Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Sesampainya di ruangan Pak Bambang, Intan dan Ricko mencium punggung tangan Pak Bambang dan Bu Sofi bergantian.
"Gimana keadaan Papa?" tanya Ricko yang duduk di kursi samping ranjang Pak Bambang.
"Masih sama. Rick, setelah Papa meninggal, berjanjilah, kamu tidak akan menceraikan Intan!" ucap Pak Bambang dengan serius. Ia yakin Ricko akan menceraikan Intan setelah ia meninggal karena ia tahu Ricko sangat mencintai Rossa.
"Papa jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku akan mengantar Intan pulang dulu," ucap Ricko berpamitan. Ia tidak mau berdebat apalagi membohongi papanya yang sedang sakit.
"Apa kamu sudah mengurus surat nikahmu, Rick?" tanya Pak Bambang masih khawatir dengan pernikahan mereka yang baru berjalan satu hari.
"Ya. Aku sudah menyuruh seseorang untuk mengurusnya, Pa," jawab Ricko. Pak Bambang pun merasa lega.
*
Sebelum mengantar Intan pulang, Ricko pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian sekalian mengambil barang-barang Intan.
Di tengah perjalanan pulang, Ricko juga mengajak Intan untuk makan malam terlebih dahulu di rumah makan pinggir jalan. Intan pun menurut saja karena ia juga merasa lapar.
Karena terlalu banyak mampir, akhirnya mereka sampai di rumah Intan sudah pukul 10 malam.
"Assalamu'alaikum ...," ucap Intan sambil mengetuk pintu. Tidak berapa lama pintu terbuka dan tampaklah Pak Ramli. Intan dan Ricko pun mencium punggung tangan Pak Ramli bergantian.
"Saya permisi pulang dulu, Pak," ucap Ricko saat Intan sudah masuk ke dalam rumah.
"Tunggu, Rick!" cegah Pak Ramli.
"Iya, Pak. Ada apa?" tanya Ricko dengan sopan.
"Sudah malam. Menginaplah di sini. Sekarang ini rumah kamu juga," ucap Pak Ramli saat melihat Ricko yang terlihat lelah. Ya, memang Ricko sangat lelah karena harus mondar-mandir dari rumah, perusahaan, rumah sakit, dan rumah Intan.
"Baiklah. Terima kasih, Pak," ucap Ricko menyetujui tawaran Pak Ramli.
Ricko pun mengikuti Pak Ramli masuk ke dalam rumah.
"Ini kamarnya Intan. Masuk saja. Anggap rumah sendiri, ya," ucap Pak Ramli setelah itu ia masuk ke kamarnya sendiri.
Ricko menganggukkan kepalanya dan berkata, “Terima kasih, Pak.”
Ricko pun membuka pintu kamar Intan dan melihat Intan sedang berganti pakaian.
"Aaaaa! Kenapa mmm ... mmm .... " Intan belum menyelesaikan kata-katanya, tapi sudah dibungkam tangan Ricko. Ricko mendadak panik ketika Intan berteriak. Karena itu ia membungkam mulut Intan karena takut didengar Pak Ramli.
Intan pun berontak dengan sekuat tenaganya. Namun, tentu saja ia tidak bisa mengalahkan tenaga Ricko yang tubuhnya lebih besar darinya.
"Jangan berteriak! Aku akan melepaskanmu," ucap Ricko pelan di dekat telinga Intan. Intan pun menganggukkan kepalanya.
Setelah lepas dari tangan Ricko, Intan segera memakai piama-nya yang belum sempat ia pakai karena Ricko mendadak masuk ke dalam kamarnya dan membungkam mulutnya.
"Kenapa Mas Ricko masuk ke dalam kamarku?" tanya Intan setelah memakai piama-nya.
"Aku menginap di sini. Disuruh Pak Ramli," jawab Ricko seraya duduk di tepi tempat tidur.
"Terus kenapa masuk ke kamarku? Biasanya, Pakde Bambang kalau menginap di sini tidurnya di ruang tamu, Mas," ujar Intan menjelaskan Intan.
"Sekarang aku suamimu. Jadi, Pak Ramli menyuruh aku tidur di kamar ini," ucap Ricko sambil melepas kaosnya.
"Hey …, kenapa Mas Ricko melepas kaos gitu?" tanya Intan malu sekaligus takjub dengan badan Ricko yang padat dan kekar.
"Aku mau tidur dan nggak bawa pakaian ganti. Nanti pakaianku kusut. Ayo tidur aku lelah," pungkas Ricko lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur Intan.