacauan pertempuran, Arata mengaktifkan Agroneme—teknik bertarung legendaris dunia timur [Afkargano] yang memungkinkannya bergerak mengikuti refleksi mata kanannya [Apocalypse eye Sargceva].
Setiap gerakan Arata adalah bayangan dari masa depan yang telah dia lihat. Monster-monster legendaris menyerang, namun Arata sudah mengetahui persis di mana mereka akan menyerang sebelum mereka bergerak, mengunakan percepatan analisis [Nito].
"Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," Arata bergumam.
Mata kanannya berkedip, menampilkan jutaan kemungkinan serangan. Dia bergerak dengan presisi mutlak—menghindari, memotong, dan menghancurkan monster-monster itu dalam sekejap.
"Dia benar-benar luar biasa," bisik Halkalmi pada dirinya sendiri.
Pertarungan di Alkahalm berlanjut, dengan Arata mengendalikan setiap gerak pertempuran melalui kekuatan mata kanannya [Sargceva].
Arata melangkah menyusuri lorong-lorong labirin, mata kanannya [Sargceva] menuntunnya dengan presisi absolut. Serangga-serangga kecil yang mencoba menyerang ternyata tidak memiliki kekuatan magis yang berarti.
*slash*
Dengan gerakan ringan dan tepat, Arata menebas setiap serangga yang mencoba mendekatinya. Energi divine hitam keunguan mengalir di sepanjang bilah pedangnya, mengubah setiap serangan menjadi debu dimensi.
"Kau hanya penghalang di jalanku," gumamnya.
Halkalmi mengamati dari kejauhan, tersenyum tipis melihat pergerakan Arata yang sempurna di dalam labirin paradoks miliknya.
Lorong labirin semakin sempit, dan serangga-serangga mulai bermutasi. Mereka berkembang menjadi makhluk hibrida dengan tubuh kristal yang berkilauan, namun Arata tetap tenang.
Mata kanannya [Sargceva] terus menunjukkan jalur, dan setiap ayunan pedangnya membelah makhluk-makhluk itu menjadi serpihan cahaya. Energi divine-nya membuat setiap serangan musuh menjadi sia-sia.
"Kau hanya membuang waktu," Arata bergumam.
Halkalmi tertawa dari kejauhan, "Belum sampai di inti labirin, Arata."
Tepat saat itu, dinding labirin mulai bergerak, menciptakan jalan rahasia yang membawa Arata semakin dekat pada misteri tersembunyi di pusat Alkahalm.
Arata berhenti di depan pintu labirin yang sangat besar. Pintunya terbuat dari material kokoh besi, timah, emas, platina dan campuran batu yang dilelehkan, dengan ukiran simbol-simbol kuno yang berkilauan.
Mata kanannya [Sargceva] mulai membaca setiap garis dan pola pada pintu. Energi divine-nya berinteraksi dengan material pintu, mencoba membongkar rahasia tersembunyi.