Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.
Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.
"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"
"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."
"Astaghfirullah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DB ENAM
Sedari berjam- jam lalu Tyas hanya menatap langit- langit kamarnya. Pikirannya kacau tak karuan, ruwet, kusut semalaman ini.
Siang tadi cintanya dipatahkan oleh Ervan, lalu setelahnya satu pemuda aneh tiba- tiba saja melamarnya. Hari ini benar- benar hari yang melelahkan baginya.
📥 "Sudah bangun, Yas?" Pesan yang akhirnya Tyas baca. Wajahnya mendatar, karena itu pesan dari Ervan.
Lalu Tyas harus apa sekarang? Dia bingung untuk melangkah lebih jauh. Apa dia harus berpura- pura tidak tahu pengkhianatan Ervan kah, atau meminta putus lewat pesan?
Dering telepon akhirnya terdengar, ini memang kebiasaan Ervan. Setiap pagi Ervan selalu menelepon Tyas sekedar bertanya sudah shalat subuh atau belum.
Hal yang membuat Tyas percaya jika Ervan benar- benar layak dijadikan suami. Itu juga yang mengukuhkan niat Tyas pagi kemarin.
Menyusul Ervan dan meminta dinikahi secepatnya demi Bapak. Lagi pula, kisah mereka bukan dua tiga hari, mereka sudah lama menjalin hubungan serius.
Lima tahun lamanya mereka pacaran. Walau Tyas sering kesal karena Ervan tak pernah mau datang ke rumah untuk menikahinya tapi Tyas selalu saja menjatuhkan harapan.
Entah apa alasan jelasnya Ervan, yang pasti Ervan tak pernah mau putus tapi juga selalu membuat alasan untuk tidak datang ke rumahnya. Ervan hanya terus merayunya untuk having sex.
Sementara Tyas, sampai kapan pun Tyas takkan mungkin mau melakukan hubungan itu sebelum menikah, Tyas wanita berprinsip, dia tidak lupa pesan Bapaknya selama ini.
📥 "Gimana Mbak? Semalam Mbak Tyas mimpi Rayyan kah?" Pesan kedua yang Tyas baca setelah panggilan dari Ervan mati.
📤 "Hapus nomor saya!" kirim Tyas pada nomor asing yang sudah dapat dipastikan jika itu milik Rayyan. Jelas, Dimas pasti yang memberikan nomor pada pemuda itu.
📥 "Itu hal terbodoh yang tidak akan pernah seorang Rayyan lakukan, Mbak!" balas Rayyan.
Tyas lantas segera mengangkat telepon Rayyan yang tiba- tiba sampai. "Mau kamu apa sih?" bentaknya langsung.
📞 "Menikah!" enteng Rayyan bahkan terdengar pula tawanya. "Sudah jelas kan?"
Tyas geram sekali, sebelah tangannya mengepal kuat karena itu. "Kamu gila! Kita saja baru ketemu kemarin siang Rayyan, gimana caranya kita menikah?!"
📞 "Caranya. Ijab, lalu malam pertama," jawab enteng Rayyan kembali.
"Astaghfirullah!" sebut Tyas.
📞 "Alhamdulillah, Mbak Tyas jadi banyak pahala kan nyebut terus kalo ngobrol sama calon suami Mbak?"
Tyas menghela dalam, wanita itu sedang berusaha sabar menghadapi berondong menyebalkan ini. Apes sekali dirinya, harus menyaksikan Ervan selingkuh dan bertemu dengan Rayyan secara bersamaan.
"Dengarkan saya Rayyan, umur saya dua puluh lima tahun, usia kita saja sudah beda jauh! Jadi tolong, kamu jangan macam- macam sama saya! Kamu ini bukan pantar saya, kamu cuma anak kemarin sore!"
📞 "Panggil, Mas, Mbak." Rayyan protes, sedari kemarin Tyas menyebutnya Mas tapi sekarang hanya Rayyan. Walau dia tahu alasannya, itu terjadi karena Tyas sudah tahu berapa umur Rayyan yang sesungguhnya.
📞 "Pasti bibirnya lagi nantangin kan?"
Setelah cukup lama terdiam, Rayyan menebak ekspresi wajah Tyas yang jutek. Tapi, dia cukup menyesal karena setelah itu Tyas mematikan sambungan teleponnya.
"Bocah semprul!" umpat Tyas. Dia lalu mendapat pesan bertubi- tubi dari Ervan yang bertanya; kenapa dia tidak angkat teleponnya tapi malah sibuk dengan panggilan lain?
Tyas tak membalasnya kembali, dia bingung harus menjawab apa karena tidak mungkin dia jujur jika Rayyan yang meneleponnya.
Tyas keluar dari kamar, keluar dari rumah juga, kemudian menuju sumur kuno khas rumah sederhananya. Seperti biasa, kegiatan rutin pagi harinya beribadah setelah mandi.
Sekacau apa pun hatinya, Tyas tidak boleh bersedih. Dia masih punya Dimas dan Bapak yang perlu diurus. Menangisi Ervan berlarut larut hanya akan mempersulit dirinya.
📥 "Aku pulang Yas, kita ketemu di tempat biasa bisa kan?" Setelah membuat sarapan, Tyas kembali mendapatkan pesan Ervan.
Sekarang Tyas paham, Ervan pasti kembali sambil mengantar pulang Laras. "Maaf, tapi Tyas nggak bisa ninggalin Bapak," balasnya.
📥 "Kamu kok tumben nggak seneng aku pulang? Kamu ada masalah? Bapak kamu butuh berobat?"
Ini yang membuat Tyas tak pernah percaya pada pengkhianatan Ervan. Lelaki itu begitu perhatian sebenarnya. Kurangnya hanya satu, tidak mau menikahinya.
📤 "Bapak minta Tyas menikah."
Ervan membalasnya langsung dengan panggilan telepon. Dan Tyas segera mengangkatnya untuk kali ini.
📞 "Sudah berapa kali kita bahas ini, Yas?"
Menikah menikah dan menikah saja tuntutan Tyas pada Ervan. Seolah olah tidak ada lagi pembahasan menarik lainnya.
"Terus apa alasan Mas nggak mau nikah? Kalo memang nggak bisa nikahin Tyas, ya sudah nggak apa- apa, Mas." Tyas bernada tinggi.
📞 "Kamu mau apa lagi? Kemarin kita baru bicarakan soal ini kan?"
"Tyas cuma bisa doain Mas biar bahagia sama yang lain," ucap Tyas yang mendapat tertawaan dari Ervan.
📞 "Kamu tuh aneh. Memang ada cewek yang doain pacarnya bahagia sama cewek lain?"
Tyas sudah geram, tapi begitulah Tyas, sulit menyakiti hati Ervan. "Kita ini nggak bisa bersama kan, Mas? Karena kita berbeda, Mas orang berada dan Tyas cuma orang miskin, makanya Mas nggak bisa nikahin Tyas karena orang tua Mas nggak pernah setuju, itu kan alasan yang sebenarnya kenapa Mas nggak mau nikahin Tyas?"
📞 "Kamu lagi banyak masalah hm?" Ervan terdengar menenangkan, dan itu sama sekali tidak mampu membuat Tyas tenang.
Tyas sudah sakit hati, dalam bahkan sangat dalam dan membekas. "Masalah di hidup aku cuma kamu, Mas, nggak ada lagi!" ketusnya.
📞 "Sayang." Ervan lagi lagi tertawa, mungkin karena Tyas tak pernah bersikap ketus seperti ini padanya. "Kamu kok lucu gini sih hm?"
"Tyas liat Mas sama Laras kemarin." Tyas mengatakannya pada akhirnya. "Selamat ulang tahun, semoga Mas sehat selalu, tadinya Tyas mau ngucapin itu langsung di depan Mas, tapi Tyas nggak bisa nemuin Mas dalam kondisi seperti kemarin."
📞 "A-apa maksudnya, Yank?"
"Assalamualaikum." Tyas tak perlu menjelaskan panjang lebar. Kalau merasa, pasti Ervan akan sadar sendiri.
📞 "Tyas!" Teriakan yang sempat Tyas dengar sebelum dia memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.
📥 "Kita ketemu di tempat biasa, ada yang perlu kita bicarakan, Yas!" Kelihatannya Ervan mulai kalang kabut, tapi Tyas tidak mungkin memaafkan perselingkuhan kemarin.
Baru saja Tyas ingin membalas, satu pesan dari nomor Rayyan masuk. 📥 "Bilang Bapak, calon suami mu datang jam sembilan. Bilang juga sama Mbaknya Dimas, sekali- kali coba senyum biar cantiknya keliatan."
itu kata om opik
itu juga yg ak alami
skrg tertawa
bebrapayjam lagi cemberut
lalu g Lma pasti nangis