"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah
Hujan deras membasahi bumi di tengah musim kemarau, tidak ada petir hanya guyuran air yang jatuh dari langit nan begitu kelam malam ini.
Agustus adalah puncak musim kemarau, entah kenapa hujan tiba-tiba saja turun sangat deras yang tampak di kaca jendela sebuah rumah sederhana yang terletak tidak jauh dari pinggir kota.
Dua orang perempuan paruh baya tengah bercengkerama sembari menikmati teh hangat dan satu piring pisang goreng.
Suara pintu terbuka, ibu Aini dan seorang perempuan sebayanya ikut menoleh pada sosok gadis yang masuk kebasahan.
"Humairah"
"Oh maaf bu, aku kira tidak ada tamu"
"Sayang kenapa memaksa pulang padahal masih hujan?"
Ibu Aini segera mengambilkan handuk untuk gadis itu.
Segera perempuan yang masih memakai jaket itu mengelap tubuhnya dengan handuk yang diberikan Ibu Aini.
"Aini, apa dia putrimu?"
"Iya, inilah gadis ku yang bernama Aisyah Humairah"
"Selamat malam bibi, maaf jika aku tidak sopan," ucap Humairah seraya menyalami teman ibunya.
"Oh sayang kau lebih cantik dari yang bibi duga, bibi akan memanggil mu apa?"
"Ibu memanggilku Humairah bi, ayah memanggilku Aisyah, lalu teman kuliahku memanggilku Mairah saja dan bibi bisa memanggilku salah satu dari yang ku sebutkan," jawab sang gadis sambil tersenyum ramah.
Perempuan itu tampak berbinar melihat Aisyah Humairah meski gadis itu tengah basah kuyup, terlebih mendapat sambutan tangan dari gadis cantik berjilbab hitam dengan wajah berlesung pipi.
Aisyah Humairah yang akan genap berumur 20 tahun pada awal bulan September mendatang, memiliki wajah oval, hidung mancung dan memiliki lesung pipi, mata cokelat yang bening serta memiliki alis mata bak semut beriring.
Meski tidak memiliki tinggi badan bak seorang model, namun Humairah cukup sempurna sebagai seorang wanita yang bertubuh ramping dan mungil.
Ibu Aini tertawa pelan.
"Ayo sayang, keringkan badanmu setelah berpakaian segeralah kemari bibi Rika ingin mengobrol dengan kita"
Gadis itu mengangguk lalu segera berlalu ke arah kamarnya.
"Aini, aku sangat menyukainya hanya dengan pandangan pertama, ayolah teman.... kita bisa realisasikan candaan kita sewaktu muda dulu, aku sangat berharap kau mau memberikan Aisyah sebagai menantuku"
Ucap perempuan yang bernama Rika itu seraya menggenggam tangan ibu Aini.
"Kita tanyakan langsung pada tuan badan, aku tidak mau memaksanya, Humairah punya pilihannya sendiri Rika, aku tidak ingin mengorbankan impiannya hanya karena perjodohan yang belum tentu dia mau, lagi pula belum tentu putra mu mau"
Bibi Rika tampak murung mendengarnya, ia sungguh berharap gadis yang bernama Aisyah Humairah itu menjadi menantunya.
"Putraku anak yang penurut, aku tidak ingin dia salah langkah. Ketahuilah Aini, aku tidak ingin putraku menikah dengan perempuan itu, aku tidak menyetujuinya entahlah...."
"Bukankah Alif yang akan menjalani pernikahan nantinya, bagaimana jika dia tidak mau menerima Humairah? putriku akan terluka"
"Aku jamin, putrimu cantik dan baik seperti itu mana ada pria yang menolaknya Aini, lagi pula berkaca pada pernikahan kita dulu, kita dijodohkan tapi langgeng sampai kita tua seperti sekarang"
Bibi Rika seakan memaksa, ia terus saja membujuk sahabat lamanya itu untuk menjodohkan anak mereka.
"Aku akan bicara dulu dengan mas Ihsan dan Humairah tentunya"
Rika mengangguk setuju, mata mereka serentak melihat ke arah Humairah yang berjalan mendekat dengan stelan piyama dan jilbab instan rumahan.
Humairah tersenyum lalu mendekat pada ibunya yang telah mengulurkan tangan padanya.
"Aini, aku sungguh jatuh cinta pada putrimu... Aku harap rencana ini berjalan dengan lancar, tidak ada yang lebih membahagiakan ku daripada perjodohan ini, aku sungguh menginginkan Aisyah menjadi menantuku"
Humairah cukup terkejut sekaligus bingung oleh pernyataan bibi Rika yang baru saja ia dengar dengan jelas.
*****
Humairah Bermenung, ia hanya memainkan pulpennya saja sejak tadi di hadapan laptop yang menyala.
Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu, hingga dua sahabatnya berniat ingin memberinya kejutan berupa es batu yang mereka keluarkan dari minuman boba di tangan salah satunya.
Salah seorang sahabat perempuan Humairah memasukkan es batu berukuran kecil itu ke dalam kemeja putih milik Humairah dengan menyingkap hibabnya sedikit keatas.
"Aishhhh Lola"
Humairah memejamkan matanya merasakan dingin es batu yang menusuk di sela bajunya saat ini, matanya melirik dua teman yang terkekeh geli di sampingnya.
"Apa kalian kurang kerjaan, bagaimana jika kemejaku jadi basah"
Rutuk Humairah kesal pada dua orang terdekatnya sejak awal kuliah.
"Maafkan aku sayang, jangan marah-marah nanti cepat tua. Ayolah aku hanya heran kenapa kau murung saja sejak tadi"
"Apa kau sedang dalam masalah?" tanya seorang temannya yang laki-laki.
Humairah mengangguk.
"Ini tidak biasanya, kau bahkan tidak memiliki masalah apapun dalam hidupmu selama ini Mairah, hidupmu lancar jaya seperti jalan tol"
Gadis bernama Lola menyambung.
"Hidupmu sempurna, orangtua yang menyayangimu kau anak tunggal, kekasihmu tampan dan pintar, ketua BEM lagi, hidupmu sederhana jauh dari masalah, jangan bilang kau masih meratapi kucingmu yang mati bulan lalu, ayolah Mairah itu hanya seekor kucing, aku bosan mendengar itu"
Lola bicara lancar seakan ia sudah bisa menerka masalah yang sedang dihadapi sahabat kentalnya itu.
"Kenapa kau selalu jadi peramal Lola, masalahku sangat berat sekarang"
"Cerita atau tidak? aku akan kembali ke ruangan ibu Desy, jangan sampai perempuan gendut itu marah lagi seperti kemarin, lagi pula aku heran kita memang anak magang tetapi bukan suruhan mereka juga bukan"
Giliran lelaki bernama Aji yang merutuki keadaan mereka sekarang.
"Bersabarlah sayang, kita baru satu minggu di sini dan masih terlalu lama keluar dari tempat ini, lagi pula aku berharap jika lulus nanti bisa kerja di kantor ini, aku suka di sini"
"Iya karena kau sibuk tebar pesona," ketus Aji kesal.
Lola dan Aji adalah pasangan kekasih merupakan dua sahabat Humairah di kelasnya sejak awal kuliah, pertemanan mereka tulus dan saling mendukung satu sama lain.
Mereka berdebat yang membuat Humairah kesal.
"Kalian selalu mengabaikan ku jika sudah punya topik pembicaraan yang membuat kalian seperti Tom and Jerry. Aku hanya puas menjadi penonton kalian yang berdebat tidak ada ujungnya ini"
Humairah kesal, ia berniat pergi dari sana namun dengan cepat Lola menahannya.
"Kau bisa cerita sekarang," Lola mendorong pelan tubuh Humairah untuk duduk kembali di kursinya.
"Aku akan dijodohkan"
"Apa?"
Lola dan Aji sama-sama terkejut.
"Jangan bercanda, mana ada perjodohan jaman sekarang," timpal Aji menyanggah lalu tertawa.
"Aku serius"
"Tunggu... tunggu... apa kau bilang dijodohkan?"
Mairah mengangguk polos.
"Dengan siapa?"
"Aku tidak tahu, kemarin teman lama ibuku bertamu... entah bagaimana caranya hingga bibi itu dan orangtua ku berniat menjodohkan anak-anaknya"
"Lalu kau setuju begitu saja?" Aji yang menyimak sejak tadi pun ikut bicara.
"Bagaimana caranya aku bisa menolak, aku tidak mau mengecewakan mereka"
"Lantas bagaimana dengan Rasya?"
"Entahlah aku galau sekarang, kalian tidak membantu"
"Hallo... memangnya kami bisa bantu apa? bicara pada orangtua mu jika kau ingin menolak rencana mereka? kami ini siapa sayang? hanya anak ingusan bak butiran debu"
Lola mencubit pipi sahabatnya dengan gemas.
"Terima saja mana tahu calonmu lebih pintar dari Rasya, lebih kaya dari Rasya dan tentunya bukan mahasiswa kere seperti kita ini"
Aji menanggapinya dengan santai.
"Aku setuju dengan mu sayang, kau cukup dewasa menanggapi masalah seperti ini, apa kau juga akan meninggalkan ku demi perempuan yang akan dijodohkan oleh orangtuamu? apa kau tega melakukannya padaku?"
Lola menatap tajam ke arah kekasihnya itu.
"Aku salah bicara lagi, ya baiklah maafkan aku"
Sambung Aji lagi yang malas berdebat karena hal ini.
"Aku sungguh galau"
Humairah membaringkan kepalanya di atas meja.
Namun tidak lama kemudian ada seorang teman lainnya memanggil mereka.
"Apa kalian lupa ini sudah jam berapa? hanya kalian yang belum berkumpul di ruang A, sebentar lagi CEOnya datang, jangan sampai membuat nilai kelompok kita jadi nol karena tidak disiplin"
Dengan langkah malas dan gontai Mairah dan kedua sahabatnya ikut teman mereka menuju ruang A.
"Kalian masuklah dulu, aku ingin pipis"
Lola dan Aji mengangguk mengerti. Humairah berjalan dengan pikirannya yang entah kemana menuju toilet berada.
Keluar dari toilet Humairah merasa lega, ia mengembangkan senyum lalu melangkah ke wastafel untuk memperbaiki penampilannya, namun baru saja keluar ia melihat seorang pria juga keluar dari toilet di sebelahnya.
"Aaahhh siapa kau? kenapa kau masuk toilet wanita? oh apa kau mengintip ku pipis?" Mairah panik, tanpa berpikir panjang ia mengambilkan tong sampah yang berada di sampingnya lalu memukul pria itu tanpa ampun hingga isi tong sampah ikut terbuyar di sana.
"Apa? Hei nona apa yang kau lakukan?" Lelaki berpakaian rapi itu menghindar saat Mairah memukulnya dengan tong sampah.
"Dasar pria cabul, kau sengaja masuk kemari ingin mengintip para wanita sedang pipis bukan? huh tidak akan ku biarkan kau hidup, aku akan melaporkan mu pada polisi, aku merasa dilecehkan jika seperti ini"
"Tolong... Tolong..."
Humairah terus saja mengoceh berteriak, ia menjadi tidak fokus dengan siapa ia berhadapan sekarang, pria itu menangkap tangan gadis ini agar berhenti memukulnya.
"Hentikan!"
Humairah terkejut mendengar lelaki itu membentaknya.
"Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan nona gila? aku rasa kau salah sangka, jangan asal menuduh. Lihat ini baik-baik!"
Lelaki itu menarik tangan Humairah menuju pintu toilet agar gadis tersebut membaca dengan jelas tulisan di sana.
Humairah terdiam setelah matanya membaca jelas bahwa itu adalah toilet pria.
"Kau lihat perbuatanmu? pakaianku jadi kotor"
"Oh maafkan aku pak, sekali lagi maaf"
Hanya kata maaf yang bisa gadis itu ucapkan, ia menjadi malu sendiri telah salah sangka terlebih ia begitu ceroboh main pukul saja pria asing di hadapannya itu.
Humairah menunduk takut.
"Pergilah, karena kau wanita tentu aku tidak bisa membalas perbuatanmu"
"Maaf....."
"Jangan terus meminta maaf, aku menyuruhmu pergi sebelum pikiranku berubah!"
"Baik, tapi bagaimana dengan ini?" tanya Humairah tentang tong sampah yang berserakan beserta isinya.
"Apa kau cleaning servis?" tanya pria itu berbalik.
Humairah menggeleng cepat, "Bukan, aku aku mahasiswa magang di kantor ini"
"Benarkah? untung masih magang jika kau karyawan akan ku pecat karena tidak teliti dan sudah merugikan orang lain"
Ucap pria itu seraya meninggalkan Humairah yang berdiri mematung di sana.
"Apa? dipecat? apa maksudnya? haaahhh? atau jangan-jangan dia bos kantor ini? Ya Allah, apa yang telah ku lakukan, matilah aku... bagaimana jika dia mencabut izin magang ku di sini? atau dia akan melaporkan tindakan ku pada dosen pembimbing, ini benar-benar pertanda buruk, kenapa sampai salah masuk toilet"
Humairah bicara sendiri seraya membersihkan tong sampah dan isinya.
Lelaki tampan itu bernama Alif Zayyan Pratama berumur 30 tahun memiliki perawakan yang tinggi, berbadan atletis dan wajah yang tampan bak model profesional, seorang CEO dari PT Jaya Pratama perusahaan tempat Humairah magang saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Nimas Bin Udin
berarti laki laki ini yg akan d jodohkan sama Aisah yaitu alif
2024-10-23
0
Anonymous
keren
2024-10-21
0
Deisy Isak
j
2024-10-07
0