[Sedikit Dewasa karena mengandung unsur Liberalisme. Cerita ini juga mengandung Romance dan Action]
Dua gadis dengan wajah identik dan kepribadian berbeda dipertemukan di tengah hujan yang mengguyur Kota Roma. Demi menyelidiki hubungan di antara mereka pun bertukar tempat. Pertukaran identitas ini membawa mereka bertemu dengan Gionardo Alano mafia tampan nan kaya raya serta Dominic Acardi, teman sekolah yang menaruh rasa pada salah satu dari mereka. Cerita mereka bergulir di antara banyaknya musuh yang mencoba menyerang membuat bahagia jauh dari genggaman. Bagaimana kelanjutkan kisah mereka? Simak cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Calistatj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Usaha Melarikan Diri
Begitu merasa keadaan tubuhnya membaik. Serena segera memantau keadaan sekeliling. Ini bisa menjadi kesempatan emas untuk melarikan diri. Dia tidak akan mau menjadi barang Gionardo. Persetan dengan lelaki itu yang membelinya secara sepihak.
Serena membuka pintu sedikit dan mengamati pengawal yang menjaga rumah Gio. Jumlahnya tidak banyak di dalam. Serena bisa menghadapi mereka apa lagi keadaannya sudah jauh membaik. Serena berjalan mengendap - endap mencari pintu keluar.
“Apa yang kau lakukan, Nona?” Tanya salah satu pengawal yang memergokinya ke luar kamar.
“Apakah aku tidak boleh keluar dari kamar?”
“Kembali ke kamarmu, jika mau keluar tunggulah Tuan bangun” Pengawal itu mendekati Serena menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam kamar.
Serena segera memukul tengkuk lelaki itu yang membuatnya langsung pingsan. Serena kembali berjalan menuju pintu keluar. Dari jendela Serena bisa melihat kalau pengawal Gionardo Alano lumayan banyak di luar.
”Nona, kau sedang apa?” Pengawal Gio yang lain menghampiri Serena yang terlihat mencurigakan.
“Bukan apa - apa” Jawab Serena kalem. Dia harus membaca situasi sebaik mungkin agar bisa keluar hidup - hidup dari rumah ini.
Ketika pengawal itu mendekat. Serena memukul tengkuk lelaki itu dengan keras hingga tak sadarkan diri. Pukulan itu merusak reticular activating system yaitu sistem otak yang mengatur kesadaran. 2 pengawal sudah Serena lumpuhkan, tapi dia masih berada di dalam rumah Gio. Serena harus segera keluar dari rumah ini sebelum lelaki itu bangun.
Serena nekat membuka pintu depan dan berlari ke arah gerbang. Jika perlu dia akan memanjat pagar rumah Gionardo yang cukup tinggi itu dan melompat keluar. Setelahnya dia akan berlari dengan cepat. Serena percaya dengan kemampuan berlarinya yang sudah bertahun - tahun dilatihnya. Serena cukup cepat dalam berlari. Apa lagi kakinya cukup jenjang.
“Hey , apa yang kau lakukan?” Teriak pengawal Gio. Teriakan lelaki itu membuat banyak pengawal Gio menyadari kelakuan Serena dan berbalik memburunya. Jumlah pengawal lelaki itu tidak main - main. Lumayan banyak. Sekitar 20 orang.
Para pengawal itu menyerangnya. Serena berusaha melawan mereka dengan tinju dan tendangan yang melumpuhkan beberapa di antara mereka. Seorang pengawal menodongkan pistol ke kepala Serena. Serena mengangkat tangan tanda menyerah, tapi ketika dia hampir ditahan. Serena merebut pistol dan menodongkan balik pistol itu ke arah para pengawal Gio.
“Kau pikir bisa menggunakan pistol itu?”
Serena mengarahkan mulut pistol ke atas dan menarik pelatuknya hingga pistol itu melepaskan peluru. Para pengawal Gio memandang Serena tidak percaya. Suara tembakan itu juga membangunkan Gionardo dan Fransesco yang langsung berlari ke luar karena berpikir ada penyusup.
Mata Gio membelalak waktu menemukan Serena menodongkan pistol kepada para pengawalnya.
Arianna benar - benar bukan perempuan biasa.
Tidak semua orang bisa menggunakan pistol dan menguasai teknik menembak.
“Nona Arianna apa yang kau lakukan?” Fransesco mendekati Serena sambil mengangkat tangan mencoba bernegosiasi dengan wanita itu.
“Keluarkan aku dari sini”
Gio tersenyum memandang Serena dan berjalan mendekat. “Kembalilah ke kamarmu Arianna”
Serena menodongkan pistolnya ke arah Gio. “Keluarkan aku dari sini”
Gio bertepuk tangan. “Aku tahu kau memang hebat. Wanita hebat sepertimu membutuhkan lelaki hebat sepertiku”
“Menjaulah, Tuan. Perempuan ini sungguh bisa menembakmu” Fransesco berusaha melindungi Gio.
Serena meletakan jari dipelatuk pistol sebagai tanda kalau dia sungguh mampu menembak Gio. Gio menarik pistol dari belakang celananya dan menodongkan pistol itu balik kepada Serena.
“Bidikanmu belum tentu bisa membunuhku, tapi bidikanku sudah pasti mengenai jantungmu”
“Kau akan membunuhku?”
“Kembalilah ke kamarmu, Arianna. Aku sungguh akan membuat hidupmu bahagia”
“Turunkan senjatamu”
“Aku akan menurunkannya kalau kau menurunkan pistolmu”
Sebuah mobil membunyikan klakson. Pintu gerbang terbuka. Sebuah mobil sedan hitam dengan plat mobil yang Serena kenal memasuki kawasan rumah Gio. Salah satu pengawalnya turun dari mobil. Tubuh Serena sedikit bergetar. Perempuan itu harus menyerah lebih dulu. Ternyata masih ada hal yang perlu Serena selidiki tentang Gionardo. Serena menurunkan senjatanya. Gio juga menurunkan pistolnya. Dia tidak akan menembak Serena. Gio hanya mencoba menunjukan ketegasanya sebagai seorang lelaki.
“Kau mau kembali ke kamar?” Tanya Gio.
Serena melemparkan senjata yang dia ambil dan berjalan masuk kembali ke dalam rumah dengan santai. Gio dan Fransesco berpandangan. Di dalam rumah Fransesco menemukan 2 anak buahnya pingsan. Perempuan itu tidak bisa diremehkan nampaknya.
Serena masuk kembali ke dalam kamar dan duduk di kasur dengan pikiran yang tidak tenang. Gio masuk ke dalam kamar Serena.
“Jangan lagi kau lakukan, Arianna. Bagaimana kalau aku tadi menembakmu?”
“Aku tidak peduli” Kata Serena dingin.
Gio berjongkok di depan Serena dan menangkup wajah cantik perempuan itu. “Aku tidak ingin kau sampai terluka. Menurutlah”
Mana mungkin Serena menurut kepada lelaki menyebalkan yang sudah menculiknya ini. Serena melepas tangan Gio dari wajahnya. “Keluarlah”
Gio berdiri dan segera keluar dari kamar Serena. Perempuan ini sangat sulit ditaklukan. Gio melihat cara wanita itu memegang pistol. Belum lagi pengawal yang dengan mudah dilumpuhkan. Dia tidak bisa menganggap perempuan itu sebagai boneka.
“Kau baik - baik saja?” Fransesco memandang Gio yang baru saja keluar dari kamar Serena.
“Arianna memang bukan wanita biasa”
“Tampaknya dia adalah wanita yang paling cocok untuk bersanding dengan Tuan”
***
Sekarang Arianna menjadi sangat tidak tenang kalau harus menuju sekolah. Dia menjadi sangat takut untuk berada di luar, karena keberadaan orang - orang yang berniat menyakitinya. Arianna memasuki halaman sekolah dengan siaga. Dia memandang sekitar setiap berjalan. Memastikan kalau tidak ada orang yang akan menyakitinya.
Dom tersenyum melihat Serena dan segera mendekat ke arah perempuan itu. “Pagi, Serena”
“Pagi, Dom”
“Apa yang kau lakukan?” Dom heran melihat Arianna terus menerus memantau kondisi sekeliling.
“Aku takut ada yang mengikutiku”
Kening Dom berkerut. Serena yang dia kenal tak kenal takut. Lain dengan wanita yang terlihat penuh rasa takut ini. Apakah tendangan Gavino kemarin merusak otak Serenanya?
“Tidak ada yang mengikutimu, Serena. Tenang saja aku menjagamu” Kata Dom menenangkan.
Arianna menarik nafas lega. Kalau ada Dom di sisinya dia merasa lebih tenang, karena tau seseorang menjaganya. “Bisakah kau mengatarku pulang hari ini?”
Mata Dom langsung berbinar. Dia sangat ingin kalau perempuan sekuat Serena Loretta bisa bergantung kepadanya. Serena pasti butuh seseorang. Di balik sikap berani dan cueknya. Serena hanya perempuan biasa yang membutuhkan perlindungan. “Aku bersedia mengantar dan menjemputmu”
Arianna langsung tersenyum. “Grazie”
Km jg semangattt