Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mari kita akhiri
Abizar menatap tajam wajah cantik Adiba,wajah yang terlihat lebih tirus dari terakhir mereka bertemu,matanya terlihat sembab, bibirnya terlihat sedikit pucat.
" Saya? Pembohong? " tanya Abizar meyakinkan pendengaran nya.
Adiba mengangguk pasti" anda berjanji tidak akan menyakiti ayah saya dan membebaskannya,tapi apa? Enam bulan sudah,enam bulan sudah saya menjadi pemuas nafsu anda,tapi akhirnya apa? ayah saya pergi dengan cara tak wajar,dan malam ini saya ingin anda mengakhiri semuanya" ucap Adiba yakin.
Abizar tak menjawab,ia menatap wajah Adiba yang terlihat merah karena marah,ia tau tentang kematian ayah Adiba, bahkan ia yang memerintah kan untuk langsung di bawa ke rumah sakit milik keluarga nya,serta segala prosesnya hingga ke pemakaman ialah yang bertanggung jawab.
" Aku memang sangat membenci ayah mu,tapi aku tidak pernah terlibat tentang kematian nya" bantah Abizar tegas,ia juga sudah memerintahkan orang suruhannya untuk menyelidiki tentang kematian ayah Adiba, yang ia akui atau tidak,pria yang katanya sangat ia benci itu adalah ayah mertua nya.
Adiba menggeleng, ia tak percaya" bohong...anda adalah orang yang paling membenci ayah saya,anda orang yang paling kejam yang pernah saya temui, akhiri semua ini, keinginan anda sudah terwujud dengan meninggal nya ayah saya secara tak wajar, padahal ayah saya tidak bersalah,ayah mengatakan bahwa dirinya di bawah ancaman seseorang saat itu" ucap Adiba,ia mencoba mengatakan apa yang ayah nya pernah ceritakan pada nya.
" Mengakhiri? Kau ingin saya mengakhiri nya? " tanya Abizar dingin.
Adiba mengangguk cepat,ia sangat berharap Abizar segera mengakhiri hubungan tak sehat mereka,toh ayah nya sudah tiada dan Abizar memiliki kekasih,Adiba tak mau di katakan menjadi orang ketiga dalam hubungan asmara Abizar dan kekasihnya.
" Itu hanya mimpi,aku menginginkan mu malam ini" bukan nya berakhir,Abizar justru menyerang nya dengan sangat buas dan penuh hasrat, membuat Adiba kelabakan,di serang secara brutal oleh Abizar,pria tampan itu merasa marah dengan permintaan Adiba dan juga merasakan sangat merindukan tubuh indah Adiba.
lagi dan lagi,malam ini Adiba menitikkan air matanya saat Abizar selesai menjamahnya, tubuhnya terasa remuk redam, dengan perasaan yang terasa hancur, satu bulan lagi koas nya selesai, rasanya Adiba sudah sangat tidak sabar ingin segera pergi sejauh mungkin.
Abizar menatap punggung polos Adiba,wanita itu memunggungi nya,di matanya tubuh Adiba semakin kurus,Abizar berfikir apa yang wanita ini kerjakan hingga ia terlihat begitu lelah dan kurus.
Abizar tak pernah tau pekerjaan Adiba,dan ia tak berniat mencari tau, yang ia tau Adiba pernah kuliah,entah selesai atau tidak ia tak ingin tau.
Abizar meninggalkan kamar itu,ia menuju kamar nya untuk membersihkan dirinya dan tidur,namun entah mengapa malam ini ia merasa sangat gelisah,di pikiran nya terus terbayang permintaan Adiba untuk mengakhiri hubungan mereka,dan entah mengapa ia merasa sangat tidak menginginkan itu.
Sedangkan Adiba memejamkan matanya sesaat,ia butuh istirahat setelah tubuhnya remuk di gempur habis-habisan oleh Abizar,walaupun sesaat , ia harus tidur.
Tepat pukul 3 dini hari,Adiba terjaga, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersuci serta berwudhu,ia ingin melakukan shalat malam,ia ingin bermunajat kepada Allah agar ia diberikan kesabaran dan kekuatan dalam menghadapi semua ujian ini.
Tak lupa ia juga mendoakan suaminya,ya walaupun Abizar selalu memperlakukan nya bak wanita panggilan,berkata juga selalu kasar,tapi apapun itu,Abizar tetap suaminya.
Mendoakan sang ibu yang sudah satu bulan berada di Singapura,dan keadaan nya masih belum banyak perubahan,masih begitu banyak dana yang ia butuhkan.
Namun Adiba sudah memperhitungkan,bila operasi sang ibu berjalan lancar dan bisa segera di pulangkan kembali ke Indonesia maka tabung yang ia kumpulkan sudah lebih dari cukup untuk biaya perawatan sang ibu dan kebutuhan mereka sehari-hari,terlebih ia sudah mendapatkan penawaran untuk menjalani internship demi untuk mendapatkan STR di FG hospital, yang di pimpin oleh dr Randi,residen nya koas di rumah sakit umum dan juga pemilik klinik tempat ia bekerja.
Randi mengatakan saat ia menjalani internship selama satu tahun itu,ia akan mendapatkan gaji walaupun tidak besar dan Adiba menyetujuinya atas rekomendasi Adam,putra dari bibi Santi yang tengah mengambil specialist di luar negeri, yang ternyata Randi dan Adam bersahabat.
Setelah shalat malam,Adiba melanjutkan dengan tadarusan, mengulang kembali hafalan Al-Qur'an nya yang dulu rutin ia lakukan saat di pesantren, seraya menunggu tibanya waktu subuh.
Adiba melakukan dua rakaat shalat sunat sebelum subuh dan melanjutkan kewajiban shubuh nya, setelah selesai dan di lanjutkan dengan zikir,Adiba menyiapkan dirinya untuk segera meninggalkan villa, seperti biasanya ia segera memesan ojek online langganan nya.
Adiba keluar menggunakan dress panjang dan hijab menutupi dada,ciri khas penampilan nya,sepatu kets dan tas punggung selalu menjadi pilihan yang simpel menurutnya,tak lupa Adiba memakai jubah penghangat, suasana masih terlalu pagi,di luar masih banyak embun.
" Sudah mau pergi non?" sapa bik inem penjaga villa.
Adiba sedikit tersentak saat mendengar suara wanita paruh baya itu yang terlihat tengah membersihkan ruangan bagian dalam villa.
Adiba mengangguk seraya tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak terlalu terlihat " ia Bu,saya permisi ya, assalamualaikum" jawab Adiba sopan seperti biasanya,wanita bernama BI inem itu selalu suka menyapa Adiba, karena hanya dengan beliau menyapa wanita cantik itu,maka wanita cantik itu akan berbicara dengan nya, karena Adiba tak pernah berbicara dengan semua orang yang ada di villa itu,ia hanya mengangguk sopan jika bertemu.
Bik inem dan suaminya tau Adiba bukan gadis yang sombong,tapi terlihat dari wajah dan prilakunya bahwa gadis cantik itu seperti selalu dalam tekanan.
Pasangan suami istri itu memang tidak tau dan tidak mengenal Adiba sejak sebelumnya,tapi dari pengamatan mereka,gadis muda itu memiliki begitu banyak beban pikiran, ternyata hal yang sama juga yang di pikirkan oleh kedua sekuriti yang berjaga di villa.
" Ia non, hati-hati, apakah non tidak ingin sarapan dulu? Bibik sudah siapkan beberapa dissert, sandwich sama puding juga ada" bik inem mencoba menawarkan sarapan pada Adiba.
Mendengar penawaran bik inem Adiba tersenyum seraya menggeleng " tidak Bu terimakasih, insyaallah hari ini saya sedang berpuasa" Adiba menjawab lembut, mengatakan ia berpuasa bukan berniat ria,tapi Adiba berkata jujur karena ingin menjaga perasaan wanita paruh baya itu yang sudah sangat baik selalu menawarkan dirinya sarapan di villa itu,dan selalu ia tolak, dengan berbagai alasan pula,tapi hari ini ia tidak sedang beralasan.
" Permisi Bu assalamualaikum" Adiba mengulang salam nya, karena tadi ia terpaksa menunda kepenginnya karena bik inem berbicara padanya.
" Waalaikumsalam.. hati-hati non" ucap bik inem,wanita paruh baya itu fokus menatap punggung Adiba yang menuju pintu keluar,beliau tengah berfikir apa yang gadis cantik itu makan untuk sahur jika ia berpuasa hari ini? Bahkan Adiba tidak pernah keluar dari kamar walaupun untuk sekedar mengambil air putih.
" Non tunggu,ini di bawa aja,buat buka puasa non" bik inem yang baru tersadar langsung berlari ke dapur dan menuju kulkas,mengambil dua box dissert dan dua box puding, memasukkan nya ke dalam paperbag,berlari keluar untuk mengejar Adiba dan menyerahkan nya pada Adiba.
Suara bik inem menghentikan langkah Adiba yang akan menaiki ojek.
" Apa ini Bu? " tanya Adiba bingung,namun tangan nya terulur untuk meraih paperbag pemberian bi inem,ia harus menghargai wanita paruh baya itu.
" Itu dissert sama puding buat non buka puasa,tuan muda ga mungkin habis me makanya" jawab BI inem.
" Terimakasih Bu, Alhamdulillah..semoga berkah "
" Amin...non juga semoga sehat terus dan sering datang ke villa ini" Bim inem menjawab tulus.
Adiba tersenyum mendengar harapan bik inem" saya akan datang jika di undang Bu " Adiba menjawab santai, seakan tanpa beban.
Bik inem terdiam dan juga bingung mendengar jawaban Adiba yang terkesan ambigu,di undang? Apakah maksudnya Al yang memanggil nya? mungkin saja seperti itu, karena jika sang tuan muda tidak datang ke villa maka Adiba juga tak akan datang ke villa itu,apa sebenarnya hubungan mereka?.
Adiba meninggalkan villa,di iringi tatapan penuh tanda tanya dari bi inem.
' Di undang,tapi selalu hampir semalaman berada di dalam kamar bersama ' batin bik inem bingung,ga mungkin kan Adiba wanita panggilan tuan mudanya,bahkan wanita itu berpuasa pagi ini, setelah bi inem tau mereka semalam menghabiskan waktu bersama di kamar.
Hidup yg sdh jelas tp dibuat samar. .
Atas bawah mumet...
wkwkwk