Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
"Maaf tuan, salah satu anak buah kita mendapatkan laporan dari supir jika nona Amara tiba-tiba saja menghilang dari pusat perbelanjaan." Ucap Daren memberitahu Sean.
Telinga Sean memerah saat mendapatkan laporan tersebut.
"Jangan bercanda!" Seru Sean.
"Saya tidak bercanda tuan, anak buah kita sudah mencari tapi, nona Amara tidak di temukan."
Brak....
Sean menggebrak meja, baru saja ia hendak menyusul Amara tapi, malah mendapatkan kabar yang tidak mengenakan.
"Apa yang kalian lakukan hah?" Sentak Sean emosi. "Menjaga istri ku saja tidak becus!"
"Salah satu anak buah kita mengatakan jika mereka menemukan tas barang belanjaan nona Amara di tangga darurat." Ujar Leon memberitahu dengan sangat hati-hati karena ia sangat yakin jika setelah ini mereka semua akan di hukum.
"Itu artinya ada seseorang yang sudah menculik Amara," ucap Leon.
Tak mau membuang waktu lagi, Sean bergegas pergi untuk mencari istrinya.
"Periksa semua cctv di kawasan hilangnya Amara!" Titah Leon pada Daren.
"Seorang laki-laki dan perempuan yang membawa nona Amara. Sepertinya dia kakak laki-lakinya!"
Leon langsung mengambil ponsel milik Daren kemudian menghubungi Sean jika Amara sudah di bawa paksa oleh Darwin dan seorang wanita.
Di rumahnya, saat ini Amara sedang di paksa oleh Marta dan Darwin untuk menandatangani asuransi peninggalan sang ayah tapi, Amara menolak.
"Lepaskan aku, aku tidak mau. Kalian semua manusia serakah!"
"Sudah berani melawan kami ya, dasar tidak tahu diri." Ucap Marta yang geram lalu menampar wajah Amara.
Amara tidak bisa melawan karena saat ini kakinya di ikat oleh Darwin.
"Cepat tanda tangan, Amara. Apa susahnya sih?" Selena ikutan geram melihat Amara yang tidak mau menuruti perintah mereka semua.
"Harta milik ku, kenapa aku harus memberikan semua ini pada kalian? Dan kau, manusia biadab yang sudah menjual ku di atas meja judi, mati saja kau!" Jerit Amara yang emosi.
Plak......
Tanpa berperasaan Darwin menampar keras wajah Amara hingga membuat sudut bibirnya berdarah.
"Masih berani melawan juga kau?" Kata Marta dengan nada tinggi. "Tanda tangan cepat dan aku akan membebaskan mu!"
"Aku tidak mau!" Tolak Amara tegas.
Aaaaaaarh......
Jerit Amara saat Selena menjambak rambutnya.
"Amara cepat tanda tangan, aku ingin pergi berbelanja!" Titah Selena.
"Jika kau tidak mau tanda tangan, aku akan menjual mu pada pria tua yang kaya." Ancam Darwin dengan gelak tawanya.
Amara menangis, hatinya benar-benar sakit atas sikap mereka bertiga.
"Amara....!" Sentak Marta sekali lagi. "Apa kau ingin pergi menemui kedua orang tua mu?" Ancamnya.
"Ya, bunuh saja aku!" Sahut Amara seolah menantang.
Plak.....
Marta yang geram kembali menampar wajah Amara.
Dor......
Aaaaarh......
Marta menjerit saat timah panas menembus kulit lengannya.
"Beraninya kalian memukul istri ku...!" Ucap Sean dengan nada tinggi. Sorot matanya tajam, rahangnya mengeras, Sean tidak terima saat melihat wajah istrinya yang babak belur.
Dor......
Aaaaarh.....
"Brengsek!" Umpat Darwin.
Sean menembak kaki Darwin.
"Kalian sudah berurusan dengan orang yang salah," ucap Sean dengan suara beratnya.
Pria ini kemudian melepaskan ikatan di kaki Amara kemudian menggendongnya.
"Sebenarnya kau ini siapa hah? Kenapa mengganggu urusan keluarga ku? Lepaskan Amara!"
Selena berusaha merebut Amara dari gendong Sean tapi, hanya dengan satu tendangan sudah membuat Selena jatuh tersungkur.
"Bereskan mereka!" Titah Sean pada anak buahnya. "Jangan sampai mati...!"
Sean mengajak istrinya pulang, hatinya benar-benar kacau. Sean merasa bersalah pada Amara yang saat ini sudah tidak sadarkan diri.
Berputar Arah membawa Amara pergi ke rumah sakit pribadi miliknya, Sean semakin khawatir dengan keadaan istrinya.
Penjagaan yang sangat ketat bahkan Amara saat ini di rawat di salah satu ruangan pribadi milik Sean yang memiliki keamanan sangat ketat.
Eeeits.....
Amara yang baru saja langsung merintis kesakitan saat ia menyentuh wajahnya.
"Sayang, kau sudah sadar?"
Sean senang sekali.
"Tidak usah memanggil ku seperti itu, hubungan kita hanya sebatas saling memuaskan," ucap Amara membuat senyum Sean menciut.
"Kenapa kau berkata seperti itu?" Tanya Sean tidak terima.
"Di mana aku?" Tanya Amara yang baru saja menyadari jika ruangan ini sangat asing baginya.
"Di rumah sakit milik ku," jawab Sean.
"Sombong!" Seru Amara.
"Kenapa kau mengatai aku sombong?"
"Bilang saja rumah sakit tidak usah ada embel-embel kepemilikan." Jawab Amara.
"Lain kali, kalau mau pergi, ngomong sama suami." Ucapan Sean membuat Amara tertawa.
"Untuk apa aku bicara pada orang yang tidak mau bicara pada ku bahkan tidak mau tidur dengan ku. Sean, ku pikir selama ini aku yang seperti anak-anak tapi, ternyata kau!"
"Sayang....!" Sean hendak meraih tangan istrinya tapi, Amara dengan cepat menarik tangannya.
"Katakan saja yang jelas hubungan kita ini seperti apa biar aku tidak terlalu jauh mencintaimu." Ucap Amara dengan ekspresi wajah tak bisa di tebak. "Aku sadar sebab apa aku menjadi istri mu tapi, setidaknya hargai aku sebagai seorang istri."
"Aku minta maaf, aku salah." Ucap Sean yang sadar. "Aku akan belajar menjadi suami yang baik. "Aku sudah terbiasa pada pekerjaan ku sehingga aki lupa memprioritaskan diri mu sebagai seorang istri."
"Aku bosan mendengar kata maaf mu," ucap Amara. "Aku ingin pulang!"
"Tapi, kau masih sakit!"
"Aku sudah biasa dengan rasa sakit!" Singgung Amara. "Sejak kecil sampai sekarang luka dan air mata adalah teman ku jadi, kau tidak usah khawatir pada ku."
"Amara....!"
"Jika ada hal yang bisa membuat ku bisa bebas dari mu, akan aku lakukan sekarang juga!" Ucap Amara membuat Sean terkejut.
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Bayangkan saja, kau menikahi aku hanya karena judi dan aku tidak bisa lepas dari mu. Selain belajar mencintaimu, tidak ada yang bisa aku lakukan tapi, apa kau pernah memperlakukan aku layaknya seorang istri selain di atas ranjang?"
Sean tidak dapat menjawab pertanyaan dari Amara. Pria ini menghela nafas panjang lalu memijat keningnya.
"Aku sudah biasa mengacuhkan Alena, aku belum bisa menghilangkan kebiasaan diriku yang suka pulang pergi sesuka hati ku." Ucap Sean sedikit pusing menghadapi Amara. "Jujur, aku menyukai mu, aku mencintaimu tapi, aku belum bisa mengurangi kebiasaan ku."
"Terserah kau, aku pusing!" Seru Amara. "Jangan ganggu aku, aku tidak ingin bicara pada mu!"
"Amara,...!"
Sean berusaha merayu istrinya, kali ini sadar jika keegoisannya bisa membuat Amara celaka seperti ini. Telinga Amara mulai sakit saat mendengar janji-janji manis yang keluar dari mulut Sean.
"Setelah kau sembuh, aku janji akan mengajak mu liburan ke luar negeri." Ucap Sean.
"Halah, jangankan keluar negeri, yang di pinggir hidung saja tidak pernah kau lakukan!" Sahut Amara yang kesal.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak