Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan bersyarat
Setelah mendapatkan restu dari Bu Dewi dan ibu panti, akhirnya Amira dan Aditya memutuskan untuk menikah. Pernikahan mereka di gelar secara tertutup di rumah baru Amira. Hanya keluarga Aditya dan keluarga Amira saja yang menghadiri acara pernikahan itu.
Aditya dan Amira tidak mau terlalu banyak orang yang tahu tentang pernikahan mereka. Karena pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak. Walau status pernikahan mereka sudah sah secara agama dan negara, tapi mereka akan tetap bercerai setelah tiga bulan pernikahan mereka. Dan itu semua sesuai dengan perjanjian diantara Aditya, Amira, dan Reifan. Karena sebelum Aditya dan Amira menikah, Reifan sudah membuat perjanjian itu.
Selama tiga bulan, Reifan tidak akan mengganggu Amira dan Aditya. Aditya dan Amira bebas melakukan apapun yang mereka inginkan selama tiga bulan itu. Tapi setelah tiga bulan, Aditya harus menyerahkan Amira pada Reifan. Dan saat itu, Reifan akan merujuk Amira dan menikahinya lagi.
Setelah melangsungkan pernikahan, Amira dan Aditya menggelar doa bersama dan makan bersama di rumah Amira. Hanya orang-orang terdekatnya saja yang diundang di acara itu. Sementara Reifan, dia sama sekali tidak datang di acara pernikahan itu. Mungkin karena Reifan cemburu saat melihat Amira dan Aditya menikah. Reifan hanya perlu menjaga hatinya dengan tidak melihat pernikahan Amira dan Aditya.
Malam ini, rumah Amira sudah sepi. Para tamu satu persatu sudah meninggalkan rumah Amira. Saat ini, hanya ada Amira dan Aditya yang ada di ruang tamu. Sementara Kayla dia sudah terlelap dari tadi di atas sofa ruang tamu.
"Kayla tidurnya nyenyak banget Mir," ucap Aditya sembari menatap Kayla lekat.
Amira tersenyum saat melihat Kayla.
"Mungkin dia juga lelah Dit. Biarkan dia istirahat. Kata dokter, Kayla harus banyak istirahat dan tidak boleh terlalu capek.'
"Iya. Bagaimana kalau kita pindahkan Kayla ke kamarnya Mir?"
"Kamu mau bantu aku gendong Kayla ke kamar?" tanya Amira.
"Iya Mir. Aku akan gendong Kayla dan bawa di ke kamar."
Amira mengangguk. "Makasih ya Dit."
Aditya mengangkat tubuh Kayla dan membawa Kayla ke kamar. Setelah itu Aditya membaringkan tubuh kecil Kayla di atas ranjang. Sebelum pergi, Aditya menatap Kayla lekat dan tersenyum.
"Kayla sekarang anak aku. Mulai sekarang, aku akan memperlakukan dia seperti putri kandungku sendiri. Aku akan menjadi ayah yang bertanggung jawab untuk Kayla. Aku sudah banyak berhutang budi pada Pak Reifan. Mungkin sudah saatnya aku membalas kebaikan Pak Reifan lewat Kayla," ucap Aditya.
Setelah meletakan Kayla di atas tempat tidur, Aditya kembali ke ruang tamu untuk melihat Amira. Aditya tersenyum saat melihat Amira sudah tertidur di sofa.
"Aku nggak nyangka, kalau sekarang Amira sudah menjadi istri aku. Aku tahu selama ini hidup Amira menderita. Tapi aku tidak akan membiarkan Amira menderita lagi. Aku akan mencoba menjadi suami yang baik untuk Amira," ucap Aditya.
Tiba-tiba Aditya teringat perjanjiannya dengan Reifan beberapa hari yang lalu.
"Tiga bulan. Aku tahu, aku hanya punya waktu tiga bulan untuk berada di dekat Amira. Setelah itu, aku harus melepaskan Amira untuk Pak Reifan. Tapi nggak apa-apa lah. Amira sekarang istriku. Dan aku akan memperlakukan dia dengan baik. Selama tiga bulan, aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku bersama dia. Syukur-syukur kalau Amira jatuh cinta sama aku, dan dia tidak jadi rujuk dengan Pak Reifan," gumam Aditya.
Sebenarnya Aditya tidak menginginkan perceraian terjadi di dalam pernikahannya. Namun pernikahannya kali ini, bukan pernikahan biasa. Namun pernikahan bersyarat yang diajukan Reifan untuk Amira dan Aditya.
Aditya mendekat ke arah Amira. Dia mencoba membangunkan Amira dengan menepuk-nepuk pipi Amira pelan. Namun Amira tidak mau bangun. Mungkin Amira kelelahan setelah seharian penuh melakukan aktifitasnya.
"Amira, apa kamu mau tidur di ruang tamu sampai pagi. Apa yang harus aku lakukan," ucap Aditya.
Aditya bingung. Dia tidak mungkin membiarkan Amira tidur sendirian di ruang tamu. Tapi dia juga takut untuk menggendong Amira sampai ke kamar. Aditya takut Amira marah karena Aditya yang sudah lancang menggendong Amira.
"Kalau aku gendong dan bawa Amira ke kamar, dia bakalan marah nggak ya. Tapi kalau aku biarin dia di sini, aku nggak tega," fikir Aditya.
Setelah lama berfikir, akhirnya Aditya mengambil bantal dan selimut. Dia kemudian membawanya ke ruang tamu untuk menyelimuti Amira. Aditya tidak mau membiarkan Amira kedinginan. Aditya dengan perlahan menyelimuti Amira. Dia juga mengangkat kepala Amira dan memberikannya bantal.
"Selamat tidur Amira. Semoga mimpi indah." Aditya kemudian pergi meninggalkan Amira di ruang tamu.
Setelah satu jam Amira tidur, Amira mengerjapkan matanya. Dia terkejut saat dia menatap sekeliling. Ternyata dia ada di ruang tamu bukan di kamar.
"Kenapa aku bisa ketiduran di sini," ucap Amira sembari beringsut duduk.
Amira menatap selimut yang ada di tubuhnya.
"Siapa yang menyelimuti aku. Apa jangan-jangan Aditya," terka Amira.
Amira bangkit dari duduknya. Setelah itu dia melangkah ke ruang tengah. Sesampainya di ruang tengah, Amira menghentikan langkahnya. Dia melihat Aditya masih duduk sofa di ruang tengah.
Amira menatap jam dinding. Waktu sudah menunjukkan jam satu malam. Namun Aditya masih belum tidur.
"Kamu belum tidur Dit?" tanya Amira.
"Aku nggak bisa tidur Mir."
Amira mendekat ke arah Aditya. Dia kemudian duduk di dekat Aditya.
"Kenapa kamu nggak bisa tidur? kamu nggak betah tinggal di sini?"
"Betah kok. Cuma aku baru tadi minum kopi. Mungkin ini efek kopi kali Mir."
"Kamu buat kopi sendiri?"
"Iya. Bik Atun kan sudah istirahat di kamarnya."
"Kenapa nggak bangunin aku? Aku kan bisa buatin kamu kopi."
Aditya tersenyum.
"Kamu tidurnya nyenyak banget tadi. Aku sudah bangunin kamu, tapi kamu nggak mau bangun. Makanya tadi aku ambil bantal dan selimut untuk kamu."
"Maaf ya Dit. Aku capek banget."
"Kalau kamu mau tidur, tidur di kamar saja. Tidur di ruang tamu dingin Amira."
"Kalau kamu mau tidur di mana Dit? Aku sudah nyiapin kamar untuk kamu. Kita tidak perlu lah satu kamar. Lagian pernikahan ini juga pernikahan kontrak."
Aditya manggut-manggut.
"Aku tahu Mir. Aku juga tahu batasan. Kalau aku sih bebas mau tidur di mana aja. Mau di sini, mau di ruang tamu, kalau kamu nggak keberatan aku juga bisa pulang dan tidur di rumah orang tua aku."
"Jangan dong Dit. Kita itu kan sekarang suami istri.Apa kata keluarga kamu kalau kita pisah rumah. Mereka pasti akan curiga dengan pernikahan kita. Yang mereka tahu kan kita itu menikah sungguhan."
"Itu sih terserah kamu Amira. Kalau kamu menginginkan aku tinggal di rumah kamu, aku juga nggak akan keberatan tinggal di sini. Lagian lebih enak tinggal di sini. Dekat dengan tempat kerja aku."
"Kamu tinggal di sini saja Dit. Walau bagaimanapun juga, kita sekarang suami istri sah. Nggak ada larangan apapun untuk kita. Dan aku sekarang Istri kamu. Sebenarnya sudah kewajiban aku untuk melayani kamu."