Jelita Putri Maharani adalah seorang perempuan cantik berumur 27 tahun yang menjadi piatu sejak dia masih duduk di kelas V SD.
Suatu ketika, papa Jelita sakit keras dan sebelum meninggal dia meminta putri kesayangannya itu untuk menikah dengan Rico Putra Permana, pria tampan berumur 30 tahun anak dari sahabat papanya dengan maksud agar Jelita ada yang menjaga.
Namun siapa sangka, 2 bulanan setelah pernikahan, Jelita mulai melihat sifat asli suami, mertua dan adik iparnya yang membuat emosi Jelita makin lama makin naik.
Bagaimanakah kisah selengkapnya? Yuk simak novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Baskoro Emosi
"Ya sudah Jef, karena Bu Dewi gak mau ngaku juga, mending langsung kamu bawa saja ke kantor polisi dan penjarakan. Biar tahu gimana rasanya tinggal dengan napi-napi perempuan lainnya," Jelita sengaja menakut-nakuti.
"Jangan Ta, jangan penjarakan aku," Dewi memohon ketika Jefry baru beranjak ingin mendekati wanita itu yang sebenarnya niatnya hanya pura-pura mau menggelandang Dewi.
"Kamu beneran buat masalah lagi, Buk?!" sengak Baskoro karena emosi.
"Maaf Pak, aku tadi nyuri cincinnya Jelita," wanita berumur 48 tahun tersebut akhirnya mengaku namun dengan suara pelan, yang membuat suami dan kedua anaknya kaget.
"Maafkan Ibuk, Ta. Tolong jangan penjarakan Ibuk ya," baru kali ini Dewi mau minta maaf ke Jelita karena takut dipenjara.
"Ya ampun Buuk Buk, kok gak kapok-kapok juga kamu buat masalah dengan Jelita! Otak kamu itu dimana sih, Buk?! Mending aku ceraikan kamu saja lah!" ketus pria berumur 51 tahun itu.
"Jangan Pak, jangan ceraikan Ibuk," pinta Dewi tambah panik.
"Salah sendiri! Goblok kok gak sembuh-sembuh!" semprot Baskoro tanpa sadar sifatnya sendiri seperti apa.
"Kalau Bu Dewi gak mau dipenjara, sini berikan duitnya dan kuncinya," tegas Jelita yang langsung dituruti oleh wanita itu dengan masuk ke dalam kamar untuk mengambil kunci dan sisa uang hasil penjualan cincin lalu diserahkan ke Jelita.
"Kok cuma 800 ribu? Lainnya mana Bu Dewi? Waktu aku beli cincin itu harganya lebih dari 1,6 juta lo ya. Sekalipun dijual tanpa surat pembelian masih bisa itu dihargai 1 juta 200 ribuan," protes perempuan tersebut setelah menghitung uang yang diberikan oleh Dewi.
"Maaf Ta, sisanya sudah aku pakai untuk naik ojek dan beli makanan minuman di warung," istrinya Baskoro masih saja berani berbohong.
"Kayaknya Bu Dewi punya penyakit bohong ya? Memangnya Ibuk tadi ngojeknya berapa kali? Kalau 3 atau 4 kali ngojek dikali 15 ribuan, totalnya gak sampek 75 ribu. Trus Bu Dewi beli makanan dan minuman apa kok harganya bisa 300 ribu lebih?" karena Jelita biasa mengelola keuangan toko, perempuan itu tahu jika Dewi sudah membohongi dia.
Hening, istrinya Baskoro tidak berani memberi jawaban karena uang yang 200 ribu lagi memang dia simpan di saku baju yang ditumpuk di almari pakaian dan tidak rela jika harus dikembalikan ke Jelita karena dasarnya yang mata duitan.
"Oke, karena Bu Dewi masih tetep gak mau jujur, selama kalian masih tinggal di sini, urusan bersih-bersih rumah aku serahkan ke kalian," perempuan cantik itu mulai geregetan.
"Kamu kembalikan sisanya gak, Buk?! Kalau ngeyel Bapak ceraikan kamu beneran lo ya!" ancam Baskoro karena sudah judeg menghadapi sikap istrinya.
Dengan langkah lesu dan mulut cemberut, Dewi pun kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil uang lantas diberikannya ke Jelita dengan hati tidak ikhlas.
"Mending kalian segera pindah dari sini gih, lama-lama aku semakin semremet ngadepi kalian," kata perempuan cantik itu yang langsung ngeloyor pergi ke luar rumah dengan diikuti Jefry.
"Sudah puas kamu Buk mempermalukan keluarga kita lagi?! Bisa-bisanya ya Ibuk maling cincinnya Jelita! Ibuk tadi manggil tukang kunci gitu?!" cecar Baskoro dengan suara ketus.
"Ibuk minta maaf, Pak," timpal Dewi pelan dengan kepala tertunduk.
"Maaf maaf, tapi kok ya masih saja seneng buat ulah!" damprat pria berumur 51 tahun itu.
Tak ingin melihat lebih lama pertengkaran kedua orang tuanya, Rico dan Sisca pun meninggalkan ruang tamu lalu kembali ke kamar masing-masing di lantai atas. Karena marah dengan istrinya, sejak malam itu Baskoro pun tidur di kamar anak lelakinya.
Sementara itu di dalam kamar, perasaan Dewi campur aduk karena dia tidak jadi menikmati duit hasil penjualan cincin Jelita sampai puas. Baru saja dia merasakan enaknya makan sate gule, malah aksinya ketahuan.
Entah terbuat dari apa hati si Dewi hingga tidak berubah lunak juga malah rasa bencinya pada Jelita semakin bertambah. Wanita itu mulai berhalusinasi, andai saja dia lebih kaya dari Jelita, dia bakal memaki-maki perempuan itu.
*
"Trimakasih ya Jef sudah ngrepotin kamu. Akhirnya kamu jadi tahu kayak gimana lucunya keluarga si Rico," ucap Jelita setelah kembali di rumah kontrakan Ratih.
"Gak apa-apa Ta, nyantai saja lagi," sahut Jefry.
"Jadi beberapa hari ini kamu tinggal di sini, Ta?" lanjut polisi muda itu.
"Iya Jef, aku memang sengaja menghindar, soalnya saudara mereka yang dari Kediri datang ke rumahku, tapi aku lihat dari CCTV mereka sudah pulang pagi tadi," balas perempuan cantik tersebut.
"Dan saudara mereka pingin nemui Jelita ternyata karena mau ngutang," celetuk Ratih.
"Kayaknya keluarganya suamimu itu kok bermasalah dengan keuangan ya, Ta?" Jefry berasumsi.
"Bukan kayaknya, tapi memang beneran, Jef," Ratih sudah mendahului sahabatnya dalam memberi jawaban.
"Jangan sebut Rico suamiku lah Jef, gak suka aku. Aku mau menceraikan dia," jujur Jelita yang membuat Jefry kaget.
"Kamu mau menceraikan Rico? Kenapa Ta?" polisi muda itu penasaran.
"Dia sudah mbohongi mendiang Papaku sama aku, Jef. Waktu dia nikah sama aku, ternyata dia punya pacar yang dalam keadaan hamil trus dia suruh aborsi gegara gak jadi nikah sama pacarnya," terang perempuan cantik tersebut yang membuat Jefry tambah kaget.
"Astagaa... Ternyata brengsek bener tuh si Rico. Bisa dilaporkan ke polisi itu Ta kasus aborsinya, biar dipenjara, kalau gak gitu dia gak kapok," ujar polisi itu.
"Aku pernah nakut-nakutin dia begitu Jef, tapi kalau nglaporin dia beneran ke kantor polisi aku masih belum tega, kasihan sama Elvira nya yang jadi korban," tutur Jelita apa adanya.
"Kamu sudah pernah ketemu sama pacarnya Rico?" tanya Jefry.
"Bukan cuma pernah ketemu, tapi dia aku suruh tinggal di sini untuk sementara waktu karena aku butuh dia untuk proses perceraianku," jelas perempuan itu.
"Ya sudah Ta kalau begitu, kamu yang sabar ya. Keputusanmu untuk menceraikan dia sudah tepat," polisi tersebut memberi dukungan.
Obrolan mereka terhenti sejenak karena HP Jefry berbunyi yang ternyata istrinya menyuruhnya untuk segera pulang kalau urusannya dengan Jelita sudah selesai.
"Oh ya Jef, ini sebagai ucapan trimakasihku, bisa untuk beli kebutuhan bayimu," kata Jelita seraya menyerahkan 2 lembar uang berwarna merah.
"Yaelah Ta, kayak sama siapa saja, mending kamu simpen saja uangmu. Lagian aku kan bukan orang yang kekurangan uang," tolak Jefry terus terang.
"Songong kamu, Jef. Iya iya kita percaya kalau kamu anak orang kaya," sindir Ratih.
"Sudah ya aku tak pulang sekarang."