Ketika seorang perempuan tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang baru seumur jagung, Humairah rela berbagi suami demi mempertahankan seorang pria yang ia cintai agar tetap berada dalam mahligai yang sama.
Aisyah Humairah menerima perjodohan demi balas budi pada orangtua angkatnya, namun siapa sangka pria yang mampu membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat itu ternyata tidaklah seperti dalam bayangannya.
Alif Zayyan Pratama, menerima Humairah sebagai istri pertamanya demi orangtua meski tidak cinta, obsesi terhadap kekasihnya tidak bisa dihilangkan begitu saja hingga ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk menikahi Siti Aisyah sebagai istri keduanya.
Akankah Alif adil pada dua
Aisyahnya? atau mungkin diantara dua Aisyah, siapa yang tidak bisa bertahan dalam hubungan segitiga itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Motorsport termahal yang hadir di Indonesia adalah RC213V-S. Moge ini bisa dikatakan adalah motor replika dari motor Honda di MotoGp yaitu RC213V. Spesifikasi mesin yang tidak jauh berbeda.
Sebagai penggemar MotoGp, Alif menginginkan moge yang masuk ke tanah air dalam jumlah terbatas ini, bagaimana tidak istimewa moge ini adalah incaran Alif sejak lama namun ia terlambat satu langkah dari sahabatnya Daffa.
Meski Alif penggemar Rossi yang merupakan pembalap Yamaha, namun ia juga menggilai motor yang menjadi kendaraan Marc Marquez menjejal lintasan terbesar dunia tersebut.
Daffalah yang lebih dulu mendapatkan motor dengan kisaran harga yang mencapai 7 hingga 9 miliar ini ketika masuk Indonesia, tentu ia juga bersaing dengan para pecinta motor besar berkekuatan mengerikan itu.
Alif kembali terdiam saat Daffa langsung memberinya penawaran yang menarik hanya karena seorang wanita.
Mereka tengah duduk berhadapan di sebuah kafe, kopi yang telah disuguhkan pelayan sama sekali belum tersentuh sejak tadi.
"Bagaimana?" tanya Daffa sekali lagi.
"Aku tidak menyangka kau benar-benar menginginkannya bahkan rela melepas motor itu untukku," ucap Alif menatap Daffa terheran-heran.
Bagaimana tidak, hanya karena seorang wanita yang telah ia nikahi hampir empat bulan yang lalu. Wanita cantik dan sempurna itu telah merebut hati sahabatnya saat ini, Daffa merelakan motorsport berharga miliaran rupiah itu padanya hanya dengan sebuah kata talak dari Alif.
Daffa membeli motor itu pakai uang bukan menggunakan daun, bukan pula dengan cara menyicil. Lelaki itu membelinya dengan uang cash.
Itu artinya Daffa tidak bermain-main dengan Humairah, bukankah ini suatu pertanda bagus jika ia melepaskan Humairah nanti akan ada lelaki yang jauh lebih baik darinya.
"Motor itu tidak ada apa-apanya bagiku dibanding memiliki seorang seperti Humairah, aku akan menjaganya, aku tidak sedang bermain-main, aku harap kau menerima tawaranku!"
Alif tidak bisa menerima begitu saja disaat hatinya merasa aneh dengan semua ini.
"Maaf Daffa, aku belum bisa memutuskannya. Humairah istriku, aku akan pertimbangkan ini dengan baik."
***
Alif merasa perasaannya cukup tersinggung atas penawaran Daffa tadi, belum lagi Aisyah juga terus mendesaknya dengan berbagai alasan yang memang terkesan masuk akal.
Alif menginginkan motor itu, tapi tidak dengan menukar Humairah, lagipula pernikahan mereka sah bukan permainan yang bisa dibuat bertaruh dengan sesuatu.
Alif sengaja mematikan ponselnya, ia sedang mengemudi menuju rumah istri pertamanya Humairah. Beruntung malam ini Aisyah sedang berada di rumah orangtuanya, ia bahkan mengabaikan Aisyah yang sejak tadi menghubungi menyuruhnya menyusul ke sana.
Di kamar, diterangi cahaya yang temaram Humairah baru saja akan menutup laptopnya. Seperti biasa ia baru selesai mengerjakan bab demi bab tugas akhir skripsinya.
Kening perempuan cantik itu mengerut saat mendengar ada sebuah mobil yang memasuki pagar rumahnya. Humairah segera bangkit dan keluar kamar setelah meyakini itu adalah Alif suaminya.
Baru saja Alif ingin mengetuk pintu, Humairah ternyata lebih dulu membuka pintu.
Sejenak Alif tercengang, Humairah menyambutnya dengan senyuman manis, menyalami tangannya dan menariknya pelan agar segera masuk ke dalam rumah.
"Mas alif," ucap Humairah sekali lagi seraya mengibaskan jari tangannya di depan wajah dan mata pria yang seakan sedang melamun itu.
"Humairah."
Alif memeluk istri pertamanya itu dengan erat, ada perasaan tentram di sana.
"Mas Alif, ada apa?" tanya Humairah terheran-heran.
Alif menggeleng, "Aku akan menginap di sini, apa kau keberatan?" tanya Alif ambigu.
Humairah tersenyum sebelum menjawab, "Kenapa bertanya seperti itu? Kau bebas kapanpun ingin pulang kemari."
Alif mengecup bibir Humairah sekilas lalu berkata lagi, "Maaf soal kemarin," ucapnya sambil menyibak rambut Humairah yang tergerai ke belakang pundaknya.
"Soal apa?" Humairah tersenyum.
"Soal yang kau lihat di kantor," jawab Alif malu.
"Aku hanya cemburu, kau bahkan seolah tidak mengenalku ketika di kantor," kata Humairah lagi.
"Maafkan aku."
"Sudah ayo lupakan, kau lapar? Apa kau sudah makan sebelum kemari?" Tanya Humairah mengalihkan pembicaraan.
"Belum, apa kau memasak? Aku ingin makan bersamamu."
"Wah benarkah? Ini jarang terjadi mas Alif. Ayo, aku akan memasak untuk suamiku yang jarang pulang ini, apapun untukmu!" jawab Humairah mengajak Alif berjalan bergandengan menuju ke dapur, perempuan itu menatap suaminya dengan wajah bahagia.
"Apa kau akan terus menyindirku?"
Humairah terkekeh seraya menjawab, "Aku hanya bercanda, jangan dipikirkan."
Alif tersenyum, Humairah menatapnya lagi dengan netra hitam bening yang memancarkan cinta di sana. Alif tertegun bagaimana istrinya itu menyambutnya dengan hati yang lapang.
Humairah mendorong pelan tubuh suaminya agar duduk di salah satu kursi meja makan. Alif menurut saja tanpa banyak kata.
Alif tidak putus menatap Humairah yang tampak lain malam ini, entahlah matanya begitu enggan beranjak menatap selain Humairah.
"Baiklah, kebetulan aku berbelanja tadi jadi banyak stok bahan makanan yang bisa dimasak, mas Alif mau ku buatkan apa?"
Alif tidak menjawab melainkan melingkari kedua tangannya di pinggang ramping sang istri agar tidak menjauh, namun lelaki ini masih saja betah diam seribu bahasa.
"Mas Alif ingin makan masakanku atau memakan orangnya?" goda Humairah sambil mencium pipi pria itu.
"Dua-duanya jika bisa," Jawab Alif meraih wajah Humairah lalu mencium bibir perempuan itu cukup lama.
Humairah menghentikan ulah Alif, "Tidak jadi lapar?" tanya Humairah lagi.
Alif terkekeh, "Baiklah, masak apapun yang kau bisa aku pasti akan memakannya."
Hampir setengah jam berlalu, Humairah menyiapkan makan malam suaminya dengan telaten sehabis memasak.
Alif tidak memutus kontak matanya pada Humairah yang sedang menuangkan air minum untuknya, wajah cantik itu, sesekali Humairah membalas tatapannya dengan senyum tulus.
Melayani sepenuh hati, disana pulalah Alif merasa jahat untuk waktu yang tidak singkat, ia mengabaikan Humairah selama ini, menolak cinta dari perempuan sempurna luar dalam itu, Alif terenyuh, hatinya sakit melihat senyum itu yang seakan tidak pudar sejak ia datang tadi.
Alif merasakan ketidakadilan yang telah ia lakukan pada istri pertamanya ini, apa ia akan sanggup menyakiti perempuan sebaik Humairah lebih lama lagi? Jawabannya ada pada Daffa dan Aisyah, dua orang itu sudah menunjukkan jalan agar istri pertamanya ini tidak terlarut dalam luka yang telah ia goreskan.
Menerima tawaran Daffa tidak ada salahnya, bukankah ia percaya lelaki itu bahkan bisa lebih baik daripada dirinya dalam bertanggung jawab atas Humairah kelak.
****
Yuk mari kita cus masih sepi nih...
"Gadis 1 milyar milik tuan muda"