NovelToon NovelToon
Pengkhianatan Di Malam Pertama

Pengkhianatan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:46.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.

Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.

"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Kamu Serakah Juga, Ya?

Wajah Vania menjadi merah padam setelah kalimat sindiran Embun membungkamnya dengan telak. Sementara Embun langsung turun dari mobil dan membanting pintu. Sama sekali tak ada kepedulian tentang suaminya yang masih satu mobil dengan wanita lain. 

Aby hanya dapat menatap punggung istrinya yang perlahan mulai menjauh. Ia menjadi tidak enak hati dengan kelakuan Vania yang secara terang-terangan ingin menguasai dirinya dan malah dengan bangga memamerkan ke Embun. 

"Bisa nggak lain kali jangan begitu di depan Embun?" Pertanyaan ketus bernada keberatan itu membuat bibir Vania maju beberapa senti.  

"Memangnya kenapa? Aku cuma mau dia tahu bahwa kamu hanya milik aku." 

"Van!" bentak Aby. 

Bola mata Vania nyalang menatap kekasihnya. Selama berpacaran setahun belakangan ini, Aby sama sekali belum pernah membentaknya seperti sekarang. Kini ia membentak hanya karena Embun. 

"Kamu bentak aku cuma karena dia?" Vania menunjuk ke arah Embun yang masih terlihat berjalan di kejauhan. 

"Jangan buat aku kehilangan kesabaran, Van!" ujar Aby, mulai menunjukkan sisi galak. Vania benar-benar belum pernah melihat Aby marah seperti ini. "Setidaknya kamu bisa sedikit menjaga perasaan Embun. Bukan cuma kamu yang korban di sini, Embun juga sama bahkan lebih. Dia juga udah mau ngalah sama kamu tadi dengan pindah ke belakang. Tapi kenapa kamu jaga perasaan dia nggak bisa?" 

"Jaga perasaan dia?" Vania terkekeh sinis seperti sedang menyindir Aby. "Kalau kamu memang sepeduli itu dengan perasaan dia, kenapa kamu masih sama aku, padahal jelas-jelas yang jadi istri kamu itu dia!" 

Perkataan Vania membuat Aby bersandar dan menghela napas panjang. "Jadi kalau aku memilih Embun, kamu akan terima?" 

Vania tersentak. Bola matanya mendadak tergenang cairan bening. "Kamu tega sama aku?" 

"Udah lah, Van." Aby menunjukkan raut muka malas. "Aku mau ke kantor. Cepat turun!" 

Vania menyeka ujung matanya dengan punggung jari telunjuk. Lalu, membuka pintu mobil dan turun. Belum dua langkah kakinya bergerak, mobil yang dikemudikan Aby sudah melesat cepat. Vania menatap dengan bola mata berkaca-kaca. Tak pernah sebelumnya Aby memperlakukan dirinya seperti sekarang. 

.

.

.

Pagi berganti siang. 

Aby masih disibukkan dengan padatnya pekerjaan. Jam makan siang pun ia lewatkan begitu saja. Aby memang seseorang yang gila kerja. Jika sudah terfokus, makan pun kadang terlupa. 

Ponsel miliknya ia simpan di dalam laci meja. Entah sudah berapa kali benda pipih itu berdering. Ia yakin yang menghubungi adalah Vania. Aby hafal betul kebiasaan kekasihnya itu, Vania tidak akan berhenti sampai panggilannya terjawab. 

Setengah frustrasi, Aby membuka laci meja kerja. Benar dugaannya, tertera nama dan foto Vania pada layar ponsel. Laki-laki itu memilih pergi ke balkon kantor yang hanya berjarak dua lantai dari tempatnya berada. Ia memang kerap menghabiskan sisa waktu jam istirahat makan siang di sana, sekalian menghilangkan kepenatan dengan menikmati pemandangan kota. 

"Iya, Van ...," sapa Aby, sesaat setelah panggilan terhubung. 

"Kamu marah sama aku?" Pertanyaan itu langsung saja terlontar tanpa basa-basi. 

"Marah kenapa?" jawab Aby datar, dengan tatapan masih tertuju pada gedung-gedung tinggi di sekitar kantor. 

"Soal tadi pagi." 

"Nggak, biasa aja." 

"Aku minta maaf, Sayang. Aku tahu aku salah." Vania mulai mengalah, setelah mendengar nada tak bersahabat dari Aby. "Aku cuma cemburu karena kamu membela Embun." 

"Hemm ...." 

"Kok cuma hemm sih?" protes Vania. Aby seperti tak begitu memerdulikan ucapannya. Akhirnya wanita itu memilih menurunkan ego. "Kalau kamu mau aku akan temui Embun dan minta maaf sama dia." 

"Terserah kamu, Van. Itu hak kamu." 

"Kok terserah, sih?" 

Hela napas Aby terdengar berat dan Vania dapat mendengar itu. "Terus kamu mau aku jawab apa?" 

"Ya bukan begitu maksudnya ...." Vania seolah kehilangan kata-kata. Jika Aby sudah menunjukkan sikap acuh tak acuh seperti ini, berarti ia harus waspada dan lebih mengalah. "Sayang ... sore kamu jemput aku, ya. Di dekat kampus ada kafe baru. Menunya enak-enak loh." 

"Iya," jawab Aby, masih dengan nada malas. 

"Aku tunggu, ya." 

"Hemm ...." 

Panggilan terputus. Aby memasukkan ponsel ke saku celana. Lalu, berbalik untuk kembali ke biliknya. Namun, keberadaan Dewa yang sedang duduk di ujung tembok pembatas membuat Aby terdiam di tempat. 

Ia tak menyadari keberadaan laki-laki itu sejak tadi. Bahkan kini Dewa sedang melayangkan tatapan yang begitu mengintimidasi. 

"Kamu serakah juga, ya? Nggak mau melepas Vania tapi malah menikahi Embun," sindirnya. 

Aby membuang muka. "Bukan urusan kamu." 

"Kamu aneh. Jelas-jelas ada yang halal tapi pilih yang haram. Kamu yakin masih waras?" 

Sambil tertawa kecil, Dewa melangkah meninggalkan Aby yang masih mematung dengan raut wajah super kesal. 

.

.

.

Embun sedang menghabiskan waktunya siang itu dengan duduk di kantin kampus sambil menikmati segelas jus. Ia masih terfokus dengan buku di genggamannya, ketika Vania datang secara tiba-tiba dan duduk tepat di hadapannya. 

Pandangan Embun berkeliling ke seluruh kantin kampus. Masih ada banyak tempat kosong di sana. "Perasaan masih banyak meja kosong, kenapa kamu duduk di situ?" 

"Aku ke sini untuk minta maaf sama kamu soal kejadian tadi pagi. Aku nggak bermaksud membuat kamu sakit hati." 

"Yakin nggak bermaksud? Jadi apa maksud kamu mencium suami aku tadi?" Ucapan Embun yang menekan kata suami membuat Vania tergugu. 

Namun, tentu saja Vania tak mau kalah dari Embun. Ia akan membalas dengan cara apapun. "Aku cuma mau kasih tahu kamu kalau aku lebih berhak atas Aby karena aku sudah lebih dulu sama dia. Kamu yang sudah menjadi orang ke tiga di antara kami." 

"Aku nggak pernah bilang mau merebut Mas Aby dari kamu. Lagian, kalau pun aku mau merebut, itu hakku sebagai istri." 

Walaupun ucapan Embun terdengar sangat santai, namun terasa menusuk ke relung hati Vania. Tangan wanita itu terkepal kuat di bawah meja. Lidahnya terasa kaku untuk sekedar membalas kalimat pedas Embun.

"Tapi kamu tenang aja. Laki-laki tidak bertanggungjawab dan tidak punya pendirian seperti Abimanyu Fahreza sama sekali bukan tipeku." 

Wajah Vania sudah berubah merah. Sementara Embun memilih bangkit dan pergi meninggalkan kantin begitu saja. 

.

.

.

Seperti janji sebelumnya, Aby menyempatkan waktu menjemput Vania. Sore ini pasangan kekasih itu tengah berada di sebuah kafe yang kata Vania merupakan kafe baru dengan menu yang lezat.

Keduanya duduk saling berhadapan dengan berbagai menu yang terhidang di meja.

"Kamu tahu nggak, aku sudah mendatangi Embun tadi siang dan minta maaf soal kejadian tadi pagi," ucap Vania, bermaksud mengadukan perbuatan Embun yang sudah sangat menyinggungnya.

"Hemm ...." Aby tak begitu menanggapi ucapan Vania dan lebih terfokus dengan makanan. Melewatkan makan siang membuat perutnya keroncongan. 

"Dia itu sombong luar biasa, mukanya aja yang sok alim," tambahnya, sambil menyeruput minuman dengan raut muka kesal.

Aby melirik Vania sejenak. Ia tak langsung menelan mentah-mentah ucapan Vania. Sebab setahunya, Embun adalah seorang wanita yang sangat sopan, terutama terhadap ayah dan bunda. 

"Sombong gimana, sih?" tanyanya dengan mulut penuh makanan. 

"Masa' dia bilang, laki-laki tidak bertanggungjawab dan tidak punya pendirian seperti kamu bukan tipenya dia." 

Aby tersentak. Seketika tersedak makanan yang baru saja akan melewati kerongkongannya. 

..........

Yang Mau lihat Visual, sudah di post di IG

Follow @Kolom_langit

Semua visual ada di sana.

🤗🤗🤗

...........

1
marti 123
Lumayan
marti 123
Kecewa
Muna Junaidi
Hadeh aby badan masih sakit di dajjal mata satu bangun
Nay Nayla
...
hani muklas
Kecewa
hani muklas
Buruk
Anna Wong
Luar biasa
Eti Alifa
klo q kok setujunya embun sama dewa.
Eti Alifa
visual galang ga ada thor.
Eti Alifa
habis ini ke sana thor.
Eti Alifa
berharap dewa sama embun tapi ga mungkin ya...
Eti Alifa
god job Embun, suka wanita tangguh ga lemah👍🏻
benar knp hrs nunggu 6 bln klo hrs cerai lebih baik skrng sama saja mlh buang2 wkt dan energi, bersyukur Embun ga oon🤭
Eti Alifa
si aby bloon apa goblok sihh.
Eti Alifa
untung embun cerdas jd ga merasa tertindas , klo terluka mah iya .
Eti Alifa
ga terasa air mata jatuh meleleh walau tak diundang, jadikan embun sama dewa aja thor biar aby kapok.
Eti Alifa
baru baca udah nyesek, kasihan bgt embun, semoga embun dpt jodoh yg lebih dr abi.
Safitri Agus
terimakasih Thor 🙏🥰
Safitri Agus
baru tahu ya kalian, kalau aku sudah tempe dari dulu saat beliau jadi pebinor yg elegan 😂😂😂
Fransisca Indriyanti
Luar biasa
Safitri Agus
awas ada kuntilanak 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!