Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Merasa Menjadi Wanita Paling Bodoh
Pagi hari, Kaila bangun kesiangan. Dia bahkan baru terbangun saat ada suara ketukan di depan pintu kamarnya.
Saat beranjak dari posisinya, terasa remuk seluruh badannya. Kaila menghela napas. Teringat saat dahulu terbangun di apartemen Hansel, dalam kondisi yang sama. Kenapa ini sampai terulang lagi? “Bodoh,” kata Kaila dalam hati.
Tetapi jujur, semua itu karena dia juga terbawa oleh suasana sehingga terjadi begitu saja.
“Kaila..” terdengar suara di balik pintu kamar, memanggil namanya. Itu Hansel.
Kaila turun dari tempat tidurnya lalu membuka pintu. Hansel menatap kondisi Kaila yang acak-acakan bahkan tidak mengganti gaunnya semalam. Hansel tersenyum tipis.
“Kamu baru bangun?” tanya Hansel dengan suara baritonnya.
Dengan wajah cemberut, Kaila menjawab, “Maaf, saya ketiduran.” Kaila mengucek kedua matanya yang masih belum terbuka sepenuhnya. Melihat itu Hansel lantas memperbaiki rambut Kaila yang berantakan dengan kedua tangannya.
“Lepaskan,” tepis Kaila, Hansel mengerutkan kedua alis tebalnya.
“Mandilah dan bersiap. Setelah sarapan kita harus kembali ke Jakarta,” titah Hansel.
Kaila pun mengangguk. Lalu Hansel mendekatkan kepalanya dan berbisik. “Jangan lupa pakai celana dalam.” Membuat mata Kaila membola, malu sekaligus marah. Sejak semalam dia memang tidak mengenakan benda pribadi tersebut.
“Dasar mesum,” maki Kaila dalam hati. Dia pun dengan cepat menutup pintu kamarnya di depan muka Hansel.
“Dia menutup pintu di depan wajahku lagi. Gadis nakal,” kata Hansel sambil tersenyum miring.
Hansel merasakan hormonnya tiba-tiba meningkat jika berada dekat Kaila. Tetapi saat bersama Livia, dia tidak pernah merasa tergoda. Padahal kurang apa godaan dari Livia yang selalu tampil sexy bak model Hollywood. Apa mungkin karena Hansel sudah pernah merasakan tubuh Kaila, sehingga hanya menginginkan itu bersama Kaila saja.
Beberapa saat kemudian mereka sudah berada di restaurant hotel tersebut dan mulai makan bersama. Gavin tetap bersama dengan pengasuhnya di meja yang terpisah.
Kaila sangat merindukan bayi tampannya itu karena sejak kemarin hampir tidak ada kesempatan untuk menggendongnya sama sekali. Hanya sekali sebelum mereka sarapan kemarin, seingat Kaila.
Ketika mereka selesai dengan sarapannya, Kaila bangkit dengan segera, lalu mendekati putranya. Hansel hanya diam memperhatikan Kaila yang menggendong Gavin sambil sesekali tertawa dan mengajaknya berbicara. Membuat rasa hangat semakin besar di hatinya.
“Tuan. Saya ingin menggendong Gavin sendiri,” ucap Kaila dengan hati-hati.
“Baiklah.” Hansel menganggukkan kepalanya, disambut dengan senang hati oleh Kaila.
Kaila kembali berbicara kecil pada Gavin, menimangnya dengan penuh kelembutan. Hansel begitu senang melihat pemandangan itu. Kenapa hatinya terasa seperti telah memiliki sebuah keluarga kecil?
“Apakah setiap hari mereka selalu seperti ini? Aku jadi iri,” batin Hansel.
Dia harus menelpon Dika segera untuk memberikan perintah penting.
Kaila masih dengan posisi menggendong Gavin selama perjalanan mereka dari restaurant menuju area parkir mobil. Saat sudah mau masuk ke mobil mau tidak mau Kaila harus menyerahkan Gavin kembali kepada pengasuhnya karena Hansel telah memberikan titahnya. Takut Kaila lelah, katanya. Sikap Hansel persis seperti perlakuan seorang suami terhadap istrinya.
Mobil pun melaju beriringan menuju ke bandara dan mereka segera terbang kembali menggunakan jet pribadi Hansel, sampai tiba dengan selamat di bandara kota Jakarta.
Di bandara, Dika telah ada menjemput dengan mobilnya seorang diri. Sehingga mereka berlima harus masuk semua ke dalam satu mobil. Hansel duduk di samping Dika yang mengemudikan mobil. Sedangkan Kaila duduk di kursi belakang bersama pengasuh dan Gavin.
Saat tiba di bawah apartemen, Hansel tidak turun. Dia menyuruh Kaila langsung naik saja ke apartemennya karena Hansel harus kembali ke perusahaan untuk melakukan pekerjaannya bersama Dika.
Kaila mengiyakan dan mengajak pengasuhnya yang sudah siap dengan stroller bayi untuk naik bersama-sama.
Mereka pun berpisah arah.
***
Sesampainya di perusahaan, dua pria tampan tersebut segara menuju ruangan Presdir. Baru saja mendudukkan bokongnya, Hansel dikagetkan dengan kemunculan Mika yang masuk tanpa mengetuk pintu.
“Maaf, Tuan Hansel…” ucap Mika seperti sedang kesal lalu melanjutkan lagi aksi protesnya.
“Kenapa tiba-tiba saja Anda berangkat sendirian ke acara peresmian di Surabaya, padahal saya sudah mengatur semuanya untuk Anda,” kata Mika dengan berani.
Hansel menatapnya lurus.
“Aku tidak pergi sendirian,” jawab Hansel datar.
“Tidak sendirian bagaimana? Dika saja ada di sini dan tidak ikut pergi bersama Anda,” tanya Mika, mulai ngelunjak karena merasa mendapat respon dari Hansel setelah selama ini hanya sekadarnya saja.
“Aku pergi kesana bersama pasanganku,” jawab Hansel tegas.
Mika membuka mulutnya, kaget dan ingin protes, apa maksudnya pergi bersama pasangannya? Siapa? Setahu dia, Hansel tidak punya kekasih karena dia sudah banyak mencari tahu informasi pribadi tentang Hansel. Apalagi dia sendiri merupakan sekretarisnya Hansel, tentu saja dengan mudah bisa tahu apa saja kegiatan dari Hansel. Sekalipun tidak pernah dia mengetahui bahwa Hansel pernah ada jadwal untuk pergi berkencan dengan wanita manapun.
“Jika sudah tidak ada pembahasan yang menyangkut kepentingan perusahaan, sebaiknya kamu keluar. Berikan jadwal ku kepada Dika,” tegas Hansel sebelum Mika mengeluarkan suara lagi.
Mika menoleh ke arah Dika yang terlihat tersenyum mengejek kearah nya. Makin kesal dirinya.
“Tuan Hansel, saya di sini bekerja dengan profesional, sebagai sekretaris Anda tentu saja saya harus selalu ikut dilibatkan dalam setiap pertemuan bisnis Anda,” ucap Mika, sudah tidak tahan dengan sikap dingin dari Hansel. Toh mereka pernah sangat dekat setelah Hansel dan Kaila putus. Kenapa sekarang Hansel seperti musuh baginya?
“Cukup kerjakan sesuai porsimu dan jangan ingin tahu terlalu banyak,” jawab Hansel dengan penekanan.
“Hansel.. apa kamu marah karena obat yang pernah aku berikan di minumanmu? Aku sungguh meminta maaf.. Hansel aku tidak sengaja.” Mika memelas mencoba melangkah mendekati meja kerja Hansel.
“Keluar,” ucap Hansel dingin dan menusuk langsung ke jantung Mika. Malu dan benci menjadi satu, diapun segera keluar dari ruangan tersebut.
“Dika.. siapkan acara pernikahanku dengan Kaila dalam seminggu,” sambung Hansel tiba-tiba pada Dika sambil membuka laptopnya.
“Apa?” Dika kaget.
“Aku tidak pernah mengulangi perintahku,” lanjut Hansel.
“Tapi Hansel.. bagaimana dengan Paman dan Bibi? Juga keluarga besar di Jerman? Lalu… Livia?” Ucapan terakhir Dika membuat Hansel menatapnya.
“Livia tidak ada arti apa-apa lagi bagiku,” tutupnya, karena yang ada di hati dan pikirannya saat ini hanyalah Kaila dan bayinya saja. Mereka adalah prioritas Hansel.
“Aku akan menyiapkan semuanya. Tapi sepertinya untuk meninggalkan Livia akan sangat sulit Hansel.” Kata-kata terakhir Dika ini tidak sengaja didengar oleh Mika, karena saat dia keluar tadi pintunya tidak tertutup rapat.
Mika semakin menajamkan pendengarannya untuk mengetahui pembicaraan mereka, namun malah sudah tidak terdengar pembicaraan apapun lagi. Mika pun kembali ke meja kerjanya sambil merenung.
“Siapa Livia?” gumamnya. Sepertinya dia harus mencari tahu bagaimana kehidupan Hansel kala di Jerman.
Saat serius memikirkan siapa Livia, pandangan Mika teralihkan pada seorang office boy yang datang membawa nampan berisi kopi lalu masuk ke ruangan Hansel.
“Di mana si kupu-kupu malam itu?” gumam Mika pelan, karena biasanya selalu Kaila yang diminta oleh Hansel untuk membuatkannya kopi.
Dia pun menyadari bahwa sejak kemarin Kaila memang tidak terlihat berkeliaran di kantor.
karena ayah kandung tdk mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya untk ambisi yg kejam,,
hazel selamatkan rumah tanggamu
jngn sprti maxim,,