Falisya seorang gadis cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya.
ternyata tujuan dia pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Mahendra, lelaki asing yang tidak ia kenal sama sekali.
mereka melakukan pernikahan karena perjanjian orangtua nya dahulu.
untuk merahasiakan pernikahan itu, mereka melakukan berbagai cara.
Di sekolah falisya adalah adik kelasnya mahendra.
Pertama kali falisya menginjakkan kaki di sekolah itu, ketos tampan tertarik padanya, hingga membuat Mahendra yang terkenal cuek dan dingin merasa tersaingi.
Ketos dan Mahendra adalah dua orang yang berpengaruh di sekolah, hingga membuat mereka saling bersaing. Mahendra tidak menyukai Alif yang selalu berusaha mendekati falisya, hingga berbagai cara ia lakukan untuk menjauhkan mereka berdua.
Bagaimana falisya dan Mahendra menyembunyikan pernikahan mereka?
Dan apa saja tantangan yang mereka dapatkan karena pernikahan itu?
Akankah mereka saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Falisyaa Cf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijab Qobul
Mahendra dan falisya membulatkan matanya dan menatap ke arah sumber suara berbarengan, lelaki itu datang tanpa memberikan tanda sehingga Mahendra dan falisya wajahnya kini berubah memucat.
"Ngakkkklah!" jawab mahendra berusaha tetap cool.
Mahendra langsung keluar dari ruangan itu, dan Dokter tersebut langsung memberikan obat untuk falisya minum. Setelah selesai falisya langsung berjalan menuju kelasnya untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya.
Keesokkan harinya, Mahendra dan falisya mengambil cuti selama tiga hari untuk mempersiapkan pernikahan mereka. kini mereka duduk bersebelahan dengan selendang di atas kepala mereka, baju putih serasi.
"Apakah Mahendra telah siap?" tanya seorang penghulu.
Mahendra mengangguk-anggukkan kepalanya, sedangkan falisya menjerit di dalam hatinya memohon agar dirinya pindah ke dimensi lain dan hidup menjadi apa pun asalkan tidak menikah dengan mahendra, lelaki yang paling menyebalkan yang pernah ia kenal.
Ijab qobul mulai terdengar tanpa ada kesalahan sama sekali, dan semua saksi berteriak sah untuk falisya dan juga mahendra. Kini mereka berdua resmi jadi sepasang suami istri. Falisya meneteskan airmatanya, dengan terpaksa dia mencium tangan Mahendra lalu langsung memeluk ibunya.
"Bu, ajak falisya pergi dari sini," pintanya setengah berbisik.
Ibunya langsung melepaskan pelukan itu dan menghapus air matanya yang mengalir di pipi falisya.
"Kamu cantik banget, sayang,"
Falisya menundukkan pandangannya, dia merasa sia-sia dengan usahanya yang terus meminta pernikahan ini agar tidak terjadi. Kini nyatanya dia telah resmi menjadi istri dari lelaki asing yang keras kepala dan juga dinginnya seperti kulkas lima pintu.
Malam ini mereka berada di dalam kamar yang sama, kedua orang tua falisya telah kembali ke kampung untuk melanjutkan hidup mereka dan menitipkan falisya kepada mahendra untuk di jaga dengan baik.
Falisya terus menatap Mahendra dengan tatapan yang tajam, dia takut jika lelaki itu akan macam-macam dengannya. Mahendra yang merasa di perhatikan terus dari tadi langsung menatap kembali ke arah falisya.
"Kenapa Lo natap gue kaya gitu?" tanya Mahendra.
"Lo...... ngak itu?" tanya falisya.
"Itu apa?"
"Melakukan itu!" ujar falisya dengan gugup berusaha berbicara terus terang jika melakukan hubungan intim layaknya suami istri.
Walaupun falisya belum pernah melakukannya bahkan dia belum mengerti tentang hal itu, tapi dia mencoba bertanya dengan mahendra agar dirinya merasa lega dan aman.
"Melakukan apa, falisya? tanya mahen kesal.
"Yang biasa dilakukan suami istri," jawab falisya dengan cepat lalu menutup wajahnya dengan selimut.
Mahendra menahan tawanya dan menaikkan satu alisnya, kini dia berada di atas ranjang sedang falisya di atas sofa . Lelaki itu tidak akan berbagi ranjang atau pun membiarkan falisya menyentuh ranjangnya.
"Oh, jadi Lo mau kita begituan?" tanya Mahendra memancing.
"B-bukan itu maksud g-gue!"
"Jadi apa? Jelas-jelas Lo dengan terang-terangan menanyakan hal itu!"
"Gue cuma mau mastiin kalo Lo ga bakalan macam-macam sama gue!"
"Ngapain gue harus macam-macam sama Lo? Ngak minat!" ketus mahen.
Falisya merasa lega dengan perkataan mahendra barusan akan tetapi hatinya juga merasa teriris dengan ucapan yang sadis itu. Tapi, bagaimana pun dia tetap bersyukur mahendra tidak minat dengan dirinya.
"Baguslah, setidaknya kalau kita nanti pisah gue masih perawan," sahut falisya kesal.
Wanita itu langsung berbaring dan membelakangi Mahendra, lelaki itu langsung mematikan lampu dan memejamkan matanya. Akan tetapi dia sangat sulit untuk tidur nyenyak malam ini.
Falisya sebenarnya juga belum tidur, dia masih memikirkan cara agar Mahendra mau menggugat cerai dirinya. Jadi dengan alasan itu dia bisa terbebas dengan pernikahan ini.
"Dia kan kalau liat gue kayak kesel banget gitu ya? Apa lagi dia ngakk minat sama tubuh gue? jadi kali ini gue akan jadi wanita yang sedikit murahan di hadapannya agar dia merasa risih," gumam falisya saat mendapatkan ide cemerlang itu.
Keesokkan paginya, falisya langsung memulai aksinya. Setelah selesai mandi dan siap-siap, dia mencari keberadaan mahendra ke lantai bawah. Dia melihat lelaki itu sedang duduk menyantap makanan.
"Ayo, falisya Lo pasti bisa," ujarnya menyemangati diri sendiri.
"Pagi, mahendra suamiku," sapa falisya dengan senyum manisnya.
Mahendra yang lagi minum air putih langsung menyemburkannya dan menatap ke arah falisya dengan tatapan yang tajam.
"Kesambet apa Lo?" ucap mahen.
"Kenapa? Sekarang kan Lo suami gue kalau dirumah, jadi kita cukup tidak kenalnya waktu di sekolah saja! karena di sana gue mau cari pacar baru, kalau dirumah kan gue udah punya suami!" jelas falisya tersenyum manis.
"Shit, apa Lo bilang tadi?" tanya mahendra emosi.
"Sayang, ngak boleh emosi gitu! bener kan ma?" tanya falisya pada mertuanya yang baru saja datang.
"Bener itu, kamu harus bisa lembut sama falisya dia kan istrimu sekarang! Beruntung loh kamu dapatin falisya," ujar Eva.
"Nah, denger itu!"
Kini mereka langsung sarapan dan setelah selesai langsung berangkat ke sekolah, falisya langsung masuk ke dalam mobil mahendra tanpa persetujuan lelaki itu. Membuat Mahendra merasa kesal dan menatap ke arah falisya.
"Keluar! Siapa yang nyuruh Lo masuk? Lo di anter sama sopir aja!"
"Ngakk, kan gue punya suami!"
"Syaa, gue ngak mau ya semua orang tau hubungan kita."
"Manis banget sih manggilnya syaa, uhh coba panggil lagi," pinta falisya dengan wajah imut nya.
"Ahh shift," umpat Mahendra
Mau tidak mau lelaki itu terpaksa memberikan tumpangan kepada falisya, kini mereka saling diam saja. Mahendra tidak tahu apa yang diinginkan oleh wanita itu, karena sifatnya tiba-tiba saja berubah dratis. Namun, sialnya Mahendra tidak bisa menolak sikap itu.
"Turun Lo!" perintah Mahendra saat mereka masih jauh dari gerbang,"
"Disini?"
"Hmmm!"
"Oke, bye suamiku," falisya langsung meraih tangan mahendra dan menciumnya lalu keluar dari mobil.
Mahendra menatap tangannya yang habis di kecup oleh falisya, lalu dia langsung melajukan mobil nya. Falisya yang sudah melihat mobil mahendra melaju dan menjauh , dia langsung bergidik ngeri dan mengusap bibirnya.
"Baru kali ini gue jijik sama diri sendiri," falisya langsung berjalan menuju sekolah SMA Global Jaya.
"Saat hampir sampai di gerbang, dia mendengar suara motor yang berhenti di dekat dirinya, falisya langsung melirik nya dan melihat jika lelaki itu adalah Alif.
"Hai," Sapa Alif.
"Hai juga, kak!" jawab falisya tersenyum kikuk.
"Kenapa jalan? mau ikut gue? " tanya Alif menawarkan diri.
"Eh ngakk usah kak, lagian dekat lagi kok!"
"Ngak apa-apa, yaudah naik! Masih lumayan jauh," ujar Alif
"Hmmm, beneran ngak usah, kak!" tolak falisya karena merasa tidak enak.
"Gue sebagai ketua OSIS kalau gue duluan masuk ke dalam gerbang maka Lo akan gue hukum nanti, jadi cepatan naik atau mau di hukum?" tanya Alif.
"Kok gitu? Iya -iya gue naik!" falisya langsung naik dan alif melajukan motor spotnya.
Kedatangan mereka menjadi sorotan utama para siswa SMA Global jaya, falisya merasa tidak nyaman dan menundukkan pandangannya.
Mahendra yang baru saja keluar dari dalam mobil di buat terkejut oleh pemandangan itu, dia langsung mengeraskan rahangnya dan langsung menghampiri mereka.