Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 7.
Waktu pun terus berlalu pagi hari pun telah tiba. Ariana bangun lebih pagi agar tidak lagi terlambat kerja. Ariana sudah siap siap pergi kerja sedang Arumi masih tidur nyenyak..
“Hmmm Rumi masih nyenyak ...” gumam Ariana sambil mengecup kening anaknya. Arumi tadi malam tidur agak terlambat karena dia begitu ingin menyelesaikan mendengar buku audio nya..
Setelah pamit pada kedua orang tuanya Ariana segera melajukan motor nya menuju ke sekolah menengah pertama tempat dia bekerja. Kali ini perjalanan lancar tidak ada kendala motor macet, antrian panjang beli bensin atau lalu lintas yang macet..
Ruang guru masih sepi..
“Aku daftar kas bon sekarang saja, sepertinya petugas sudah datang..” ucap Ariana lalu dia melangkah ke ruang Tata Usaha tempat Bu Bendahara Sekolah berada..
Sesaat kemudian..
“Selamat pagi...” sapa Ariana sambil masuk ke dalam ruang TU itu .
“Selamat pagi Bu Ariana...” ucap para pegawai yang sudah duduk di kursi mereka di dalam ruang itu.
Ariana sambil tersenyum terus melangkah ke meja Bu Bendahara Sekolah.
“Selamat pagi Bu..” sapa Ariana lagi saat berada di depan meja Bu Bendahara.
“Selamat pagi Bu Ariana apa yang bisa saya bantu.. silakan duduk..” ucap Bu Bendahara dengan ramah.
“Maaf Bu.. saya mau kas bon buat beli obat anak saya..” ucap Ariana lirih sambil mendudukkan pantatnya di kursi di depan bu Bendahara bersekat dengan meja kerja Bu Bendahara.
“Baik Bu Ariana, mau kas bon berapa? Tapi besok kalau pas waktunya gajian jangan kaget ya.. “ ucap Bu Bendahara sambil mengambil buku besar dan bolpen..
“Lima ratus ribu bisa Bu?” tanya Ariana..
“Lima ratus ribu itu semua gaji Bu Ariana loh .” ucap Bu Bendahara tampak kaget.
“Iya Bu, maaf tolong ya.. saya sangat butuh untuk obat anak saya.” Ucap Ariana penuh permohonan.
“Baiklah saya bantu tapi jangan kaget saat gajian sudah tidak ada lagi yang Bu Ariana diterima.” Ucap Bu Bendara sambil mencatat nominal yang disebut Ariana di buku besar nya.
“Iya Bu, saya sangat perlu sekali uang itu, bisa saya ambil sekarang atau nanti siang Bu..” ucap Ariana lagi..
“Bisa sekarang Bu, kalau uang kas yang saya pegang pagi ini ada. Kalau ada yang kas bon banyak ya tunggu siang untuk ke bank mengambil uang dulu..” ucap Bu Bendahara lalu membuka tas kerja nya untuk mengambilkan uang lima ratus ribu buat Ariana.
“Terima kasih banyak Bu...” Ucap Ariana menerima uang itu , lalu bangkit berdiri dan segera keluar dari ruang TU itu menuju ke ruang guru.
Sesaat dia melihat Pak Anton saudara sepupu suami nya.. yang baru datang juga melangkah menuju ke ruang guru
“Bu Ariana saya turut sedih ya atas perceraian Bu Ariana dengan Respati.” Ucap Pak Anton saat sudah di dekat Ariana, sambil menatap Ariana yang masih berjalan.
“Terima kasih Pak..” ucap Ariana singkat dia tidak mau membahas tentang perceraian dan pernikahan suami nya yang tinggal beberapa hari lagi..
“Hmmm saya jadi panitia pernikahan Respati dan Hani, apa bisa Bu Ariana menggantikan jam saya .. dua hari loh Bu.. lumayan kan...” ucap Pak Anton yang masih berjalan di samping Ariana..
Ariana masih diam saja tidak menolak dan juga tidak menyanggupi. Serba salah.. menyanggupi hanya dapat capek saja tambah pekerjaan tetapi tidak mendapat tambahan gaji jika menolak mendapat laporan tidak bagus, tidak bisa kerja sama dengan tim atau guru lainnya.
“Jangan khawatir nanti saya beri uang lelah.. saya tahu pasti Bu Ariana butuh uang... “ ucap Pak Anton lagi sambil tersenyum miring dan nada suara nya terdengar mengejek.
Ariana masih saja diam sambil terus melangkah masuk ke dalam ruang guru..
“Aku beri kamu uang lelah empat ribu atau lima ribu per jam nya.. aku nanti koordinasi dengan guru piket kalau kamu yang akan mengganti jam pelajaranku. “ Ucap Pak Anton pelan sambil masih tersenyum miring dan mereka terpisah Ariana melangkah ke meja nya dan dia melangkah menuju ke meja kerja nya..
“Gimana Ar, dapat kas bon nya?” tanya Selly yang sudah duduk di kursi di dekat meja Ariana.
“Dapat Shell.. ini langsung cair.. ucap Ariana sambil memberikan uang hasil penjualan dagangan daster dan sprai yang sudah laku pada Shelly.
“Terima kasih ya Ar.. semoga barang yang kamu bawa cepat laku semua ...” ucap Shelly sambil tersenyum dan menerima uang itu.
“Amiiinnn Shell.. tapi aku juga mau buka les membaca, menulis dan berhitung untuk anak anak di rumah atau mendatangi rumah mereka.. aku harus menambah pemasukan Shell..”
“Aku pernah mencoba Ar buka usaha jasa itu, tapi Cuma satu dua anak saja yang masuk.. habis mereka bisa membaca dan menulis ya sudah tidak ada lagi murid.. kebanyakan di tempat ku diajar sendiri oleh orang tua dan kakak kakak nya. Tapi coba saja mungkin di tempat kamu beda..” ucap Shelly
Waktu pun terus berlalu siang hari pun telah tiba. Ariana melajukan motornya untuk pulang ke rumahnya.. panas nya terik matahari, lapar nya perut dan kering nya kerongkongan tidak dirasa dìa ingin segera sampai di rumah, menemui anak dan orang tua nya juga untuk memulai tahap awal membuka les seperti saran dari Bu Retno guru Sekolah Dasar nya.
Sesampai di depan pintu pagar betapa bahagia nya Ariana melihat anak dan kedua orang tua nya duduk di kursi teras..terdengar suara imut Arumi bernyanyi dan ekpsesi wajahnya yang terlihat sangat bahagia,
“Burung ...kakak... tua....” suara imut Arumi nyaring bernyanyi.. kepala yang mungil dengan rambut dikuncir dua dan dihiasi pita menggeleng geleng ke kiri dan ke kanan mengikuti senandung lagunya...
“Kayak Kakek.” Ucap Nenek sambil telunjuk jarinya menunjuk kakek yang duduk di samping Arumi.
“Hinggap... di jendela...” suara imut Arumi lagi masih bernyanyi dan bibir tersenyum lebar..
“Rumah siapa.” Ucap Nenek lagi.
“Nenek... sudah.. tua.....” suara imut Arumi lagi.. dan kepala masih menggeleng geleng..
“Memang iya.” Ucap Kakek lalu tertawa..
“Giginya tinggal dua.....” suara imut Arumi dan bibirnya masih tersenyum lebar..
“Tidak benar... gigi ku masih lengkap he...he...he....” ucap Nenek sambil tertawa terkekeh kekeh.. Kakek dan Arumi pun tertawa bahagia..
Ariana yang mendengar pun tersenyum senang jika anak dan orang tua nya bahagia meskipun hidup sederhana dan penuh dengan kekurangan ..
“Assalammualakum... “ ucap Ariana setelah memarkir motornya dan melangkah mendekati anak dan kedua orang tua nya.
“Wa’alaikummussalam....” ucap mereka bertiga..
“Bunda....” suara imut Arumi selanjutnya sambil wajah nya menoleh ke arah suara Ariana..
“Sayang...” ucap Ariana setelah dia mencium tangan Ibu dan Ayahnya, dia menggendong tubuh Arumi dan mencium wajah Arumi.
“Kamu sudah makan dan minum obat?” tanya Ariana selanjutnya.
“Sudah Bun.. “ suara imut Arumi.
“Kami bertiga sudah makan, sekarang kamu masuk dan makanlah, biar Rumi menemani kamu makan..” ucap Nenek yang masih duduk di kursi sambil menatap wajah Ariana yang terlihat lelah tetapi ada sebersit kebahagiaan karena sudah berkumpul dengan anak dan kedua orang tua nya.
“Nenek tapi sebenarnya aku juga mau menunggu....” suara imut Arumi..
“Menunggu siapa?” tanya Ariana kepo.