Tanpa perlu orang lain bicara, Aya sangat menyadari ketidaksempurnaan fisiknya.
Lima tahun lamanya, Cahaya bekerja di kota metropolitan, hari itu ia pulang karena sudah dekat dengan hari pernikahannya.
Namun, bukan kebahagiaan yang ia dapat, melainkan kesedihan kembali menghampiri hidupnya.
Ternyata, Yuda tega meninggalkan Cahaya dan menikahi gadis lain.
Seharusnya Cahaya bisa menebak hal itu jauh-jauh hari, karena orang tua Yuda sendiri kerap bersikap kejam terhadapnya, bahkan menghina ketidaksempurnaan yang ada pada dirinya.
Bagaimanakah kisah perjalanan hidup Cahaya selanjutnya?
Apakah takdir baik akhirnya menghampiri setelah begitu banyak kemalangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
.
"Aku akan menikahimu!"
Yuda merasa tidak ada salahnya dia memiliki dua orang istri. Lagi pula Cahaya adalah gadis yang cantik. Tubuhnya molek padat berisi. Pasti empuk kalau dipeluk. Khayalannya beberapa waktu yang lalu untuk menjadi orang yang pertama kali mencicipi gadis itu akan menjadi kenyataan.
Bukankah itu sesuatu yang bagus? Dia bisa memiliki Bunga dan Cahaya sekaligus. Dan dia juga tidak harus mengembalikan uang gadis itu dan ibunya.
Apalagi saat ini Cahaya juga memiliki banyak uang. Tidak hanya itu Cahaya juga memiliki kenalan orang-orang hebat. Satu-satunya kekurangan cahaya adalah karena kakinya yang pincang.
"Apa?”
“Tidak!"
Bunga dan Bu Sumini berseru bersamaan, suara mereka memekik tinggi di antara kerumunan.
"Yuda!” Bunga, yang baru saja resmi menjadi istri Yuda beberapa saat lalu, maju dan menarik lengan Yuda dengan kasar. Ia menatap pria itu dengan mata melotot penuh amarah.
“Apa-apaan kamu ini? Kamu gila, ya?! Apa yang kamu katakan barusan?!” Suaranya melengking. Kedua tangannya meremas gaun putih yang masih melekat di tubuhnya.
"Kita baru saja menikah beberapa saat yang lalu, bahkan acaranya saja belum selesai. Dan sekarang kamu mengatakan akan menikahi wanita lain. Apa kamu waras?"
“Bunga? Aku… ?”
Yuda, yang sedang fokus pada permasalahannya dengan Cahaya terkejut melihat kemarahan Bunga. Jantungnya berdebar kencang, membuatnya gugup sekaligus bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Apalagi melihat keluarga mertuanya berdiri di belakang Bunga dan menatap tajam ke arahnya. Kenapa dia bisa lupa kalau di sana bukan hanya ada dirinya dan Cahaya.
"Tidak! Yuda, kamu tidak boleh melakukan itu! Jangan menikahi wanita cacat ini! Ibu tidak akan pernah setuju! Seumur hidup Ibu tidak ingin memiliki menantu cacat seperti dia." Bu Sumini tak kalah histeris, wajahnya merah padam.
“Tapi ini satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini,” ucap Yudha sambil menatap ke arah Bunga dan Bu Sumini bergantian.
Marcel mengepalkan tangannya erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras menahan amarah yang meluap. Tangannya terkepal siap melayang ke wajah Yuda seandainya Marvel tidak mencegahnya.
Cahaya sendiri syok dan tak percaya mendengar ucapan Yuda. Matanya membulat, bibirnya sedikit terbuka. Apa Yuda sudah benar-benar gila? Apakah pria itu benar-benar berpikir bahwa dirinya begitu hebat dan tak tergantikan hingga membuat dirinya begitu tergila-gila?
"Yuda, apa kamu sedang bercanda?" tanya Cahaya masih dengan raut tidak percaya.
Yuda menatap Cahaya dengan tatapan memohon, seolah tidak peduli dengan reaksi Bunga dan ibunya. "Aku serius, Aya. Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi aku benar-benar ingin menebus kesalahanku. Aku akan menikahimu.”
"Tidak! Ibu tidak akan pernah mengizinkanmu menikahi wanita cacat itu, Yuda!" teriak Bu Sumini, berusaha menarik Yuda menjauh dari Cahaya.
Marcel maju selangkah, tatapannya tajam menusuk Yuda. "Kau pikir dirimu begitu tinggi ya? Kau pikir Aya akan sudi menikah dengan pria pecundang seperti dirimu?”
"Marcel, tenanglah," bisik Marvel, berusaha menahan adiknya.
Marcel menepis tangan kakaknya, dan ingin maju untuk menghajar Yuda, tapi Cahaya menarik tangannya dan menggelengkan kepala ketika Marcel menoleh kepadanya.
Marcel mendengus kesal, tapi dia juga ingin memberikan kesempatan pada Cahaya untuk menyelesaikan masalahnya.
Cahaya menatap Yuda dengan tatapan dingin dan tegas. "Yuda, aku tidak tahu apa yang ada di pikiranmu, tapi aku tidak akan pernah menikah denganmu.”
"Tapi, Aya..."
"Tidak ada tapi-tapian, Yuda," potong Cahaya dengan tegas. “Aku hanya ingin kau mengembalikan semua yang telah kau ambil dariku dan ibuku. Uang yang aku hasilkan dengan mandi keringat, dan tanah kebun milik ibuku jauh lebih berharga daripada dirimu."
Yuda menatap Cahaya dengan mata tak percaya, seolah baru saja ditampar keras.
"Aya! Kamu ini kenapa? Aku sudah berbaik hati padamu! Harusnya kamu berterima kasih karena aku mau menikahimu! Kamu pikir, siapa yang mau menikah dengan wanita cacat seperti dirimu?"
Suara Yuda meninggi, penuh dengan nada merendahkan dan menghina. Kata-katanya bagaikan pisau tajam yang menusuk jantung Cahaya. Kerumunan tamu undangan terdiam membisu, terkejut dengan ucapan Yuda yang ternyata memiliki perangai seperti itu.
Marcel ingin sekali melayangkan tinjunya ke wajah Yuda, menghancurkan kesombongan dan kebiadaban yang terpancar dari mata pria itu. Namun, Marvel menahan adiknya, menggelengkan kepala dengan tatapan memperingatkan.
Cahaya mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menatap Yuda dengan tatapan dingin dan tanpa gentar. Ia tidak akan membiarkan kata-kata Yuda meruntuhkan harga dirinya.
"Yuda, kau salah besar jika kau berpikir bahwa aku membutuhkan belas kasihanmu. Aku tidak butuh siapapun untuk menikahiku. Aku lebih baik sendiri daripada menikah dengan pria yang menganggapku rendah."
"Kau..." Yuda kehilangan kata-kata. Tidak menyangka Cahaya akan menolak bahkan membalas kata-katanya dengan begitu telak.
"Kau pikir dengan menunjukkan kekuranganku, kau bisa membuatku menerima tawaranmu?" lanjut Cahaya dengan nada sinis.
"Kau salah besar, Yuda. Justru dengan ucapanmu itu, semakin menunjukkan betapa rendahnya dirimu. Kau hanya seorang pengecut yang mencoba memanfaatkan kelemahan orang lain untuk keuntunganmu sendiri. Kau hanya sedang ingin lari dari tanggung jawab!"
"Aya, aku..." Yuda tidak menyangka Cahaya bisa membaca akal bulusnya.
"Cukup, Yuda!" potong Cahaya dengan tegas. "Aku tidak ingin mendengar apapun lagi darimu. Aku sudah memutuskan, aku tidak akan pernah menikah denganmu. Sekarang, kau hanya perlu mengembalikan semua yang telah kau ambil dariku dan ibuku.”
Marcel mendekat ke arah cahaya menggenggam tangan gadis itu dan mengangkatnya ke atas, menunjukkannya di depan mata Yuda.
“Siapa bilang tidak akan mau ada yang mau menikahi Cahaya hanya karena kekurangan fisiknya? Bagi orang yang memiliki hati bersih kekurangan Cahaya sama sekali tidak terlihat. Karena dia memiliki banyak kelebihan diantaranya hati yang tulus.”
Mendengar ucapan Marcel membuat Yudha menoleh ke arah pria itu dengan tatapan mengejek. “Benarkah? Apakah pria yang akan menikahi Cahaya adalah kamu?” Yuda tertawa remeh lalu menoleh ke arah Cahaya.
“Cahaya. Yang benar saja, kamu akan menikah dengan pria buruk rupa seperti dia?”
Plakkk
Kata-kata Yuda membuat tangan Cahaya melayang ke wajah pria itu.
Semua orang yang berada di sana terkejut melihat reaksi Cahaya terlebih Marcel.
Semua menutup mulut mereka yang terbelalak dengan telapak tangan. Lebih tidak menyangka, putra Bu Sumini yang selama ini terlihat baik, ternyata memiliki lidah pahit.
Yuda mengusap pipinya yang panas sambil tersenyum miring. Menatap semakin remeh ke arah Cahaya. “Kenapa tersinggung? Yang aku katakan benar bukan?”
Cahaya menatap ke arah Yuda dengan sorot tajam. “Mungkin yang kamu bilang benar. Lalu kenapa? Hanya karena beliau memiliki wajah yang buruk, apa lantas itu membuat kamu merasa lebih unggul darinya?”
Cahaya membalikkan badan menatap ke arah tamu. “Ibu-ibu dan Bapak-bapak, ada dua macam manusia. Pertama, luarnya mulus seperti apel, tapi dalamnya kedondong. Kedua, luarnya tajam, tapi dalamnya lembut seperti durian. Menurut Anda, Yuda jenis yang mana? Dan kalian lebih suka yang mana?”
Semua orang saling pandang. Hujatan untuk Yuda dan keluarganya kembali terdengar. kedondong adalah perumpamaan yang cocok untuk Yuda.
Wajah Yuda dan Bu Sumini pucat.
Pengacara Radika maju, menatap Yuda geram. "Saya rasa masalah ini terlalu bertele-tele. Saudara Yuda, Anda telah mendengar penolakan Nona Cahaya. Segera kembalikan semua yang Anda rampas dari Nona Cahaya dan Ibu Ningsih. Jika tidak, kami akan menyerahkan kasus ini ke polisi dan Anda akan berurusan dengan hukum.”
. cuit cuit