NovelToon NovelToon
Identitas Suami Miskin

Identitas Suami Miskin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Kaya Raya
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Halu

Anesha dan Anisha adalah kakak beradik yang terpaut usia tiga tahun. Hidup bersama dan tumbuh bersama dalam keluarga yang sama. Namun mereka berdua dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda. Sebagai kakak, Nesha harus bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya. Sedangkan Nisha hidup dalam kemanjaan.

Suatu hari saat mereka sekeluarga mendapat undangan di sebuah gedung, terjadi kesalah pahaman antara Nesha dengan seorang pria yang tak dikenalnya. Hal itu membuat perubahan besar dalam kehidupan Nesha.

Bagaimanakah kehidupan Nesha selanjutnya? Akankah dia bahagia dengan perubahan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Pulang

Sejak Nesha beranjak remaja, Bu Rumi mulai mengajari anak sulungnya itu pekerjaan rumah. Mulai dari membantu hal-hal kecil, hingga akhirnya semua pekerjaan diserahkan pada Nesha saat gadis itu sudah mahir.

Kini setiap pagi, Bu Rumi mau tak mau harus berkutat di dapur lagi untuk masak sarapan dan makan malam. Di siang hari, ia memilih beli bakso, soto, atau makanan lain Pun karena hanya untuk dirinya, sedangkan yang lain bekerja.

Sudah lama sekali ia tak memegang peralatan dapur. Ia bahkan lupa dengan perbumbuan, sehingga saat akan masak capcay saja ia harus mencari resep dan cara memasaknya di google. Belum lagi dengan pekerjaan lainnya, seperti mencuci peralatan kotor dan mencuci baju.

Padahal selama ini ia hidup nyaman berkat Nesha dan gajinya yang kecil. Hampir semua perabot elektronik dirumah ini, dibeli dengan gaji Nesha. Mulai dari mesin cuci, blender, setrika, dan juga pengering rambut milik Nisha.

Ia sangat kesal sekali dengan Garvi yang melarang Nesha berkutat di dapur lagi. Sehingga mengharuskan ia bangun pagi dan mengurus semuanya.

"Belum matang, Bu?" Tanya Nisha yang memegangi perutnya yang sudah lapar.

"Belum. Daripada nanya terus dari tadi, mending bantuin sini!", gerutu Bu Rumi sambil memindahkan ayam goreng dari serokan ke piring.

"Ogah. Nanti wajah Nisha kena minyak", tolak Nisha tanpa pikir panjang.

Mendengar penolakan Nisha, Bu Rumi semakin kesal. Ia sedikit membanting serokan diatas wajan, membuat Nisha berlari kecil takut kena cipratan minyak.

"Ibu, ih. Bikin takut aja!" seru Nisha sambil berlalu pergi balik ke kamarnya.

Setelah sarapan siap, Bu Rumi memanggil Nisha dan Pak Edi. Karena hari minggu, mereka di rumah saja.

"Kamu nggak keluar sama Fandi, Nisha?" Tanya Bu Rumi sambil menyendokkan nasi ke mulutnya.

"Nggak, Bu. Biasanya bengkel Mas Fandi kalau minggu rame", jawab Nisha tanpa memerhatikan ibunya, ia fokus pada makanan di piring.

Mereka bertiga pun makan dengan tenang.

Cklek.

Suara pintu kamar Nesha terbuka saat semua orang sudah selesai makan. Ia pergi ke dapur hendak membuat teh dan sarapan.

"Enak ya, sekarang bangun siang terus", sindir Nisha sambil meregangkan badan setelah makan dengan kenyang.

"Iya, alhamdulillah", jawab Nesha sambil berlalu ke dapur. Pak Edi hanya tertawa kecil mendengar jawaban dari anak sulungnya itu. Bu Rumi merasa dongkol melihat suaminya, segera membereskan piring kotor sambil bersungut.

"Bapak nyebelin banget", gerutu Bu Rumi sambil menumpuk piring-piring kotor.

Sedangkan Nisha menghampiri Nesha yang sedang sibuk mengupas bawang.

"Meskipun bangun siang, kamu tetep masak buat suamimu, kan? Sama aja bo'ong!" bisik Nisha sambil menyeringai.

"Memang apa salahnya?" Nesha meletakkan bawangnya dan menatap Nisha dengan tajam.

"Ya sama-sama ngebabu! Bedanya sekarang ngebabu sama suami", Nisha tetap melirihkan suaranya agar tak terdengar oleh orangtuanya.

"Biarin. Yang penting dapet pahala", sanggah Nesha.

"Dapet suami kere dan melayani sambil berdalih pahala? Sok suci!" Nisha menekankan setiap kata.

"Nggak usah ngurusin rumah tangga orang, Nis". Nesha masih berusaha bersikap lembut, meski dalam dadanya sudah bergemuruh menahan emosi. Adiknya itu memang pandai memprovokasi dirinya. Jika saja ia tak menahan semua egonya, maka dari dulu pasti sudah terjadi perang saudara.

"Siapa juga yang mau ngurusin pasangan mesum kayak kalian?!" Nisha pun melenggang pergi dari dapur.

Saat memperhatikan Nisha, Nesha merasa ada yang berbeda dari adiknya itu. Badannya semakin berisi, padahal Nisha biasanya selalu memperhatikan berat badannya. Namun ia tak ingin bertanya, pasti nanti pun akan berujung dengan perdebatan. Ia pun memilih diam.

Nesha meletakkan nasi goreng yang masih hangat di meja makan, lalu pergi memanggil Garvi yang sedang bersiap.

Meski memakai jaket ojol, tak mengurangi ketampanan dan kegagahan seorang Garvi. Setiap hari pun Nesha dibuatnya terpesona.

Selesai makan, Garvi berpamitan pergi. Seperti biasa, ia akan mampir ke rumahnya dulu untuk berganti pakaian dengan pakaian yang rapi. Menggantikan jaket ojol yang ia pakai dari rumah Nesha.

Hari ini ia harus terbang ke Kalimantan untuk mengecek perusahaan tambang batu baranya.

"Pak saatnya berangkat ke bandara", ucap Azka, asisten Garvi.

"Baik. Kita berangkat sekarang", titahnya sembari berjalan keluar dari rumahnya yang super mewah itu.

Sepanjang perjalanan udara, Garvi tak lepas dari kesibukan pekerjaannya. Netranya hanya fokus pada layar tablet ditangan. Sehingga perjalanan satu jam terasa hanya beberapa menit bagi Garvi.

Sesampainya di perusahaan, ia segera memakai APD (Alat Pelindung Diri) dan bergegas mengecek keadaan lapangan. Padahal hal itu bisa saja dilakukan oleh bawahannya, tapi ia tak puas jika tak melihat langsung proyek tambang batu baranya yang baru dibuka. Ia ingin memastikan semua terkendali dengan aman dan sesuai prosedur.

Sesampainya di lapangan, ia disambut oleh sang Manajer, Hendi Kurniawan. Ia mendengarkan penjelasan tentang detail tambang yang baru dan banyaknya permintaan pengiriman ekspor yang harus dipercepat dan lain-lain.

Beberapa kali Garvi mengecek arloji yang melingkar ditangan kirinya. Tanpa terasa sudah dua jam ia berada di lapangan seraya memantau dari kejauhan para pekerjanya.

"Pak sepertinya kita harus kembali ke kantor", ujar Azka setengah berbisik.

"Baiklah. Selamat bekerja, Pak Hendi. Oh ya, selamat untuk pernikahannya juga. Saya belum sempat menyapa anda saat itu karena harus buru-buru pergi", Garvi menjabat tangan Hendi lalu pergi.

"Pak, mari makan siang dulu", Ajak Azka sambil mempersilahkan Garvi. Sudah ada gurami asam manis dan berbagai macam buah yang tersedia di pantry khusus eksekutif. Lalu ia teringat pada Nesha. Hari dimana ia dan istrinya itu dilarang makan makanan pemberian calon mantunya oleh ibu mertuanya. Ia tersenyum miring tatkala melihat wajah sedih perempuan polos itu.

"Setelah makan siang, jadwal berikutnya rapat dengan dewan direksi. Mungkin ini akan memakan waktu lebih lama dari biasanya, Pak", Azka membeberkan jadwal pada Garvi yang selesai menikmati makan siangnya.

"Apa artinya kita akan pulang telat?" Garvi menaikkan kedua alisnya.

"Sepertinya kita harus menginap, Pak. Karena jadwal penerbangan sudah lewat".

Garvi menganggukkan kepala sambil mengetukkan jarinya dimeja makan yang terbuat dari kaca tersebut. Ia memikirkan alasan apa yang akan ia katakan pada Nesha.

Ia tak ingin istrinya itu menunggu kepulangannya dengan gelisah. Karena setiap ia pulang telat, tampak kekhawatiran tersirat di wajah polos perempuan itu.

"Berikan ponsel saya", titah Garvi sambil mengulurkan tangan pada Azka. Segera asistennya itu mengambil ponsel berlambang apel padanya. Namun dengan cepat ia menangkis ponsel itu.

"Bukan yang itu. Ponsel yang biasa", ucap Garvi lalu menerima sebuah ponsel murahan yang benar-benar tak cocok dengan image-nya.

Segera ia mengirim pesan pada Nesha, mengatakan bahwa ia menginap di rumah Mamanya. Pasti Nesha akan memahaminya.

1
Yogya Sasmito
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!