Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Balqis dan Faaris pergi ke kantor dengan di antar Pak Agus yang semalaman tidur di mobil dekat lapangan, dia pikir Faaris masih disana, padahal mereka sudah pulang. Dan bodoh nya, tak ada salah satu pun yang berusaha menghubungi lebih dulu, padahal punya ponsel kan?
Faaris melirik Balqis yang sedang membuka berkas untuk bahan meeting hari ini, dia harus mempelajari nya dengan baik sebelum meeting nanti. Sudah beberapa hari dia tak bekerja, membuat nya sibuk karena pekerjaan yang cukup banyak.
"Tak perlu memaksakan diri, Balqis."
"Tidak tuan, pekerjaan saya akan semakin menumpuk kalau tak saya kerjakan secepatnya. Hari ini saya akan lembur saja, Tuan." Ucap Balqis.
"Ibu mu bagaimana?"
"Saya bisa menitipkan nya pada dokter atau suster yang berjaga."
Jawab Balqis, tanpa memalingkan wajah dari berkas-berkas itu.
"Tatap aku kalau sedang bicara, Balqis!"
"Aaa, maafkan saya tuan." Jawab Balqis, tiba-tiba saja Faaris mencium bibir nya, melumaat nya dengan liar, membuat suara-suara aneh di bangku belakang, untung saja Pak Agus supir yang sudah kebal dengan suara-suara laknat seperti itu.
Faaris membuka kancing blouse Balqis dan memainkan dua buah kenyal nya, sesekali mengulum puncak kemerahan perempuan itu. Bahkan posisi nya Faaris berada di atas tubuh Balqis, membuat sedikit guncangan di bangku belakang.
"Saya turun dulu, Tuan?" Tanya Pak Agus .
"Tak perlu, sebentar lagi saya selesai dan tutup telinga rapat-rapat." Perintah Faaris.
'Bagaimana saya bisa menutup telinga rapat-rapat? Telinga saya masih berfungsi dengan baik.' Batin Pak Agus . Pria paruh baya yang sudah 5 tahun bekerja bersama Faaris sebagai supir pribadi.
Faaris masih melanjutkan kegiatan nya, bermain dengan dua buah kenyal sekretaris nya. Balqis meronta, tapi mau bagaimana pun tenaga nya tak bisa menandingi kekuatan Faaris.
"Eemmmm..." Balqis melenguh, saat Faaris menyesap kuat leher nya hingga berbekas kemerahan.
"Maaf mengganggu tuan, tapi kita sudah sampai." Ucap Pak Agus pelan, sejujurnya dia takut mengganggu kesenangan tuan nya, tapi dia tau benar bagaimana Faaris, pria itu takkan mudah berhenti kalau tak di ingatkan.
"Shit, mengganggu saja!" Faaris mengumpat, dia belum puas memainkan tubuh Balqis itu, tapi mobil sudah berhenti.
Balqis bangkit dari rebahan nya, dia buru-buru merapikan pakaian nya, juga menyisir rambut nya yang berantakan karena ulah Faaris.
"Pinjem sisir nya." Pinta Faaris, dia menyisir rambut nya dengan sisir milik Balqis.
Setelah selesai, Faaris memberikan nya pada Balqis dan perempuan itu langsung memasukkan nya ke dalam tas. Di rasa rapih, baru lah Balqis keluar lebih dulu meninggalkan Faaris yang masih merapikan celana nya yang kusut.
Balqis berjalan cepat menuju bilik kerja nya, bilik yang beberapa hari ini kosong karena dia cuti menunggui ibu nya.
"Balqis.."
"Eehhh Put, kenapa Put?" Tanya Balqis dengan senyum ramah nya.
"Gimana ibu mu, Balqis?" Tanya Put.
"Ibu koma Put, gak tau kapan sadar nya."
"Koma? Bukan nya udah di operasi?" Tanya Putri.
"Iya, udah Put. Tapi setelah di operasi keadaan ibu malah semakin memburuk."Jelas Balqis.
"Sekarang di rumah sakit ibu mu sama siapa?"
"Ada perawat yang berjaga."
"Ohh yaudah, nanti kalau aku ada waktu luang aku mau jengukin deh."
"Oke Put, ayo kerja. Kerjaan ku banyak nih, ada niat bantuin gak?" Tanya Balqis.
"Mikirin kerjaan aku aja pusing Qis, apalagi ngerjain tugas kamu, bisa-bisa berat badan ku turun banyak besok." Balqis terkekeh saat melihat ekspresi teman nya itu. Dia mulai berkutat dengan pekerjaan nya, menyalakan laptop dan mulai merekap laporan keuangan dari beberapa divisi.
Tak lama, Faaris datang dengan langkah lebar nya, berjalan tegap dengan wajah datar nya. Dia menatap Balqis yang sedang bekerja, meski hanya terlihat puncak kepala nya saja, karena terhalang oleh bilik penyekat.
"Balqis.." Panggil Faaris pelan, membuat Balqis menoleh. Faaris mengedipkan sebelah mata nya genit, membuat Balqis bergidik. Kenapa bos datar nya berubah jadi bos mesum sekaligus bos menyebalkan?
Faaris tertawa melihat wajah ilfeel Balqis, dia suka saja melihat perempuan itu bete dengan tingkah nya.
Faaris masuk ke dalam ruangan nya, dia pun segera memulai pekerjaan nya. Balqis sudah bekerja lagi, itu artinya pekerjaan nya takkan sebanyak kemarin.
Waktu makan siang tiba, balqis bersiap memakan bekal nya, tapi dering ponsel membuat nya mengurungkan niat nya itu. Balqis menatap ponsel yang menyala itu dengan kesal, Faaris selalu saja meneror nya, padahal ruangan nya hanya berseberangan, terhalang oleh tembok dan pintu.
Balqis mengabaikan panggilan telpon itu, dan fokus makan siang dengan bekal yang dia bawa. Tapi suara pintu terbuka, lagi-lagi membuat Balqis mengurungkan niat nya untuk menyuapkan nasi yang sudah di atas sendok itu. Faaris menatap Balqis dengan tajam, tapi Balqis tak peduli dan fokus makan.
"Balqis..." Panggil Faaris.
"Iya tuan Faaris ku yang terhormat, apa anda kurang kerjaan hingga mengganggu saya yang sedang makan?" Tanya Balqis saking kesal nya.
"Masuk ke ruangan ku, sekarang!" Perintah Faaris, membuat Balqis mencebikkan bibir nya. Dia menutup wadah bekal nya dan membawa nya ke ruangan Faaris. Untung saja ruangan itu sedang kosong, karena karyawan nya sedang makan siang di kantin.
"Ada apa tuan?"
" Tidak hanya ingin makan bersama." Jawab Faaris, membuat Balqis makin kesal.
"Fiuhhh.." Balqis menghembuskan nafas nya pelan, menghadapi Faaris versi sekarang membutuhkan banyak sekali stok kesabaran.
Faaris duduk bersebelahan dengan Balqis, dia membuka kotak bekal nya, bekal yang sama karena Balqis yang membuat nya.
"Selamat makan, sekretaris kesayangan ku." Balqis hanya memutar mata nya, lalu kembali melanjutkan makan siang nya.
"Balqis ku, apa wangi favorit mu?"
"Peach, atau bunga sakura." Jawab Balqis singkat.
"Seperti wangi handcream mu."
"Iya, kenapa aku memakai nya? Karena aku menyukai wangi nya, simpel tuan."
"Kau galak sekali Balqis."
"Tuan berfikir begitu? Lalu, apa masalah?" Tanya Balqis, tanpa menoleh.
"Kau ingin di hukum, Balqis ku sayang?"
"Terserah tuan saja, saya sudah selesai. Jam 1 siang ada meeting di mall Anggrek, permisi." Balqis pergi dari ruangan Faaris dengan membawa kotak bekal nya.
"Balqis berubah, kenapa ya?"
Gumam Faaris, padahal itu kan gara-gara dia juga yang berubah menyebalkan.
Faaris segera menyelesaikan makan nya, dan kembali berkutat dengan segudang pekerjaan yang tak ada habis nya.
Pukul satu siang, Balqis masuk ke dalam ruangan Faaris. Dia malah melihat pria itu tengah tertidur dengan laptop yang masih menyala.
"Permisi tuan, ada meeting sekarang.." Ucap Balqis cukup keras, hingga membuat Faaris terperanjat.
"Balqis, kau membuat aku kaget!"
"Maaf tuan, mari. Kita harus pergi sekarang juga"
"Aku cuci muka dulu." Faaris masuk ke dalam kamar mandi, mencuci muka nya yang nampak kusut. Untung saja dia tak membuat pulau.
Beberapa menit kemudian Faaris keluar dengan rambut basah nya, tapi pakaian berubah.
"Ayo pergi." Ajak Faaris, Balqis mengekor di balik punggung Faaris dengan langkah anggun nya seperti biasa.
Kedua nya masuk ke dalam mobil, tentu dengan Pak Agus yang sudah siap dengan setir kemudi nya.
"Mall Matahari." Ucap Faaris, pria itu kembali berwajah datar seperti biasa.
Singkat nya, mereka sampai di mall Matahari. Balqis mulai mengerjakan tugas nya dengan baik, menjelaskan apa saja keuntungan menanam saham di perusahaan Faaris dan satu lagi kerja sama terjalin berkat penjelasan Balqis yang luar biasa, membuat klien puas dan sepakat menanam saham dengan jumlah yang menggiurkan.
"Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan Faaris."
"Terimakasih tuan, saya harap kerja sama ini dapat terjalin dengan baik." jawab Faaris, membalas jabatan tangan klien nya dengan ramah.
"Sekretaris anda bekerja sangat baik."
"Iya tuan, dia sekretaris pilihan." Jawab Faaris membanggakan Balqis.
"Kalau begitu saya permisi tuan, masih ada beberapa meeting lagi yang harus saya hadiri."
"Baik tuan, terimakasih atas kerja sama nya." Klien itu pun pergi setelah kesepakatan kerja sama.
"Balqis, mau beli itu?" Faaris menunjuk store tas branded.
"Tidak tuan, tas itu berharga fantastis tak pantas untuk saya Tuan."
"Kenapa?"
"Saya tidak suka barang mahal, ini saja tas kw yang harga nya tidak sampai 500 ribu, tapi kualitas nya cukup baik, yang penting fungsi nya." Jelas Balqis, membuat Faaris menganga. Di tawari tas branded tapi perempuan itu menolak? Sungguh di luar dugaan!
balqis malah masuk ke dalam toko accesoris, dia melihat-lihat gelang, jepit rambut dan sebagai nya. Perempuan itu mengambil sebuah jepitan mutiara dan mencoba nya.
"Bagus Balqis, kau suka?"
"Iya tuan, saya akan membeli nya." Balqis membuka jepitan dari rambut nya, tapi sialnya jepitan itu malah tersangkut, membuat Balqis kesusahan membuka nya.
"Kenapa Balqis?"
"Ini tersangkut, Tuan." Faaris membantu membuka jepitan itu dari rambut Balqis.
"Jadi beli?"
"Jadi tuan, saya menyukai nya.'
"Ada lagi? Beli saja sekalian."
"Tidak usah tuan, satu saja sudah cukup." Jawab Balqis. Faaris pergi ke kasir dan membayar jepitan itu.
"Tuan, saya bisa bayar sendiri."
"Tak perlu, anggap saja ini hadiah kecil."
"Baiklah, terserah anda saja." Jawab Balqis pasrah. Selesai membayar nya, Faaris kembali memasang jepit itu di rambut Balqis.
"Kau terlihat semakin cantik Riana." Puji Faaris lalu mengusap pipi balqis, membuat nya tersipu.
****