Kejadian tak pernah terbayangkan terjadi pada Gus Arzan. Dirinya harus menikahi gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. "Saya tetap akan menikahi kamu tapi dengan satu syarat, pernikahan ini harus dirahasiakan karena saya sudah punya istri."
Deg
Gadis cantik bernama Sheyza itu terkejut mendengar pengakuan pria dihadapannya. Kepalanya langsung menggeleng cepat. "Kalau begitu pergi saja. Saya tidak akan menuntut pertanggung jawaban anda karena saya juga tidak mau menyakiti hati orang lain." Sheyza menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Sungguh hatinya terasa amat sangat sakit. Tidak pernah terbayangkan jika kegadisannya akan direnggut secara paksa oleh orang yang tidak dikenalnya, terlebih orang itu sudah mempunyai istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anotherika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Jangan bicara omong kosong Babby, karena sampai kapanpun saya tidak akan menceraikan kamu. Kamu milik saya selamanya, dan kita akan membesarkan anak ini bedua."
Sheyza menutup telinganya saat lagi-lagi perkataan Arzan terngiang-ngiang di kepalanya. Perkataan itu terus berdengung di telinganya. Apa maksud pria itu? Kenapa dia berbicara seperti itu??
Sungguh Sheyza tidak menyangka jika Arzan akan mengatakan hal tersebut padanya.
Mau sampai kapan hubungannya ini? Tidak mungkin bukan pernikahan ini dirahasiakan selamanya?
Ceklekk
Arzan masuk ke dalam kamar mendapati sang istri sedang meringkuk di atas tempat tidur. Padahal ini sudah sore hari tapi Sheyza belum makan sedari siang.
Arzan menghampiri Sheyza lalu mengelus kepalanya lembut. Terbesit rasa sayang dalam dirinya untuk istri rahasianya ini.
"Babby, makan dulu. Saya sudah buatkan sop daging untuk kamu." Ucap Arzan lembut. Tadi dirinya memang sempat berbelanja untuk mengisi kulkas. Dia juga sedang ingin makan sop daging, karena bisa memasak akhirnya Arzan berinisiatif untuk memasaknya sendiri.
Bibir pria itu tidak berhenti tersenyum. Bagaimanapun dirinya bahagia sekali mengingat saat ini istrinya tengah mengandung dan gejala yang belakangan dia dirasakan juga karena gejala hamil. Itu yang dia baca di internet tadi. Arzan mencari-cari semua tentang kehamilan karena kemarin tidak sempat bertanya pada dokter. Tentu saja tidak sempat karena dia sudah diusir setelah membuat kegaduhan.
Sheyza pura-pura memejamkan matanya sambil mengeratkan selimut yang membalut tubuhnya. Demi apapun, Sheyza takut dengan pria itu. Kata-katanya yang mengatakan bahwa dirinya adalah miliknya bagaikan momok terseram dalam hidupnya. Mau bagaimanapun Sheyza adalah manusia biasa, dirinya ingin bebas tanpa ada rahasia-rahasia seperti ini.
Sepandai-pandainya manusia menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga.
Sebenarnya sebelum hamil Sheyza sudah berkeringat untuk pisah dari suaminya. Tapi belum sempat meminta cerai, sudah ada nyawa yang dititipkan tuhan kepadanya.
Sheyza sadar, mereka disatukan karena sebuah kesalahan yang tidak disengaja. Sheyza mencoba ikhlas menerima semuanya, mungkin ini takdir yang memang Allah siapkan untuknya. Dan dirinya bisa bebas tanpa rasa bersalah.
Meskipun sudah ada nyawa dalam perutnya, Sheyza tidak masalah. Dia bisa mengurus anaknya seorang diri. Tidak ada sosok ayah tidak masalah, dia bisa menjadi ayah sekaligus ibu untuk anaknya. Yang terpenting adalah mereka terhindar dari masalah apapun yang akan datang.
"Babby, bangun sayang. Anak kita butuh nutrisi, apalagi kamu ibunya."
Deg
Jantung Sheyza semakin berdebar tidak karuan mendengar kata-kata sayang keluar dari bibir suaminya. Biasanya seseorang akan bahagia jika dipanggil sayang, tapi tidak dengan Sheyza.
"Babby, bangun," Arzan menyentuh lengan sang istri membuat Sheyza langsung terkesiap. Buru-buru Sheyza bangun dan mengeratkan selimut tebalnya menatap awas pada sang suami.
Arzan mengangkat alisnya bingung saat melihat Sheyza seperti itu. Bahkan saat tangannya terulur untuk menarik selimut terhenti karena Sheyza menepisnya.
"Jangan sentuh saya!"
Arzan terkejut mendengar seruan berupa peringatan itu. Apalagi melihat keadaan sang istri yang bisa dibilang sedang tidak baik-baik saja. Perempuan itu seperti memendam kegelisahan yang amat mendalam. Keringat dingin sudah merembes membasahi wajah cantiknya namun bola matanya masih menatap awas dirinya.
"Ada apa? Kamu sakit??" Perasaan khawatir langsung menyeruak di dalam hati Arzan. Apalagi saat ini istrinya tengah mengandung.
"Pergi! Aku mau sendiri!!" Racau Sheyza.
Semakin kalutlah Arzan karena penolakan Sheyza. Dirinya langsung beringsut memeluk tubuh istri rahasianya dengan erat.
Arzan memeluknya sambil mengelus lembut punggung Sheyza, memberi ketenangan disana. Sampai beberapa saat dirasa Sheyza sudah tenang, Arzan menarik diri dan menangkup wajah gadis itu.
Sheyza tersentak namun tidak bisa melakukan apa-apa. Jauh dalam dirinya menyukai sikap suaminya yang seperti ini. Rasa takut yang bersemayam di dalam dirinya seolah hilang entah kemana, tergantikan dengan rasa nyaman dari pria itu.
Arzan tersenyum manis, mencuri satu kecupan di pipi chubby milik Sheyza. Kali ini tidak ada penolakan dari istrinya membuat Arzan sangat senang.
"Ayo makan, kasian dedeknya kalau kamu tidak makan. Kamu juga butuh banyak nutrisi untuk dibagikan kepada anak kita bukan?" Ajak Arzan lembut.
Ucapan serta perlakuan Arzan yang lembut seolah menghipnotis Sheyza hingga membuatnya nurut dan mengikuti apa yang diucapkan suaminya.
***
Hari berlalu, tidak terasa Arzan sudah empat hari menemani Sheyza. Kini Arzan sudah bersiap untuk kembali ke pesantren. Dirinya merasa bersalah karena membohongi sang ummi serta mengabaikan Anisa yang berulang kali menghubunginya. Waktu empat harinya disini memang digunakan Arzan hanya untuk Sheyza. Bahkan ke kantor saja tidak. Arzan menyerahkan semua tumpukan pekerjaannya pada Ardi.
Dan mengenai Noah, beberapa hari yang lalu pria itu pamit karena harus pergi ke Korea. Noah juga menyesal karena tidak jadi mengajak Sheyza ke rumah neneknya. Tapi apa boleh buat, perusahaan yang ada di Korea benar-benar membutuhkannya. Ada ribuan karyawan yang bergantung kepada nya, jadi tidak mungkin Noah mengabaikannya begitu saja.
Selama empat hari di apartemen, Arzan memberikan semua perhatian dan kasih sayangnya kepada Sheyza. Hal itu membuat Sheyza terbuai dengan sikap sang suami. Membuat Sheyza nyaman dan tidak ingin berjauhan dengan suaminya. Mungkin efek hamil juga. Tapi perilaku Sheyza kepada Arzan sudah berubah, bahkan dia sudah tidak malu bersikap manja dengan suaminya itu.
"Mas pergi dulu ya, mas janji besok datang kesini lagi." Pamit Arzan.
Sheyza mengangguk walaupun agak tidak rela, tapi dirinya juga tidak ada hak untuk melarang suaminya.
Cup
"Jangan lupa makan. Mas akan selalu kirim pesan dan kamu harus membalasnya.
***
"Mas aku kangen banget sama kamu," Anisa langsung memeluk tubuh Arzan saat melihat suaminya keluar dari mobil. Jelas interaksi mereka disaksikan oleh beberapa santri dan beberapa ustadz ustadzah yang kebetulan lewat.
Arzan tersenyum malu saat melihat ustadz ustadzah menatapnya. Dia berusaha mendorong pelan tubuh Anisa, namun Anisa sama sekali tidak ingin melepaskan pelukannya.
"Anisa malu, kita di lihatin sama ustadz ustadzah, sama santri juga." Ucap Arzan.
Anisa cemberut. Dirinya langsung memisahkan tubuh keduanya sembari wajahnya tertekuk.
"Mas Arzan jahat. Sudah empat hari tidak pulang, tapi sekalinya pulang tidak mau dipeluk," gerutu Anisa.
Arzan menghembuskan nafasnya kasar. Malas merespon gerutuan Anisa, dirinya malah menyapa ustadz yang lewat.
"Assalamu'alaikum, Gus."
"Waalaikumsalam, bagaimana hafalan santri ustadz? Lancar?"
"Alhamdulillah masyaallah, santri kita hebat-hebat, hafalannya banyak yang bagus meskipun ada satu dua anak yang masih agak sulit. Tapi sejauh ini tidak masalah Gus." Jawab ustadz Anwar.
Anisa yang melihat suaminya malah mengobrol, semakin kesal. Tangannya terulur melingkar di lengan Arzan, membuat Arzan tersentak.
"Anisa, say-"
"Mas ayo kita ke ndalem." Ajak Anisa yang langsung menarik tangan Arzan tanpa mendengar jawabannya terlebih dahulu. Tidak memperdulikan tatapan-tatapan aneh beberapa santri dan ustadz ustadzah yang melihat mereka.