NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:822
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33_Nona Betina

Tidak ada kata sahutan ataupun jawaban dari laki-laki bertubuh kurus berukiran tulang dan di lapisi kulit itu hanya saja kelopak matanya sudah basah dan berair.

Decitan pintu kayu itu bersuara lantaran terbuka, laki-laki itu di dorong paksa masuk ke dalam ruang gelap, pengap dan bau. Ia hanya bisa menahan napasnya sendiri, bertahan untuk terbiasa dengan bau yang sangat menyengat yang di ciumnya ini. Ia memiringkan badannya, masuk menyamping lantaran pintu yang akan di lewatinya tidak selebar pasung yang memasung kedua tangannya. Ia masuk dalam ruangan itu hampir terjatuh karena terus-terusan di dorong oleh laki-laki yang berada di belakangnya.

Pandangan mata laki-laki kurus itu langsung tertuju pada Bratokaz yang melambaikan tangan padanya dan tersenyum lebar. Seluruh tulang yang tersusun di tubuhnya seakan runtuh semua dan berserakan di lantai. "Ampun tuan," terduduk di atas lututnya sendiri, pandangan mata menunduk.

Bratokaz tersenyum, tangannya terangkat, mengusap kepala laki-laki kurus itu sehingga laki-laki kurus itu mendongakkan kepalanya dan menatap Bratokaz terharu.

"Lepaskan pasungnya," menatap ajudan terdekatnya.

Ajudan itu yang berdiri tenang, kedua tangan ia pautkan ke depan, kini beranjak mendekati laki-laki kurus itu dan membuka pasung kayu tersebut dan juga di bantu oleh ajudan satunya lagi untuk mengangkat pasung kayu yang terpasang di pundak dan kedua tanganya dan juga kalung besi seberat lima kilogram melingkari leher laki-laki kurus itu.

"Terimakasih tuan," sujud kembali dan mencium kaki Bratokaz dan juga linangan, lelehan air mata laki-laki kurus itu mengenai kaki Bratokaz, setetes. Laki-laki kurus itu bangun dan sujud lagi sampai berulang kali.

"Berhentilah," ucap Bratokaz.

Dua pasang mata antara Bratokaz dan laki-laki kurus itu saling bertatapan sejenak yang kemudian laki-laki kurus itu langsung menundukkan pandangan matanya kembali, tidak berani menatap mata Bratokaz yang menatap sangat tajam walaupun bibirnya tersenyum. Laki-laki itu merasakan bagaikan tersetrum dan tubuhnya bagaikan terbelah akan tatapan yang Bratokaz berikan padanya.

"Bersihkan lantai itu, semua," ucap Bratokaz mengalihkan pandangan, menatap dan menunjuk muntahan di lantai yang kemudian menatap Anz.

Pandangan mata laki-laki kurus melihat ke mana arah pandangan mata Bratokaz mengarah. Ketakutan yang menghantui jiwanya dan keresahan yang menggelayuti hatinya, menyerangnya bersamaan. Nona, batinnya berkata, matanya melihat Anz dalam keadaan yang begitu mengenaskan, sobekan baju dinas yang dikenakan Anz akibat seretan yang di lakukannya tadi atas perintah Bratokaz. Muntahan yang berserakan di lantai, tubuh yang sudah di lumuri lumuran darah busuk berwarna hitam, tangan dan kaki yang terikat rantai.

"Baik," ucap laki-laki kurus itu akhirnya setelah lama memandang Anz prihatin dengan anggukan kepala yang di lakukannya dan kemudian badannya bergerak, hendak melangkah keluar ruangan gelap, pengap dan bau itu.

"Mau kemana?" Tanya ajudan Bratokaz, menahan tubuh laki-laki itu keluar dari ruangan dengan menunjuk badan laki-laki itu dengan balok kayu panjang.

"Jilat," ucap Bratokaz, bangun dan melangkahkan kaki mendekati laki-laki kurus dan mencengkram tengkuk lehernya kuat.

"Ampunnn, saya hendak mencari daun kering dan air bersih."

Ajudan yang dari tadi sibuk dengan urusannya sendiri namun memperhatikan apa yang sedang terjadi tanpa ada kata yang terucap dari mulutnya itu, ia bangkit, berdiri dan berlari kecil, membuka pintu jeruji besi itu cepat. Setelahnya laki-laki kurus itu di lempar oleh Bratokaz ke dalam, setelah pintu jeruji besi itu terbuka lebar.

Tubuh kurusnya itu terbanting dan terguling, di atas muntahan Anz dan kini muntahan itu sudah menempel semua di seluruh badan laki-laki kurus itu kecuali di bagian mukanya yang belum terkena.

Mata Anz yang tertutup, perlahan terbuka di karenakan tubuh laki-laki kurus itu mengenai kaki Anz. Kesadaran Anz yang telah kembali, kembali membuat Anz tersiksa dikarenakan bau busuk kembali menyerang indra penciuman dan kesakitan juga ikut menyerang pori-pori kulitnya yang terluka.

Anz memejamkan matanya kuat, menahan sakit. Anz juga menahan napas, tidak sanggup mencium aroma yang menempel pada tubuhnya itu dan di tambah lagi dengan aroma muntahannya sendiri.

"JILAT SEMUA, TANPA SISA," teriak Bratokaz menggema.

Anz terkejut setengah mati mendengar suara Bratokaz yang tiba-tiba berteriak dalam ruangan hening tanpa ada kata dan  suara sama sekali. Arah pandangan mata Anz mengarah pada Bratokaz dengan pandangan mata tajam sedangkan Bratokaz juga memandang Anz tidak kalah tajam dan juga sekilas melihat laki-laki kurus itu yang kemudian pandangan matanya kembali mengarah ke arah Anz.

Laki-laki kurus itu berada di tengah-tengah antara Anz dan Bratokaz dalam posisi masih tertidur terlentang dan dengan segera bangun dan berdiri kembali, pandangan mata menunduk dan jari tangan yang saling terpaut di depan inti tubuhnya yang terlihat tanpa mempedulikan muntahan Anz sudah menempel di tubuh kurusnya itu.

Anz sedikit demi sedikit sudah bisa menyesuaikan bau menyengat yang menyerang indra penciumannnya walau rasa mual tetap masih menyerangnya.

Pandangan mata Anz semakin tajam melihat Bratokaz yang duduk dengan sedikit mengangkang, memperlihatkan dengan sangat jelas inti tubuhnya itu yang seharusnya ia tutupi. Dia begitu mirip dengan seseorang tapi aku lupa, siapa, monolog Anz tanpa mengalihkan pandangan matanya.

Bratokaz mengubah posisi duduknya menjadi sedikit membungkuk kedepan tanpa melepaskan pandangan matanya pada Anz sedangkan Anz melihat Bratokaz muak setengah mati lantas memutar bola matanya malas dan mengalihkan pandangannya ke laki-laki kurus itu yang berdiri tegang dan jari tangannya yang saling terpaut, meremas cemas tangannya sendiri dan juga terlihat tangannya itu sedikit gemetar.

Pandangan mata Anz menatap laki-laki kurus itu dengan pandangan mata tajam, tidak ada lagi pandangan teduh dan mengasihani lagi, manusia bodoh, monolog Anz menatap laki-laki kurus itu dari bawah sampai atas dan dari atas sampai bawah.

Bratokaz bangun dari kursinya itu dan berjalan menghampiri Anz, menatap Anz dalam, kepalanya ia miringkan ke samping kanan dan lagi bibir yang tersenyum memperlihatkan ketampanannya "apa laki-laki kurus itu lebih menarik dari aku yang gagah ini?" mengusap ke jan ta nan nya sendiri."

Anz diam namun dengan segera memalingkan wajahnya lantaran jengah melihat Bratokaz dengan tingkahnya  yang sangat menjijikan menurut Anz. Manusia kegatalan, monolog Anz.

"Tidak perlu membatin nona betina."

Anz tersenyum geli mendengar panggilan yang ia dengar barusan "nona betina," lirihnya terkikik sendiri.

Bratokaz melihat bibir Anz yang tersenyum dan lagi lirihan Anz yang dengan jelas terdengar di telinganya "tidak perlu membatin," ulang kata Bratokaz "jika ingin berkata, langsung saja.

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!