Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22. TMPP
“Nona, Tuan muda. Saya akan memperlihatkan dulu gaun dan tuxedo yang akan anda pakai di pernikahan anda. Saya perkenalkan pada anda tuan muda dan nona muda, Ini adalah gaun Belle, Sebuah gaun indah dengan inspirasi princess Disney Belle, menghadirkan keanggunan dan kemewahan gaun White Ruffle Layered. Terdapat detail Lace yang berundak menambahkan feminim dan menciptakan penampilan yang sangat memikat penuh daya tarik, semangat petualang, cerdas, seperti karakter princess Belle. Selain itu, efek glitter yang ada di gaun ini menambahkan kesan keindahan dalam pernikahan ini. Saya yakin nona muda, ketika anda memakai gaun ini, anda akan terlihat seperti seorang putri kerajaan. Lalu, ini adalah tuxedo pasangan dengan gaun Belle ini, saya namakan Opera. Tuxedo warna putih dengan emas dan glitter di hiasannya nampak sangat serasi dengan gaun Belle. Bentuk shawl kerah ini di buat terpisah secara khusus dari bahan satin. Saya yakin tuan muda, anda akan terlihat seperti pangeran ketika memakai nya. “ Jelas panjang lebar designer itu.
“Tentu saja, baiklah. Langsung saja bantu kami memakai itu semua.” Ucap pria playboy itu.
Kami saling menatap namun aku menatapnya dengan tajam. Kedua pelayan perempuan membantu ku memakai gaun itu di ruang ganti sebelah kanan sementara pria itu ke sebelah kiri.
“Nona, anda sangat cantik…”
“Nona, aku terhipnotis oleh kecantikan nona.”
Ku melihat diriku di cermin. Aku memang terlihat cantik namun aku tak antusias dalam hal ini. tiba-tiba saja, tirai tengah antara aku dan pria itu terbuka. Ku menoleh ke arahnya, dia pun juga menoleh ke arah ku dengan senyuman aneh nya.
“Haaa, tampan sekali..” Suara berisik para pelayan yang ada di dekat ku membuat telinga ku berdenging.
“Tampan? Baju itu sama sekali tak pantas untuknya.” Gumam ku.
“Nona, Tuan? Bagaimana? Apa ada yang perlu kami perbaiki? Omg.. Kalian memang pasangan yang sangat serasi..” puji Alex designer itu.
“Hahaha benarkah?” ucapnya membanggakan dirinya dulu.
Dari sini ku baru teringat akan kontrak yang aku buat semalaman. Ku berfikir, kapan sekiranya aku bisa berbincang berdua dengannya tentang hal ini.
“Alex, aku rasa gaunnya..” pria itu menatap gaun yang ku kenakan. Sontak ku langsung menatap tajam dirinya.
“Iya tuan? Bagaimana?”
“Gaunnya bagus.. tapi tambahkan lagi glitter di bagian ini.” dia menunjuk ke bagian atas ku.
“Ah begitu , baiklah tuan. akan saya tambahkan glitter nya.”
“Tidak. Ku sudah suka yang seperti ini.” Ucapku tak ingin gaun ini sesuai dengan saran pria itu.
“Haha, baiklah sayang. Kalau gitu, ayo kita tunjukan ke mama-mama.”
Mendengar kata sayang dari mulutnya, membuatku sangat ingin membungkam nya.
“Baiklah apakah, sekarang saja kami buka tirainya tuan? nona?”
“Tunggu!” Tahan ku pada mereka.
“Iya nona? Apa ada yang bisa kami perbaiki?”
“Tutup rapat lagi tirai itu. Kalian pergi lah semua dulu dari sini. Aku ingin membicarakan suatu hal pada tuan ini.” Ucapku dengan cepat mengambil kesempatan.
Semua nya terkejut lalu mereka juga melirik dan melihat kearah pria menyebalkan ini.
“Ya, kalian semua keluar dulu. Biarkan aku dan calon istriku berbicara berdua.” Untungnya saja dia menyetujuinya.
Semua pelayan pun meninggalkan kami berdua di ruangan ini. Setelah mereka mengunci pintunya, kami saling menatap. Lagi-lagi dia mulai tersenyum dengan gelagat aneh nya. Ya, seperti seorang playboy.
“Ada apa sayang? Apa yang kamu ingin sesuatu dariku? Hmm?” Ucapnya lalu mencoba mendekatiku.
“Jangan mencoba mendekatiku.”
Dia menghentikan langkahnya dan membungkukkan badannya sedikit agar bisa lebih dekat denganku. Aku pun melangkah mundur menjauhinya.
“Dengar. Aku tak tau apa masalahmu denganku. Perlu aku jelaskan dan aku jujur padamu bahwa jangan pernah mencoba mendekatiku. Aku tau bahwa kamu adalah calon suami yang sudah dipilih oleh keluarga ku. Tapi kamu harus tau ini aku sama sekali tak pernah tertarik padamu. Kamu pasti sudah tau kenapa aku menyetujui menikah denganmu dan aku juga yakin kalau kamu setuju menikah dengan ku karena posisi pewaris mu bukan? Tapi aku tak masalah dengan itu. Apalagi aku juga yakin kalau kamu punya banyak sekali wanita bukan? Begini saja, aku menawarkan kontrak pernikahan denganmu. Jadi selama pernikahan kita, kamu harus mentaati semua syarat yang sudah ku buat. Itu mudah untukmu. Kamu juga sama sekali tidak rugi bukan? Bagaimana? Kamu tetap bisa bermain dengan para wanita itu. Asal jangan pernah memperlihatkannya padaku, Aku sama sekali tak peduli dengan kisah cinta mu itu. jadi? Bagaimana? Tanda tangan?” jelas ku panjang lebar.
Dia melipat tangannya dan tersenyum padaku. “Lalu?”
“Lalu? Kamu tinggal tanda tangan saja. maka setelah menikah kontrak ini akan dimulai.”
“Memang apa saja syaratnya?”
Aku merogoh sebuah lipatan kertas didalam tas ku yang ada di samping kursi.
“Ini, bacalah. Setelah kamu tanda tangan akan ku perbarui lagi.” Ku menyerahkan secarik kertas itu padanya.
“1. Tak ada hubungan antar suami dan istri, 2. Urusan mu itu urusan mu, jangan pernah melibatkan ku, 3. Dihadapan orangtua, kita harus bekerja sama berakting bahagia selayaknya suami istri, wow ada banyak sekali. 25 syarat? Haha.. Hmm..”
“Ya, itu semua juga menguntungkan mu bukan?”
“Hmm, sebentar..” Dia membaca lagi dengan seksama.
“Bagaimana? Tanda tangan?”
“Hmm.. tidak, aku tidak tertarik dengan ini.” Dia merobek kertas yang ku beri itu.
Aku terkejut dan otomatis melebarkan mataku.
“Hemmm, jangan begitu lagi ya sayang. Aku tau kamu pasti cemburu bukan soal yang kemarin? Tenang ya? Wanita-wanita itu yang sebenarnya memaksa ku.Tapi kamu tenang saja, di hati ini belum ada siapapun. Jadi kamu boleh masuk kedalamnya, tapi ku pertimbangkan juga. Hehe. Sudah lah, ayo, kita tunjukan pada mama.” Dia membuatku sangat marah.
Dia bahkan berani memegang tanganku. Secara reflek, aku pun memutar tangannya ke belakang hingga dia merintih kesakitan. Namun aku tutup mulutnya dengan tanganku agar orang-orang yang berada di sini tidak mendengar nya.
“Hmm, hmm..” Dia ingin berbicara namun tak bisa.
“Aku sudah bilang tadi bahwa ku sama sekali tidak tertarik dengan mu. Ah, begini saja. Aku sungguh tidak menyukai pria seperti mu. Ku tegaskan lagi. Aku tak menyukai mu. Kamu hanya perlu menandatangani nya dan kita akan hidup secara masing-masing. Apa salahnya begitu?”
“Hahaha, lucu sekali... sangat lucu… haha..” dia malah tertawa lalu mencium telapak tangan ku.
Aku langsung melepaskan nya hingga dia sedikit tergoyahkan.
“Hisss.. Kamu ini”
Ku ambil tissue dan mengelap telapak tangan ku. aku mendongakkan lagi kepala kearah depan namun aku melihat pria itu nampak sangat dekat denganku.
“Jangan mendekat. Menjauh lah! Atau kamu akan merasakan akibatnya.” Ucapku berjalan mundur hingga ku merasakan tembok di belakang ku.
Dia meletakan kedua tangannya di tembok dan memposisikan aku berada di tengah antara kedua tangannya. Dia tersenyum lagi lalu berkata, “Hmm, bersiaplah..” dia memajukan wajahnya ke wajahku.
Aku melotot lalu dengan sadar dan reflek, ku menendang *lat kel*minnya. Namun tak sekeras biasanya ku memukul.
“Aaaa.. aaaaww, aaa..” Dia dengan suara pelan kesakitan hingga jatuh terduduk.
“Nona? Tuan? Ada apa?” Ku mendengar para pelayan itu berbicara dengan nada khawatir sambil mengetuk pintu nya.
“Tidak apa.. sebentar lagi..” jawabku.
“Baiklah nona, tuan..”
Aku menyumpal mulutnya dengan beberapa lembar tissue yang ku lipat hingga beberapa menit kemudian dia pun berhenti mengerang kesakitan.
"Emmm, hmmm.." gumam nya.
Bersambung …