"Apa-apaan ini?" teriak Alexa.
"Nikah sama gue!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa.
"Lo nolak siap-siap gue hancurin karier lo!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Swiss
Alexa pikir mereka akan menginap di salah satu hotel mewah di tengah perkotaan. Nyatanya tidak. Mereka pergi ke tempat yang Alexa tidak pikirkan sebelumnya, ia tidak tahu suaminya akan membawanya ke mana. Karena sudah malam Alexa tidak bisa melihat dengan jelas sekelilingnya.
"Masih belum sampai?" Alexa duduk bersandar di pundak Nicholas, tangannya juga melingkar di tangan pria itu.
"Sebentar lagi. Udah cape, mm?" tanya Nicholas.
Alexa mengangguk seraya menguap, tangannya bergerak menutupi mulutnya yang terbuka.
"Sedikit lagi. Sabar ya." Nicholas mengecup ujung kepala Alexa.
Alexa mendongak, menatap wajah sang suami dengan penuh arti. Ia kembali dibuat tercengang oleh sifat lembut Nicholas. Laki-laki itu memang sulit untuk dimengerti, bukan akhir-akhir ini, tetapi dari awal mereka bertemu, Alexa merasa ada yang disembunyikan oleh Nicholas.
Beberapa saat kemudian mereka tiba di bangunan seperti Vila. Keduanya keluar dari pintu yang berbeda. Alexa berdiam di tempatnya sebentar, melihat bangunan di hadapannya.
Bangunan minimalis tetapi modern berdiri di di depannya. Keadaannya memang malam, tetapi Alexa yakin tempat itu sangat indah dan terasa nyaman.
Nicholas berjalan ke sisi lain untuk menghampiri Alexa. Tangannya melingkar di pinggang Alexa, membawa wanita itu masuk ke dalam rumah. Setelah melewati perjalanan yang panjang membuat mereka sangat lelah. Sampai di dalam rumah, Alexa langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Alexa keluar dari kamar mandi, melihat sekeliling. Tidak ada Nicholas di sana, hanya barang-barang belajaan mereka saja.
"Ke mana pria itu?" gumam Alexa.
Alexa berpikir mungkin suaminya masih ada urusan. Ia lantas merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan posisi telentang. Matanya hampir terpejam, tetapi kembali terbuka karena mendengar suara pintu terbuka.
Alexa kembali duduk, melihat Nicholas baru saja masuk. Pria itu berjalan sambil melepas satu persatu kancing kemejanya, meloloskan dari tubuhnya, lantas membuang kemeja itu ke sembarang tempat. Tidak ada niatan Alexa untuk bertanya ke mana sebelumnya pada Nicholas, ia terlalu lelah untuk sekedar mengeluarkan suara. Bahkan saat Nicholas mengungkungi dirinya, Alexa tidak melakukan protes, ia justru mengalungkan tangannya di leher Nicholas, mengusap-usap rambut pria itu.
"Tidur." Nicholas menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alexa, menghirup aroma tubuh wanitanya.
"Tapi gue ada janji sama lo," ucap Alexa.
"Ganti besok. Tapi jatahnya nambah," bisik Nicholas, memastikan hanya dirinya dan Alexa saja yang mendengar perkataannya.
Alexa merespon perkataan Nicholas dengan anggukkan kepala.
"Nick …," panggil Alexa.
"Apa," sahut Nicholas.
"Jangan bersikap baik sama gue," ucap Alexa.
Nicholas menarik kepalanya dari ceruk leher Alexa. "Kenapa?"
"Takut gue nangis kalau nanti kita pisah," ucap Alexa.
Nicholas tidak langsung menjawab, pria itu kembali menyembunyikan wajahnya kembali di ceruk leher Alexa, mengecupnya sekilas, "kalau gitu gak usah pisah."
Eh?
"Nick —"
"Tidur, Alexa."
"Gue belum juga kelar ngomong."
"Berhenti ngomong atau mau gue yang bungkam mulut lo pake bibir gue."
"Mesum!"
"Gue mesum sama lo doang, Alexa. Lo doang yang bisa bikin gue gak bisa nahan diri."
"Sebelumnya?"
Tidak ada jawaban
"Nick"
Masih belum ada respon
"Nick"
Hening
Alexa merasakan tarikan napas Nicholas, pertanda Nicholas sudah terlelap. Pria itu tertidur begitu cepat, mungkin karena sangat lelah.
"Gue bisa sesak napas jika dia berada di atas seperti ini," gumam Alexa.
Perlahan Alexa memindahkan Nicholas ke sisinya, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya juga Nicholas.
"Selamat malam." Alexa mengecup pipi Nicholas.
-
-
-
Pagi hari Alexa terbangun oleh suara alarm, begitu juga dengan Nicholas. Alexa mengucek matanya, kemudian berkedip beberapa kali.
"Matiin alarm sialan itu," gerutu Alexa.
Alexa lantas mengambil ponselnya, segera mematikan alarm pada ponselnya. "Maaf."
Nicholas rupanya tidur kembali, mungkin pria itu masih kelelahan.
Beberapa saat berdiam diri untuk mengumpulkan kesadarannya, Alexa kemudian bangun. Ia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Entah berapa lama Alexa mandi, ketika selesai dan kembali ke kamar pria nya sudah tidak ada. Alexa lantas membuka paper bag, mengambil pakaian di dalamnya.
Hotpants warna cokelat milo dan kaos berkerah berwarna putih menjadi pilihannya. Selesai memakai baju, Alexa keluar kamar untuk mencari Nicholas.
Alexa berjalan menuruni anak tangga, melihat sekeliling untuk mencari keberadaan sang suami. Rupanya Nicholas sedang merokok di balkon. Pandangan keduanya pun bertemu, Alexa lantas menghampiri pria itu.
"Pagi," sapa Alexa.
"Pagi," balas Nicholas.
Nicholas ingin mencium bibir Alexa, tetapi Alexa lebih dulu menahan bibir Nicholas dengan tangannya. "Gue udah pernah bilang, jangan cium gue kalau lo ngerokok.
"Ck." Nicholas berdecak kemudian membuang sisa rokok ke lantai lantas menginjaknya.
Alexa tersenyum puas, kemudian melangkah ke pinggir balkon, bersandar pada besi pembatas.
"Tempat ini bagus," ucap Alexa. Pandangannya melihat ke bawah. Senyumnya mengembangkan melihat ada kolam berenang tepat di bawah balkon itu. "Ternyata ada kolam berenang di bawah. Gue bisa langsung lompat ke kolam berenang dari sini ini."
"Gue patahin kaki lo, kalau lo berani ngelakuin itu," ancam Nicholas membuat Alexa terkikik geli.
"Dasar pemarah," gerutu Alexa.
"Coba ulang, ngomongnya lihat ke sini," suruh Nicholas.
Alexa berbalik ke arah Nicholas, tersenyum bodoh dengan menunjukkan deretan giginya.
"Mau sarapan. Aku buatkan?" tawar Alexa.
Nicholas mendengkus kemudian mencuri satu kecupan di bibir Alexa, membuat Alexa kesal.
"Udah gue bilang jangan cium gue," protes Alexa.
Nicholas tidak peduli dengan itu, ia justru meninggalkan Alexa begitu saja. "Jangan lupa kopinya," ucap Nicholas tanpa menghentikan langkahnya.
"Dasar menyebalkan!"
Dari pada terus marah-marah Alexa memilih pergi mencari keberadaan dapur. Rupanya letak dapur tidak jauh dari balkon. Alexa sangat suka dengan rumah itu. Sepanjang penglihatannya semuanya yang ada di dalam rumah itu tertata begitu rapi.
Alexa membuka lemari pendingin, ada begitu banyak bahkan makanan juga minuman kemasan. Tetapi ia tidak ingat kapan membeli semua itu. Mungkin Nicholas sudah mempersiapkan segalanya.
Setelah melihat-lihat Alexa mengambil roti, pasta, dan juga telur. Tidak lupa saos pasta. Alexa memilih membuat sandwich telur dan pasta. Itu lebih cepat, tidak lupa kopi pesanan Nicholas.
Nicholas datang bersamaan dengan semua sarapan yang Alexa buat selesai. Semuanya sudah tertata di meja makan.
"Ayo makan," ajak Alexa.
Setelah melepas apron Alexa menyusul Nicholas, ia menarik kursi di sebelah pria itu.
"Ini kopinya." Alexa mendekatkan kopi ke hadapan Nicholas. "Mau sarapan apa? Gue buat sandwich telur sama pasta."
"Sandwich saja," jawab Nicholas.
Alexa dengan senang hati menghidangkan satu potong sandwich ke piring Nicholas. "Ini makanlah."
Nicholas bergumam lantas mengambil sandwich itu dengan satu tangannya.
"Kamu harus cobain pasta ini." Alexa menyuapkan satu pasta ke mulut Nicholas. "Enak 'kan?" tanya Alexa.
"Lumayan," jawab Nicholas.
"Pasti enak, aku sering membuat untuk …." Ucapan Alexa tergantung.
Hening
"Untuk siapa? Mantan pacar sialanmu itu?" tanya Nicholas.
Alexa menoleh ke arah Nicholas, bisa terlihat dengan jelas aura wajah Nicholas berubah tidak bersahabat.
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang