Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HEBOH
Seluruh anak berlarian di koridor sekolah. Ujian baru saja selesai mereka lakukan.
"Titis gimana udah tinggal dua minggu di laundry?" tanya Sky.
"Alhamdulillah, toh buktinya Bariana nggak kebauan lagi!" jawabnya terkekeh.
Bariana memeluk Titis. Tubuh bocah perempuan itu sudah wangi. Kutu-kutu di kepalanya juga sudah hilang.
Mereka berenam tampak tertawa-tawa. Hingga semua berhenti ketika seorang pria datang mendekati Titis.
"Paman Dede?" ujarnya tersenyum.
Gadis kecil itu mencium punggung tangan pria yang ia kenali. Dede Pratono, tiga puluh sembilan tahun datang.
Sky menatap pria itu dengan seksama. Ayahnya seorang ketua pengamanan. Tentu kepekaannya sangat terasah.
"Sky," senggol Bomesh.
"Tenang Bom," bisik Sky.
Arraya dan Arion mengikuti Titis dengan mencium punggung tangan pria tinggi itu.
"Paman mau jemput Titis ke rumah. Udah ditunggu sama bapak dan ibumu!' ajak pria itu.
"Wah ... tapi bapak sama ibu nggak bilang ke Titis tadi? Lagian cucian ibu banyak," ujar Titis masih dengan senyum.
"Bener Tis ... tadi bapak dan ibu kamu ke rumah lagi. Katanya nggak betah kerja di laundry," jawab Dede tentu berbohong.
"Nggak betah?" Titis mulai curiga.
"Udah jangan banyak tanya. Ayo ikut Paman!"
Dede menarik tangan kurus Titis. Sky dengan berani menendang telak tangan besar itu.
"Hei ... anak kurang ajar!" bentak Dede marah.
"Paman jangan bohong ya ... Bapak dan Ibunya Titis itu nggak pernah bilang nggak betah!' bantah Sky keras.
Semua guru menoleh, Dede adalah orang tua. Ia yakin semua guru akan membelanya.
"Kamu jangan kurang ajar sama orang tua!" bentaknya pada Sky.
Titis memilih berdiri di belakang Bariana. Gadis kecil itu ketakutan.
"Eh ... bapak siapa?" seorang guru maju mendekat.
"Saya pamannya Titis!' jawab pria itu.
"Apa benar Nak?" tanya guru itu dan diangguki Titis.
"Tapi paman itu menarik tangan Titis keras Pak!' adu Bomesh.
"Saya hanya mau membawa pulang keponakan saya!" ujar Dede keras.
"Ayo pulang Tis!' Titis menggeleng, ia jadi tak mempercayai pamannya itu.
"Ada urusan apa Bapak meminta Titis ikut bapak?" tanya guru itu mulai curiga.
"Bulan urusan anda Pak. Yang penting, Titis harus pulang karena ibu dan bapaknya ada di rumah!" terang Dede tak peduli.
"Maaf, saya melarang anda membawa anak didik saya pulang bersama anda!" tolak pak guru itu berani.
Karena Sky dan lainnya belum keluar sekolah. Membuat para bodyguard mendatangi sekolah. Di sana seorang pria tengah bersitegang dengan guru.
"Ada apa ini?"
"Papa Marco, orang ini maksa mau bawa Titis, katanya bapak dan ibunya ada di rumah nungguin!' lapor Bomesh.
"Anda siapa?" bentak Dede mulai takut.
"Ayah dan ibunya Titis masih di laundry kok. Nggak kemana-mana!' sahut Marco menatap tajam Dede yang sudah gemetar.
"Ikut saya yuk Pak!" ajak Santoso, bodyguard lain.
Dede ingin berteriak, tetapi Santoso menotok urat bicara pria itu hingga tak bisa bicara.
Dede dibawa oleh Santoso ke markas SavedLived untuk mengorek keterangan. Pria itu memaksa Titis ikut bersamanya.
Bariana memeluk Titis yang menangis. Ia sangat yakin jika dirinya akan disekap dan membuat kedua orang tuanya berhenti dari pekerjaan.
"Makasih ... ya," ujarnya terisak.
"Udah ... kamu tenang aja sayang," ujar Marko.
Pengawal memang silih berganti menjaga anak-anak. Ditya baru keluar kelas berikut yang lainnya.
"Ayo pulang!" ajak Marco.
Semua menurut, delapan pria membawa anak-anak ke mobil golf. Mereka akan mengantar Titis terlebih dahulu.
Sedang di markas, Dede duduk meringkuk, ia menahan kencingnya. Sungguh pria itu ketakutan.
Perginya Wawan dan Suti dari rumahnya membuat ia kerepotan. Terlebih tak ada lagi pemberian uang lalu pekerjaan rumah yang begitu banyak. Istrinya kerepotan dan meminta agar Suti kembali.
"Jadi kamu mau jadikan ayah dan ibunya Titis sebagai pembantu yang tak digaji?" desis Deno tak percaya.
"Saya hanya ingin Wawan kembali dan membantu saya ... makanya saya ingin menyandra Titis ...."
"Bangsat!" bentak Denis kesal.
Dede meringkuk takut, ia tak menyangka. Rencana untuk membawa Wawan kembali ke rumahnya gagal total. Malah kini dia meringkuk ketakutan.
"Pak ... biarkan saya pulang pak!" pinta pria itu menghiba.
"Saya janji nggak akan ganggu ayah dan ibunya Titis lagi," lanjutnya bersumpah.
"Baik! Saya pegang janjimu! Jika kau ingkar ... maka ucapkan selamat tinggal pada istri dan anak-anakmu!" ancam Deno.
Dede diantar oleh Santoso hingga depan rumahnya. Kedatangan pria tampan ke tempat padat penduduk membuat semua berdecak kagum terutama kaum hawa.
Sementara di hunian besar Herman. Pria itu tengah tersenyum melihat pola semua perusuh yang membuatnya sakit jantung.
"Bunya atuh!" pekik Fael pada saudarinya.
"Atuh!" pekik Angel.
Bayi cantik itu mencakar wajah Fael. Beruntung Dian menahan laju tangan Angel dan hanya mengenai lengannya saja.
"Baby ... kenapa begitu! Apa Mama ajarin kalian begitu!" pekik Maria.
Wanita lembut itu jadi marah. Semua bayi yang bermain sontak terdiam. Angel langsung memeluk Dian dan bersembunyi di ceruk leher wanita itu.
"Mana tangan yang mau mencakar tadi!"
"Maria!" peringat Beni.
"Jangan dibela kakek! Kalau salah tetap salah!" ujar Maria tegas.
"Tidak begitu menanganinya Nak!" peringat Sriani.
Mia mendekati Maria dan menenangkan wanita itu. Semua bayi jadi berpelukan karena takut. Tak biasanya Maria, wanita yang sabar itu sangat emosi.
"Ata' ... Amah balah-palah!" bisik Chira pada Nisa.
"Janan tatut lada Ata'pisyimi!' ujar Nisa menenangkan Chira.
"Sayang ... lihat semua anak jadi takut padamu," peringat Mia.
"Mar kesal Bu!' keluh Maria yang ternyata sudah diambang batasnya.
"Sayang ... semua anak begitu. Kita hanya tinggal memperingati mereka bukan memarahi!" nasehat Mia pada Maria.
Ibu dari Budiman itu sangat paham. Bahkan semut akan mengigit jika diganggu. Maria sudah dalam batas mode sabarnya.
"Mama ... mamap ... hiks!" Angel dan Fael mendatangi ibunya.
Dian berhasil memberi pengertian pada dua bayi itu. Maria sedih karena anak-anak jadi takut gara-gara ia marah.
"Mama juga minta maaf ya," ujarnya lalu mencium anak kembarnya itu.
"Al Pala!" pekik El Bara memarahi saudara kembarnya.
"Pa'a tamuh nantan atuh?!" pekik Al Bara menyahuti.
"Sot jadho!"
El mendorong bahu Al. Terjadi saling dorong mendorong, akhirnya keributan terjadi. Harun pulang dan memarahi semuanya.
"Kenapa kalian ribut Baby Aunty? Kalian katanya lebih tua kenapa ikut-ikutan tawuran?" tanya bocah tampan itu.
Zaa dan Nisa tertunduk, rambut mereka sudah acak-acakan. Begitu juga bayi lainnya.
"Kakak sih!" gerutu Terra pada Maria.
"Nyonya ...," keluh Maria lagi.
"Sayang?" tegur Lastri pada dua wanita cantik itu.
"Saya tidak mau anak-anak kasar dengan sau ...."
Brak! Terdengar teriakan para pengawal. Aaric nyaris jatuh dari bufet yang ia panjat. Jika saja Fio tak ada di sana.
"Sepertinya kita harus bangun permainan ketangkasan di halaman!" keluh Bart sambil mengelus dadanya.
"Huuwwaaa!" teriak Alva menangis.
Seekor tawon menyengat tangan bayi itu. Alva kembaran dari Aaric dan Sena Starlight baru saja mengganggu sarang lebah.
"Baby!' Dinar menghela napas panjang.
Semua bayi kini telah tidur dengan tenang. Dominic langsung pulang ketika mendengar putranya tersengat lebah.
"Baby nggak apa-apa sayang. Dia yang salah," ujar Dinar.
Bersambung.
Ya gitu deh ... kalo anak-anak.
Next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...