Gavin Wiliam Pranaja seorang dokter tampan yang terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya karena ancaman yang di dapatkannya.
Ancaman untuk mencoreng nama nya sebagai salah satu pewaris keluarga Pranaja, bukan masalah gila harta, tetapi Rumah sakit menjadi salah satu aset yang tertera dalam hak waris. Sebagai seorang yang berjuang, tentu ia tidak akan mau merelakan rumah sakit impiannya begitu saja, terlebih lagi pada sang kakak yang begitu membencinya dan selalu merasa tersaingi.
Perjodohan tak bisa di hindarkan, meskipun gadis yang akan bersanding dengan nya memiliki sifat berbalik dengan sifatnya. Kekanakan dan sangat manja, Gavin membencinya.
Kirana Zahrani, seorang gadis belia yang pasrah di jodohkan dengan seorang dokter tak dikenalnya karena alasan membalas budi baik keluarga Pranaja yang telah membantu operasi sang Papa.
Ejekan dan hinaan di dapatkan Kirana, tetapi ia menanggapinya dengan penuh kesabaran, kesabaran yang berujung perasaan tak di undang untuk satu sama lain. Kelembutan dan ketulusan Kirana membuat hati Gavin menghangat hingga tanpa sadar perasaan itu hadir padanya.
updated pukul 12.00 WIB
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gavin Jahat!!
Kirana baru saja selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang habis keramas. Kirana begitu santai berjalan menuju meja rias yang telah diisi oleh alat makeup serta skincare miliknya.
Sadar atau tidak, saat ini ia bahkan lupa mengancingkan dress yang tengah digunakannya hingga memperlihatkan aset pribadinya.
"Bisakah kau lihat penampilan mu dulu sebelum keluar?" suara itu menyadarkan Kirana dari kegiatannya.
Ia menoleh ke belakang, melihat Gavin sedang duduk memangku laptop dengan kacamata yang bertengger di matanya. Saat ini pria itu sedang melakukan seminar online, tetapi siapa sangka jika dirinya di suguhi pemandangan tak terelakan.
"Apa? memang apa yang aku lakukan?" tanya Kirana mengangkat alisnya heran.
"Berbalik, berkaca dan lihat penampilanmu." Jawab Gavin tanpa menatap Kirana.
Kirana yang kebingungan tetapi tetap mengikuti ucapan Gavin, ia membalik badan dan berkaca. Tidak ada apapun di wajahnya, tangannya turun ke leher tetapi matanya sudah menjalar ke bagian dada, ia membuka matanya melihat penampilannya yang tak senonoh.
"Astaga!!!" pekik Kirana karena terlalu terkejut.
Kirana membalik badan, menatap Gavin yang saat ini sedang menatap layar laptop seraya memakai earphone di telinga kanannya. Ia berjalan mendekati Gavin yang sedang serius.
"Baik--" ucapan Gavin yang saat itu ingin membuka suara terhenti karena teriakan istrinya.
"Kau!!! dasar mesumm!!!!!!" teriakan Kirana sontak membuat Gavin terlonjak.
Gavin membulatkan matanya, ia menatap Kirana dan layar bergantian lalu melepas earphone yang digunakannya. Gavin sedikit gemetar, saat ini dirinya sedang melakukan panggilan video dengan beberapa dokter tempatnya bekerja dan Kirana dengan kencangnya berteriak ketika dirinya baru akan mengeluarkan pendapat.
"Dokter Gavin anda tidak apa-apa?"
"S-saya izin sebentar untuk off."
Kirana langsung terhenyak, wajahnya berubah pias ketika sadar saat ini pria itu sedang melakukan panggilan video. Tubuh Kirana gemetar ketika Gavin menatapnya tajam, ia ingin mati saja rasanya saat Gavin beranjak dari tempatnya lalu mendekati Kirana yang berusaha menjauh.
"M-maaf aku tidak tahu, ku mohon maafkan aku." Pinta Kirana dengan gugup.
"Maaf? kau sudah membuatku malu karena suaramu itu dan sekarang dengan mudahnya meminta maaf?!" bentak Gavin diakhir kalimatnya.
"Kau mengatai ku tanpa berpikir, seharusnya aku yang berteriak dan mengataimu yang keluar dari kamar mandi tanpa melihat penampilan sebelumnya." Lanjut Gavin dengan tajam.
"G-gavin, aku … " ucapan Kirana terhenti ketika Gavin mencekal pergelangan tangannya dengan kuat.
"Keluar!" usir Gavin dengan tatapan penuh amarah kepada gadis kecil di depannya saat ini.
Kirana menelan saliva nya susah, ia berusaha untuk tidak menangis hingga berujung pada suaranya yang memberat.
"Aku minta maaf." Lirih Kirana namun tak dihiraukan oleh Gavin.
"Keluar sebelum aku yang menyeretmu!" usir Gavin lagi dengan tatapan tajam dan menusuk hati Kirana.
Kirana segera keluar, ia menangis tanpa suara. Siang hari setelah makan seperti ini rumah keluarga Pranaja tampak sepi. Ia yakin jika mertuanya sedang tidur, lalu pelayan mengerjakan tugas dan sebagian istirahat.
Kirana memutuskan untuk pergi ke dapur, di lihat disana juga tidak ada orang, ia lalu meraih gelas dan menuang air ke dalamnya sebelum air itu tandas dan berpindah ke tenggorokannya.
"Kenapa Gavin jahat sekali, aku kan tidak tahu jika dia sedang … hiks …" Kirana menangis, ia menarik kursi lalu duduk dan menjatuhkan kepalanya di meja makan.
"Ada apa pengantin baru menangis seorang diri disini?" suara itu menghentikan tangisan Kirana.
Kirana mengangkat kepalanya, ia segera menyeka air matanya ketika melihat kakak iparnya berdiri dengan menenteng tas kerja dan jas di tangannya.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit pusing, Kak." Jawab Kirana berbohong.
"Benarkah? jika tidak salah dengar kau menyebut adikku 'jahat', benar kan?" tutur Fahri tersenyum misterius.
"I-itu, aku hanya asal bicara saja." Timpal Kirana gugup.
"Kau tidak bahagia menikah dengan adikku?" tanya Fahri serius, ia tarik kursi lalu duduk di depan Kirana.
"Apa yang kau katakan, Kak. Tentu aku bahagia menikah dengannya," jawab Kirana tanpa menatap pria di depannya.
Fahri sedikit mengangkat tubuhnya, tangannya terulur untuk menghapus air mata gadis itu. Tetapi sebelum aksinya lancar jaya, suara tajam dan dingin itu menyapa indera pendengaran.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Gavin ketika melihat Fahri hendak menyentuh wajah Kirana.
Kirana dan Fahri sama-sama menoleh, gadis itu beranjak dari duduknya dengan kepala menunduk.
"Oh, aku? aku hanya ingin menghapus air mata adik ipar ku." Jawab Fahri santai.
"Apa yang kau lakukan padanya sampai dia menangis begitu?" tanya Fahri menatap Gavin dengan tatapan menyidik.
Mendengar itu, Gavin lantas menoleh menatap Kirana. "Masuk ke kamar mu." Suruh Gavin dengan suara halus tetapi mengandung ancaman.
Kirana menganggukkan kepalanya, ia segera berlari ke kamar dan meninggalkan kakak-beradik itu yang sedang sama-sama melempar tatapan tajam.
"Bagaimana bisa seorang kakak ipar lelaki hendak menyapu air mata adik iparnya, bukankah itu tidak sopan?" tanya Gavin menyindir.
"Heuh, mungkin saja tetapi aku tidak tega melihat gadis cantik itu menangis sambil mengucap namamu bersama kata jahat di belakangnya." Jawab Fahri tersenyum remeh.
Gavin mengepalkan tangannya, sesaat ia terdiam guna menahan emosi, setelah tenang ia mendekati Fahri lalu menepuk bahu pria itu pelan.
"Ya aku memang jahat, aku jahat karena bermain kasar di saat pengalaman pertamanya." Ucap Gavin mendapat balasan tatapan tajam dari Fahri.
"Apa aku perlu menceritakannya? apa kau mau dengar bagaimana aku begitu menikmati--" ucapan Gavin yang dibuat-buat itu terhenti ketika Fahri menepis tangannya.
Fahri menatap Gavin dengan kesal, ia berjalan menjauhi pria itu dengan perasaan menggebu. Lagi dan lagi ia kalah dari adiknya. Sementara Gavin, saat ini ia tersenyum penuh kemenangan, meski apa yang ia katakan tidak benar tetapi rasanya menyenangkan juga.
"Gadis itu, aku akan mengurusmu. Lihat saja!' Gumam Gavin lalu pergi untuk kembali ke kamarnya.
EUMMM GAVIN BISA AJA NGARANG CERITA, BESOK GANTI PROFESI YA JADI AUTHOR 🤣🤣
BERSAMBUNG......................
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya barunya 💪🏻👏🏻