NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Buang

Aku Yang Kau Buang

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Patahhati / Balas Dendam / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Tamat
Popularitas:17.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: aisy hilyah

Seira, 25 tahun, istri dari seorang saudagar beras harus menerima kenyataan pahit. Dikhianati suami disaat ia membawa kabar baik tentang kehamilannya. Zafran, sang suami berselingkuh dengan temannya yang ia beri pekerjaan sebagai sekretaris di gudang beras milik mereka.

Bagaimana Seira mampu menghadapi semua ujian itu? Akankah dia bertahan, ataukah memilih pergi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tertinggal Bus

"Non! AWAS!"

"Ah!"

Bi Sari bangkit seraya berlari secepat yang dia bisa. Namun, sayangnya, mobil itu telah menghantam pembatas jalan di mana Seira baru saja menampakkan kedua kakinya.

Pintu mobil itu pun cepat terbuka, dan seorang laki-laki berkaos lengan pendek keluar diikuti kerumunan warga yang semakin menutupi tempat tersebut.

Laki-laki itu menyibak kerumunan, ia melihat Seira yang terduduk dengan wajah pucat juga napas yang tersengal. Suara riuh para warga yang mengelilingi tempat itu tidak membuatnya serta merta panik. Ia berjongkok di samping Seira, menelisiknya dari atas hingga bawah.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya dengan nada rendah, tapi masih bisa didengar Seira.

Pelan kepala wanita itu menoleh, tangannya masih menempel di dada yang terasa sesak akibat terkejut. Bibirnya yang pucat gemetar, matanya sayu menatap sosok yang hampir saja membuat celaka.

"A-air, b-boleh a-aku minta a-air?" ucap Seira dengan lidah kelu hampir tak dapat digerakkan.

Laki-laki itu lekas bangkit dan segera mendekati mobilnya. Mengambil sebotol air mineral, membawanya kepada Seira.

"Maaf, Bapak-bapak dan Ibu-ibu, tolong tinggalin tempat ini. Wanita di dalam sana kesulitan bernapas, tapi kalian malah mengerubunginya. Silahkan pergi!" pinta laki-laki tersebut.

Suaranya rendah, tapi penuh dengan wibawa. Matanya tajam dan dingin, tinggi tegap berdiri bagai seorang raksasa. Para warga membelah diri sebelum bubar meninggalkan tempat tersebut.

Ia kembali berjongkok sambil memutar penutup botol dan memberikannya pada Seira. Ekor matanya melirik bagian kanan mobil, mendesah lembut supaya tidak menyinggung wanita yang hampir celaka itu.

Seira menenggak air tersebut hingga menyisakan setengahnya. Ia merasa sedikit lega, napasnya perlahan mulai beraturan, pandangan yang sempat memburam kembali menjadi normal.

Ia menoleh, mendapati laki-laki tersebut sedang menatap mobilnya yang menabrak pembatas jalan. Seira menggigit bibir tak enak, ia merunduk. Jantungnya berpacu seperti sedang berada di atas sebuah wahana rollercoaster.

"Maaf," cicitnya lirih, "Aku bener-bener minta maaf. Aku nggak tahu kalo mobil Tuan sedang melaju terburu-buru," lanjutnya masih dengan suara rendah hampir seperti bisikan. Genggaman tangan pada botol air mengerat menahan rasa yang bergejolak.

Laki-laki tersebut mengalihkan pandangan dari kerusakan mobil, tapi belum menoleh. Bibir tipisnya membentuk senyuman mendengar suara Seira, entah kenapa jantungnya tiba-tiba berdegup.

Ia menoleh, menatap lekat pada Seira yang masih tertunduk sambil mencengkeram erat botol air mineral di tangan. Senyumnya semakin melebar, wanita itu memang sederhana, tapi ia terlihat berbeda.

"Kenapa kamu minta maaf? Harusnya aku yang minta maaf karena hampir aja nabrak kamu," tanya laki-laki tersebut semakin menyempurnakan garis di bibirnya.

Seira tampak gugup, tak tahu harus berkata apa. Ia menggigit bibir lagi, lebih kuat dari sebelumnya. Botol di tangan bahkan hampir saja remuk akibat kungkungan jemarinya.

"Non! Non nggak apa-apa?" jerit Bi Sari dengan napas memburu cepat.

Wanita paruh baya itu lantas berjongkok di samping Seira. Ia memeluknya dengan penuh rasa syukur.

"Alhamdulillah. Terima kasih, ya Allah," ucapnya dengan air yang menetes dari pelupuk.

Laki-laki itu memandang lekat-lekat dua orang wanita yang kini sedang berpelukan. Ada rasa tak enak, tapi ia sendiri tanpa sengaja hampir menabraknya.

"Maaf, aku nggak sengaja. Aku yang salah karena terburu-buru, jadi nggak merhatiin jalanan," ucap laki-laki itu dengan rendah hati.

Bi Sari mendongak, rasa kesal di hati segera berganti disaat melihat mobil tersebut rusak karena menabrak pembatas jalan. Seira menjauhkan diri dari pelukan, keadaannya sudah lebih baik. Hatinya pun sudah lebih tenang.

"Nggak apa-apa, Tuan. Aku juga ceroboh, nyebrang jalan nggak lihat-lihat dulu. Maaf, berapa yang harus aku bayar buat kerusakan mobil Tuan?" tanya Seira sedikit lirih.

Ia sendiri tidak yakin di dalam kartu debit itu terdapat sejumlah uang yang katanya secara rutin dikirim Zafran. Laki-laki itu terkekeh, tak ada beban sama sekali dalam suara tawa yang menggema kecil itu.

Seira dan Bi Sari sama-sama menoleh, rasa tak percaya ada seorang kaya yang tidak menuntut kerusakan pada mobilnya. Biasanya, salah atau tidak, mereka akan membebani kerusakan pada orang-orang bawah yang bahkan sebenarnya adalah korban.

"Nggak perlu, cuma sedikit aja nggak masalah. Justru aku cemas sama kamu, apa kita perlu ke rumah sakit? Aku takut kamu cedera," ungkapnya benar-benar diluar prediksi.

Beberapa saat lamanya mereka saling mematri tatapan sebelum Seira memutuskan berpaling.

"Nggak perlu, Tuan. Aku cuma kaget tadi," katanya dengan kepala yang menunduk menatap perut rata tempat bersemayam si jabang bayi.

"Non beneran nggak apa-apa? Perut Non gimana? Apa sakit?" cecar Bi Sari dengan panik.

Laki-laki itu mengernyitkan dahi, mendengar soal perut, ia ikut menatap perut Seira.

"Maaf, apa kamu lagi hamil?"

Seira mengangguk kecil.

"Ya udah, kita ke rumah sakit aja. Aku takut bayi kamu kenapa-napa, terus nanti jadi masalah sama suami kamu," ujarnya ikut panik.

Seira tertawa kecut mendengar kata suami disebut. Semakin bingung laki-laki itu dibuatnya, terlebih ketika kepala Seira menggeleng yakin.

"Nggak usah, nggak apa-apa, kok."

Ia mencoba beranjak dibantu Bi Sari, tapi menolak disaat laki-laki itu hendak membantunya. Duduk di trotoar, kedua kakinya masih lemas untuk digerakkan.

"Kamu beneran nggak apa-apa?" Laki-laki itu kembali bertanya memastikan.

Seira menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Terima kasih karena Tuan nggak marah-marah kayak yang lain," tutur Seira sambil tersenyum.

Sumpah demi apapun, laki-laki itu terpana dengan senyum yang diukirnya. Ia termangu untuk beberapa saat sebelum menyadari ketidaksopanannya menatap istri orang.

"Nggak usah panggil Tuan. Aku Fatih, panggil aja Fatih," katanya tak enak.

"Iya, terima kasih, Mas Fatih. Kalo Mas Fatih emang buru-buru, nggak apa-apa pergi aja. Beneran aku nggak apa-apa," ucap Seira lagi.

Laki-laki bernama Fatih itu lagi-lagi termangu saat matanya berserobok dengan manik Seira yang sayu. Ia ikut tersentak ketika wajah yang dipandangi kembali memucat.

"Ada apa? Apa ada yang sakit?" Bertanya seraya mengikis jarak bersiap mengangkat tubuh itu jika diperlukan.

Seira menggeleng lemah, digigitnya bibir dengan kuat. Bi Sari sendiri pun turut bingung. Terlebih saat Seira menoleh ke arahnya.

"Kenapa, Non?" Raut panik masih tercetak di wajah keriputnya.

"Bibi ... bisnya udah berangkat," katanya sambil berurai air mata yang tak terkendali seraya memeluk tubuh tua itu.

Bi Sari cepat menatap jalanan, ia termangu lebar. Bis itu sudah melaju di jalanan.

"Non ... bisnya ... ninggalin kita," lirih Bi Sari ikut menangis.

Fatih menatap bis yang melaju, seketika tersenyum saat tahu ke mana arah tujuan bis tersebut. Ia kembali menoleh pada mereka yang kini menangis berdua.

"Sebagai permintaan maaf aku, gimana kalo aku antar kalian saja sampe tujuan," tawarnya yang menyentak tangisan mereka berdua.

1
Sanditya Anggie Purnama
itulah sd jatuh ketimpah tangga buat zafran
Sanditya Anggie Purnama
seru ceritanya, lanjut
Yuni Ngsih
kereeeeen ceritramu Thor ,tapi keliwat ko Fatiya ngga di ceritrain lg ada terusnya ngga ...semangat Author ....👍👍👍💪💪💪🙏🙏🙏
Yuni Ngsih
Author ceritramu bgs banget uraian ceritranya ku suka sekali sangat runut ,sehingga yg baca mudah mencerna isi ceritramu smg kebahagian Fatih &klwrga happy sampai tamat ..semangat Thor ...👍👍👍💪💪💪🙏🙏🙏
Sandisalbiah
lha.. lebih parah.. ternyata Mala jd mucikarinya.. dasar agen lendir... pantas kelakuannya kek siluman ubur-ubur..
Sandisalbiah
jadi.. apa sebenarnya pekerjaan Mala.. jd Pelacur kah..?
Sandisalbiah
puas hati.. perempuan gak tau diri seperti Mala ini emang pantas diperlakukan seperti itu.. krn kalau cuma di kasih peringatan dia gak bakal paham, krn dia gak ngerti bahasa manusia...
Sandisalbiah
dia pasti Maka... perempuan gatal yg suka dgn suami org.. kasihan sekali si Dion.. harus dapat bekasan atau mereka berdua satu spesies makanya cocok ya..? 🤔🤔
Sandisalbiah
Fatih lagi ngidam... otw adik si Rayan nih
Yuni Ngsih
Authooor ceritramu jangan bolak - balik ku cape bcnya .....ceritramu sehebat ini jd ku kecewa ....🙈🙈🙈
Sandisalbiah
Kita itu bukan kerikil bg Jago.. tp dia itu serpihan kaca... udah gak berguna tp tetap membahayakan krn bisa menyakiti...
Sandisalbiah
tuh azab suami yg udah zolim ke istri yg begitu baik kek Seira..
Sandisalbiah
bagus deh Seira udah di buang Zafran.. krn laki-laki model dia ini gampang banget cari pelarian.. spek istri sesempurna Seira aja masih di duakan... alasan mandul, tuh si Lita udah bunting.. alasan boros dan penipu kini lari lagi ke Mala... terus aja begitu nantinya..
ozi fauziah
padam muka tu si zafran
Siti Maulidah
ceritanya menarik
Saya Sayekti
alur ceritanya enak d ikuti, sering nangis malah...
Aisy Hilyah: terimakasih banyak
total 1 replies
Saya Sayekti
perebut takut d rebut,yaa kita tunggu apa dia mampu
Lina Suwanti
maksudnya spontan yaa 😁
Lina Suwanti
Hendra nih ga ada kapoknya yaaa
Lina Suwanti
eetdah si Zafran ternyata bukan ½ oneng tp benar² oneng.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!