Hendry, pria dewasa berusia 32 tahun itu mulai merasakan kejenuhan dalam rumah tangganya bersama sang istri yang sudah berjalan 5 tahun.
Di karuniai seorang putri cantik di usia pernikahan ke 4, tak membuat rumah tangganya dengan Julia lebih berwarna. Yang ada, Hendry di buat frustasi karna sang istri hanya fokus mengembalikan bentuk tubuhnya pasca melahirkan putri mereka 1 tahun yang lalu.
Julia seolah lupa jika dirinya masih memiliki tanggung jawab sebagai istri.
Wanita berusia 28 tahun itu juga mengabaikan putri kecil mereka. Alih-alih mengurus anak, Julia justru lebih senang menghabiskan waktu di salon dan tempat gym.
Tingkah Julia benar-benar membuat Hendry sangat muak. Kalau bukan karna cinta dan anak, mana mungkin dia masih bertahan dengan istri hanya mementingkan diri sendiri.
Sampai pada suatu ketika, Hendry tergoda dengan gadis yang mengasuh anaknya sejak 5 bulan terakhir. Gadis yang tak lain adalah adik tiri Julia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Hari ini Hendry pulang lebih awal karna keuda orangtuanya akan berkunjung ke rumah sore nanti. Saat memasuki rumah, pria itu mendapati putrinya dan Bella sedang bermain di ruang keluarga. Bella menggoda Ale dengan menggelitik kedua pipi chubbynya, bayi menggemaskan itu sampai terkikik geli.
Hendry sampai diam ditempat dan memperhatikan pemandangan indah di depannya. Sudah 5 bulan ini dia bisa melihat tawa bahagia di wajah putrinya, tentu sejak kehadiran Bella.
Sebelumnya mana pernah Ale terlihat sangat bahagia seperti itu. Bahkan saat dengan Julia, Ale tidak pernah terlihat sebahagia itu. Hendry sampai tak habis pikir kenapa Julia tidak bisa mendapatkan hati putrinya sendiri. Berbeda dengan Bella yang langsung mendapatkan hati Ale dihari pertama menjadi pengasuhnya.
"Ya ampun, pipimu kenapa bisa penuh daging dan menggemaskan seperti ini." Bella masih menggelitiki pipi Ape dengan gemas. Perlakuan buruk orang tua Ale tidak membuat Bella benci pada keponakannya yang malang itu. Bella justru merasa kasihan pada Ale. Disaat bayi seusia Ale di luar sana sedang mendapatkan cinta dan perhatian besar dari wanita yang melahirkannya, Ale malah diabaikan seperti tidak pernah diharapkan kehadirannya oleh Julia.
Bella tidak tau saja kalau pada kenyataannya memang seperti itu. Kehadiran Ale adalah sebuah keterpaksaan bagi Julia. Wanita itu terpaksa hamil dan melahirkan Ale untuk mempertahankan posisinya sebagai Nyonya Hendry.
Melihat interaksi Ale dan Bella, Hendry tidak tahan untuk menghampiri mereka. Dia tidak sungkan untuk ikut duduk di lantai meski dialasi karpet mahal.
Bella tersenyum saat Hendry tiba-tiba datang ikut bergabung.
"Lihat, ada Daddy Ale." Seru Bella sambil menghadapkan wajah Ale pada Hendry.
"Di,, Di,," Celoteh Ale memanggil Daddynya sambil tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangannya untuk minta di gendong. Hendry menggeleng, dia tidak berani menggendong Ale jika seharian habis di luar rumah. Hendry khawatir dia membawa virus ataupun bakteri yang bisa membahayakan kesehatan Ale.
"Mau gendong.? Sebentar, Daddy mandi dulu." Ujarnya sembari berdiri dari duduknya.
"Mas Hendry sudah pulang.? Bukannya sekarang baru jam,," Kata Bella sambil melirik jam dinding sekilas.
"Jam 3 sore." Lanjutnya.
Tidak biasanya Hendry pulang lebih awal, kecuali ada keadaan mendesak yang menyangkut Ale ataupun Julia.
"Mama dan Papa sudah kembali dari Singapur, mereka mau datang bertemu Ale." Jawab Hendry.
Meski sudah berusia lebih dari setengah abad, kedua orang tua Hendry masih hobby berlibur keluar negeri untuk mengurangi hartanya yang mungkin tidak akan habis 7 turunan.
"Benarkah.? Jam berapa mereka ke rumah.?" Tanya Bella antusias. Rona bahagia terpancar dari wajah dan sorot mata Bella.
Sejauh ini kedua orang tua Hendry selalu bersikap baik pada Bella. Walaupun status Bella hanya adik tiri dari menantu mereka, namun mereka menganggap Bella seperti anak sendiri.
Jadi setelah 2 minggu tidak bertemu dengan mereka, Bella saat antusias saat tau kalau mereka akan datang ke rumah.
"Mungkin 1 jam lagi." Jawab Hendry sembari melihat arloji di tangannya.
"Aku ke atas dulu." Hendry kemudian beranjak ke kamarnya.
...*****...
Sampainya di kamar, Hendry menghampiri istrinya yang sedang sibuk merias wajah di depan cermin. Pakaiannya juga sudah dengan dress di atas lutut.
Julia memang selalu mempercantik diri untuk menyambut kepulangan Hendry. Julia berfikir Hendry akan semakin cinta padanya jika melihat Julia tampil cantik saat suaminya itu pulang kerja. Jadi wanita itu akan menghabiskan banyak waktu untuk mempercantik diri sebelum Hendry sampai di rumah.
Julia tersenyum lebar melihat Hendry dari pantulan cermin. Dia meletakkan lipstik di tempatnya karna sudah selesai make up. Wanita itu langsung berdiri dan mengalungkan kedua tangannya di leher Hendry.
Julia mendekatkan wajahnya untuk memagut bibir Hendry. Hendry membalas pagutan bibir Julia sekilas dan langsung melepaskannya. Kekecewaan tampak tergambar di wajah Julia. Hendry menyadari hal itu, namun dia tidak berniat untuk melanjutkan pagutan bibir mereka. Karna ada hal penting yang harus Hendry katakan pada istrinya itu.
"Daripada menghabiskan banyak waktu untuk berdandan seperti ini, lebih baik kamu temani Ale bermain. Jangan sampai dia lupa siapa Mommynya." Ujar Hendry. Alih-alih memuji penampilan istrinya yang sengaja berdandan untuk menyambutnya pulang, Hendry malah menasehati Julia untuk menghabiskan waktu bermain dengan Aleshia.
Wajah Julia mendadak murung. Bukannya mendapat pujian setelah mempercantik diri hampir 1 jam, Hendry malah membahas hal lain.
"Kenapa bicara seperti itu sayang.? Aku tampil cantik juga buat kamu. Seharian kamu bekerja di kantor, pasti lelah. Setidaknya dengan melihatku rapi dan cantik, lelahmu bisa sedikit berkurang." Sahut Julia.
Pemikirannya untuk menyenangkan hati suaminya saat pulang kerja memang sudah benar, namun Julia seakan lupa kalau dia juga memiliki tanggungjawab yang lain, tidak hanya selalu memikirkan cara untuk mempercantik diri dan menyenangkan suami. Ada Ale yang masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari Julia.
"Aku jauh lebih senang jika melihatmu bermain dengan Ale. Dia membutuhkan kamu, Julia.!" Tegas Hendry. Nada bicaranya sudah mulai meninggi. Akhir-akhir ini Hendry kesulitan mengontrol emosinya setiap kali membahas tentang Ale dengan Julia. Hendry seperti sudah kehabisan cara untuk menyadarkan Julia akan tanggungjawabnya sebagai seorang Ibu.
"Sudah ada Bella yang mengurus dan mengajaknya bermain. Kalau aku harus turun tangan juga, percuma saja aku memba,,," Julia mendadak diam karna hampir keceplosan di depan Hendry. Selama ini Hendry memang tidak tau Bella di paksa Julia untuk mengasuh Ale.
Hendry hanya tau kalau Bella sendiri yang ingin mengasuh Ale sambil menunggu panggilan kerja di luar negeri.
"Jangan terlalu mengandalkan Bella, dia hanya membantu kita menjaga Ale. Kamu sendiri yang akan susah kalau Ale terbiasa dengan kehadiran Bella.!" Tegas Hendry kemudian berlalu ke kamar mandi. Dia lebih baik mengakhiri perdebatan daripada tidak bisa mengontrol emosi dan akhirnya mengeluarkan kata-kata kasar pada Julia..
"Menyebalkan." Gerutu Julia sewot.
...******...
Kedua orang tua Hendry sudah datang sejak 30 menit yang lalu. Saat ini mereka sedang bermain dengan Ale di ruang keluarga, termasuk Bella yang juga ikut bergabung di sana karna sudah di anggap anak sendiri oleh orang tua Hendry.
Dari semua orang yang berkumpul di sana, hanya wajah Julia yang tampak tidak bahagia. Sejak dulu Julia memang tidak suka Bella mendapatkan perlakuan baik dari mertuanya. Apalagi Julia merasa kalau Mama mertuanya lebih dekat dengan Bella dibanding menantunya sendiri.
"Masih belum ada kabar dari perusahaan di Prancis.?" Tanya Farah pada Bella.
Wanita cantik itu menggelengkan kepala.
"Belum Mah. Mungkin perusahaannya belum membutuhkan desainer baru." Jawabnya seraya tersenyum tipis untuk menutupi kebohongannya. Bella tidak mungkin berkata jujur pada orang lain kalau sebenarnya dia ancam bekerja untuk mengasuh Ale.