Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tidak boleh!!
seminggu berlalu sejak kunjungan Vallerio ke rumah Alena waktu itu, Alena bersekolah seperti biasanya.satu Minggu ini pun drama di rumah Alena lumayan berkurang, walau tidak sepenuhnya karena Sella masih suka berdrama. Bi Sumi yang sudah di pecat waktu itu kini bekerja lagi di rumah Alena. tersisa tiga pelayan di sana,mereka juga bekerja tidak banyak julidnya.
Pagi sekali Alena sudah sampai di sekolah, pagi ini dia ingin mendengar cerita Vallerio yang katanya sangat serius hingga tidak bisa di ceritakan melalui via telepon tadi malam. Sudah terlihat ada beberapa siswa berlalu lalang yang memang datang cepat sama halnya dengan Alena.
Alena memarkirkan motornya, tidak lupa dia selalu menyumpalkan permen Karet di mulutnya. Alena selalu tampil keren dengan gaya elegannya, seminggu lebih dia bersekolah disana dengan identitas barunya,Alena sudah banyak di idolakan banyak orang. sudah tidak ada lagi Alena yang selalu bar bar dan membully banyak gadis,semua itu hilang di ganti dengan Alena yang tampak acuh dan angkuh.memang masih banyak kesamaan,tapi baiknya yang sekarang adalah mampu mengontrol diri dengan sikap tenangnya.
Alena berjalan pelan masuk ke kelasnya, cukup kaget karena dia mendapati Wiliam yang sudah lebih dulu duduk tenang di bangkunya. Sudah cukup baik satu Minggu ini Alena tidak bertemu Wiliam karena pria itu tidak masuk sekolah, dia sibuk dengan bisnis dan hal lain yang dia kerjakan.
Tapi pagi ini sekalinya masuk pria itu datang pagi sekali. Alena acuh, dia berjalan ke kursinya tanpa melihat ke arah Wiliam. Alena menaruh tasnya di meja, setelah itu duduk tenang sambil menunggu Vallerio yang belum juga menampakkan batang hidungnya.
tidak ada yang berbicara, Alena masih dengan tenang tanpa tahu bahwa Wiliam sudah mengetahui semua tentangnya,sementara Wiliam masih bersabar untuk tidak mendekat sekarang walau jauh dari dalam lubuk hatinya dia sudah menahan rasa rindu itu sejak satu Minggu yang lalu. Wiliam bahkan sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaan karena tidak ingin mendapati sikap asing yang selalu Alena tampilkan di sekolah. setiap malamnya pun pria itu masih betah pergi ke rumah sakit menjaga raga Alena.
"ckk, si Vallerio lama amat sihh" guman Alena sangat pelan, gadis itu menggerutu. Jika saja dulu dia mungkin senang hanya berduaan dengan Wiliam di dalam kelas.ini adalah suatu moment yang di impikan Alena jauh jauh hari. Tapi sekarang, dia mulai merasa tidak nyaman apalagi atmosfer pagi ini menciptakan keheningan dan kecanggungan.
lama keduanya saling diam, hingga Wiliam sudah tidak mampu menahan semuanya. Laki laki bertubuh tegap itu berdiri, dia berjalan pelan menghampiri kursi Alena yang berada paling pojok.
"ekhem" suara deheman Wiliam membuat jantung Alena berdetak kencang, tidak bisa ia pungkiri bahwa jauh di dalam lubuk hatinya nama pria itu masih terlukis indah. Move on tidak semudah itu, apalagi Alena yang mengejarnya sudah lama. Bohong jika saat ini Alena tidak ingin memeluk kembali tubuh tegap yang selalu membuatnya nyaman, dia dengan sekuat hati menahan rasa itu, walau wajahnya mampu menipu Wiliam dengan sikap tenangnya, tapi hatinya tetap berkata lain.
Alena membisu, dia berpura pura fokus pada ponselnya. Dalam hatinya Alena selalu merapal doa agar Vallerio cepat datang, atau kalau tidak seenggaknya salah satu murid di kelasnya ada yang masuk juga.
"Alena.." panggil Wiliam dengan pelan, jantung Alena sudah berdetak tak karuan, bukan gugup lagi tapi lebih ke kaget aja dengan panggilan Wiliam itu.
masih betah dengan diamnya, membuat Wiliam greget sendiri. "hei" ujarnya kembali, kali ini dia mengambil alih ponsel Alena, menyimpannya ke saku celana.
"eh kok di ambil" gerutu Alena dengan wajah tak bersahabat, Wiliam terkekeh pelan, hal itu membuat Alena mengucek matanya. Sungguh dari lama dia mengenal Wiliam,pagi ini pertama kalinya dia melihat pria yang suka marah marah padanya kini tertawa.
"kalau orang berbicara itu sahutin" ujar Wiliam dengan lembut.
"emang anda berbicara dengan saya?" tanya Alena dengan jutek.
"menurutmu? Emang ada orang lain disini selain kita berdua?" Wiliam balik bertanya,Alena seolah memikirkan sesuatu untuk menjawab.
"iya enggak ada sih, barang kali anda punya teman hantu yang bisa di ajak bicara kan bisa jadi" jawab Alena ngasal, mendengar itu Wiliam kesal sendiri.
"nama kamu siapa?" tanya Wiliam pada akhirnya berpura pura tidak tahu, padahal sudah jelas tadi dia memanggil nama gadis itu Alena. Mendapati pertanyaan itu membuat Alena menghela nafasnya pelan, jujur saja Alena sempat panik sendiri tadi, tapi rupanya Wiliam hanya salah berucap.
"emang perlu saya berkenalan dengan anda?" Alena melipat tangannya,dia tidak peduli dengan tangan Wiliam yang hendak berjabat tangan dengannya.
"perlu, aku ingin berkenalan denganmu" ujar Wiliam.
"hm, tapi saya enggak mau!!" Alena kembali duduk, dia biarkan ponselnya di saku Wiliam tanpa berniat mengambilnya. Alena membuka buku berpura pura membaca,kembali Wiliam mengambil alih bukunya.
"apaan sih,Lo nggak ada kerjaan lain kah?? dasar aneh!" menjadi tuli, Wiliam tidak mempan dengan Omelan Alena yang menurutnya sangat lucu dan menggemaskan.
"hm kerjaanku menempelimu, kamu__"
"SELAMAT PAGI BESTIEE!!" ucapan Wiliam terpotong begitu saja saat suara menggema Vallerio masuk begitu saja dalam kelas. Alena menghembus nafas berat, mata tajamnya memandang penuh permusuhan pada Vallerio yang datang terlambat. Tidak hanya Alena yang menatap Vallerio dengan tajam,mata elang Wiliam pun menghunus sampai ke ulu hatinya.
Vallerio meneguk ludah kasar,tahu ada harimau di dalam kelas harusnya dia tidak masuk dulu tadi. Hendak keluar lagi tapi sudah tidak bisa, dengan terpaksa Vallerio berjalan pelan ke arah kursinya.
"selamat pagi Dira, selamat pagi Wiliam.." ucapnya, tidak ada jawaban sama sekali,,keduanya berubah seperti batu.
"kenapa terlambat?? Janjinya datang cepat tadi!!" tuh kan, ternyata diamnya Alena adalah mengumpulkan kalimat umpatan pada pria itu. Vallerio menyengir, setelah itu keduanya asik sendiri tanpa peduli dengan keberadaan Wiliam.
"Alena aku mau bercerita" bisik Vallerio pada telinga Alena, sangat kecil hingga Wiliam tidak mendengar. Tapi tangan pria itu mengepal erat saat posisi Vallerio dan Alena sangat dekat.
Brakk
Dia memukul meja dengan kuat, Alena dan Vallerio kaget tentu saja, secara bersamaan keduanya mengalihkan pandangan pada Wiliam.
"jauhkan tubuhmu itu darinya!!" perintah Wiliam dengan nada otoriter. Secara cepat Vallerio menurut,tidak ingin menjadi orang kedua yang menjadi sasaran keamukan Wiliam.
"kau mau bercerita apa? Tidak perlu berbisik Valle, anggap saja kita hanya berdua disini"
"besok malam ada balapan, ikut ya" sebelum Alena menjawab suara tegas Wiliam terdengar menakutkan "tidak boleh!!" ujarnya, sebenarnya Wiliam masih takut saat melihat Alena kembali membawa motor, kejadian beberapa bulan lalu terus terputar di otaknya.
Mereka diam, Vallerio dan Alena tidak berbicara lagi, hingga beberapa murid lainnya masuk ke dalam kelas karena bel sudah berbunyi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...