Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08. Kamu Masih Gadis? 21+
Dirga menatap Gista dengan lekat. Namun, sedetik kemudian pria itu berlalu begitu saja.
Entah apa yang ada di pikiran gadis itu? Sehingga dengan berani menawarkan bantuan pada pria yang sedang dalam pengaruh obat perang-sang.
“Pak.” Gista mendahului langkah Dirga, dan berhenti di depan pria itu.
“Minggir, Anggista. Jangan kurang ajar kamu.” Sentak Dirga.
Namun Gista begitu keras kepala. Ia bergeming di tempatnya.
“Biarkan saya menolong bapak.” Ucap gadis itu lagi. Kali ini lebih berani.
Dirga sudah begitu baik memberikan pinjaman uang senilai seratus lima puluh juta tanpa perjanjian hitam di atas putih dan jaminan apapun. Sekarang, saatnya Gista membalas kebaikan pria itu.
“Jangan sembarang bicara, Anggista. Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan?” Dirga menatap gadis itu dengan nyalang.
Kepala Gista mengangguk pelan. “B-bapak bisa menggunakan tubuh saya.” Ucapnya terbata.
Dirga mencebikkan bibirnya. “Apa kamu begitu ingin tidur dengan saya? Sejak kemarin kamu terus saja menawarkan tubuh kamu. Atau kamu mau menjebak saya?”
Gista menggeleng pelan. Ia tidak berpikiran seperti itu. Hanya merasa iba melihat keadaan Dirga.
“Saya hanya kasihan melihat pak Dirga seperti ini. Pasti sangat tersiksa. Dan lagi, bapak sudah mau membantu saya membayar hutang. Tidak ada salahnya jika sekarang giliran saya yang menolong bapak.” Gadis itu berusaha menjelaskan dengan pelan.
“Kamu tau saya kesakitan? Apa kamu sudah pernah berpengalaman dengan obat si-alan ini?” Cibir pria itu.
“Semua orang dewasa pasti tau pengaruh obat itu, pak.” Jawab Gista dengan cepat.
Dirga perlahan mendekatkan tubuhnya pada gadis itu. Yang membuat Gista mematung di tempatnya.
“Tetapi saya tidak mau tidur dengan gadis pera-wan, Anggista.” Bisiknya tepat di telinga Gista, dan membuat tubuh gadis itu meremang.
Dirga kemudian melangkah melewati gadis itu. Lalu menenggelamkan dirinya di dalam bak mandi.
‘Kasihan sekali pak Dirga. Siapa yang tega menjebak pria baik itu?’ Monolog batin Gista.
Ia terus mengamati, sampai berapa lama sang atasan akan bertahan di dalam air seperti itu.
Sepuluh menit berlalu.
“Rupanya kamu keras kepala juga, Anggista.” Ucap Dirga saat melihat Gista masih betah berdiri di dalam kamar mandi.
Pria itu kemudian keluar dari dalam bak mandi. Gista dengan sigap memberikan jubah mandi untuk atasannya itu.
“Anda bisa sakit jika terus berada di dalam air, pak.” Ucap gadis itu.
“Pergi, Anggista. Saya tidak perlu rasa kasihan dari kamu.” Dirga mengambil paksa jubah mandi dari tangan Gista.
“Biarkan saya membantu pak Dirga.” Ucap gadis itu sekali lagi.
“Sudah saya katakan, saya tidak tidur dengan gadis per—
“Saya sudah berpengalaman, pak.” Potong Gista dengan cepat. Tentu itu hanya dusta. Ia bahkan tidak pernah berpacaran sebelumnya.
Dirga yang hendak melepaskan kancing kemejanya, denga cepat membuang jubah mandi di tangannya.
“Kamu mau membodohi saya?” Tanya sembari mendekat pada Gista.
Gadis itu menelan ludah dengan kasar. Ia berusaha untuk tidak gemetar, agar Dirga yakin pada ucapannya.
“Untuk apa saya membodohi, pak Dirga?” Dengan lancang Gista melingkarkan kedua tangan pada leher pria yang lebih tinggi darinya itu.
Meski jantungnya kini berdetak sangat cepat. Namun Gista tidak boleh mundur. Ia harus membantu Dirga menghilangkan pengaruh obat jahanam itu.
Gista tau, apa resiko yang akan diterima jika ia tetap nekat menyodorkan diri. Tak masalah, itu juga tidak sebanding dari kebaikan yang di berikan Dirga padanya. Anggap saja uang muka atas pinjaman yang pria itu berikan.
“Ternyata kamu sangat pemberani.” Desis Dirga yang kemudian mengangkat tubuh Gista ke dalam gendongannya.
Gadis itu memejamkan mata dengan kuat. Ia melingkarkan kedua kaki pada pinggang pria tampan itu. Gista takut terjatuh. Karena sekarang Dirga dalam pengaruh obat.
“Aw.”
Gadis itu memekik ketika tubuhnya terlempar di atas ranjang empuk milik Dirga. Pria itu kemudian menarik paksa tas selempang yang membelit tubuh Gista lalu melemparnya sembarangan.
Gista kembali menelan ludah dengan kasar ketika Dirga merangkak di atas tubuhnya.
“Kamu sudah berpengalaman?” Tanya pria itu dengan suara parau dan tatapan sayu.
Entah kenapa hal itu membuat Gista seolah terhipnotis. Tanpa sadar kepalanya mengangguk pelan.
“Saya sangat tersiksa, Anggista. Mereka sepertinya memberikan obat dosis tinggi pada minuman saya.” Jelas pria itu. Wajahnya perlahan turun. Mengidu aroma tubuh Gista.
Mata Gista mengerejap beberapa kali. Sungguh ia belum pernah di perlakukan seperti ini oleh seorang pria. Dan gadis itu tidak pernah membayangkan akan melakukannya dengan sang atasan.
\~\~\~
Kepulan asap rokok memenuhi sudut kamar dengan pencahayaan temaram itu. Dirga sedang duduk di atas sofa, menatap nyalang ke arah gadis yang sedang terkapar tak berdaya di atas tempat tidur miliknya.
Dirga mencebikan bibir. Ia telah ditipu oleh gadis bernama lengkap Anggista Anggraini itu. Yang mengaku telah berpengalaman di atas ranjang, namun nyatanya masih pera-wan.
“Si-al.”
Entah berapa kali sudah umpatan kasar itu terucap dari bibir Dirga. Ingatan pria berstatus duda itu kembali pada beberapa saat lalu, ketika ia dan Gista berbagi peluh bersama.
“Kamu masih gadis?” Tanya Dirga saat hendak menyatukan inti tubuh mereka, setelah melakukan serangkaian pemanasan. Dan keduanya telah terbakar oleh api asmara.
Namun pria itu kesusahan. Tidak seperti bersama dengan mantan istrinya dulu yang sudah berpengalaman. Ia yakin jika Gista belum pernah melakukan hubungan badan sebelumnya.
Kepala Gista menggeleng pelan. Namun Dirga tidak percaya begitu saja. Ia lebih percaya dengan apa yang di rasakan oleh inti tubuhnya di bawah sana.
“Jangan berbohong lagi, Anggista.” Dirga hendak melepaskan pertautan mereka. Namun kedua tangan Gista menekan bokong pria itu dengan keras.
Mata Dirga membola sempurna. Bersamaan dengan gadis itu yang memekik kencang.
Si-al.
Dirga telah melanggar prinsipnya untuk tidak berhubungan badan dengan seorang pera-wan. Malam ini, untuk pertama kali dalam hidup, pria itu melakukannya dengan Gista.
“Enghh.”
Lenguhan dari bibir Gista menyadarkan lamunan Dirga. Pria itu kemudian mematikan rokok di dalam asbak yang berada di atas meja.
Ia berdiri. Mengikat tali jubah mandi pada pinggangnya. Kemudian berjalan menuju ranjang.
“Berani sekali kamu menipu saya, Anggista.” Ucapnya penuh amarah.
Meski dalam pengaruh obat perang-sang, namun Dirga masih sadar sepenuhnya. Ia tidak mabuk. Pria itu memiliki toleransi tinggi terhadap alkohol. Hanya hormon testosteron nya yang meningkat.
Tangan pria itu bergerak menyibak selimut yang menutupi tubuh polos Gista. Ia kemudian bergabung di samping gadis itu.
“Tidurlah, Anggista. Saya akan memberikan perhitungan pada kamu besok.” Ucapnya sembari menatap punggung gadis itu.
“Kakak bisa membunuhku jika mengetahui apa yang aku lakukan dengan sahabat istrinya.” Gumam pria itu lagi.
...****************...
semoga kamu bisa cepet bayar utang ke Dirga
pergi dan carilah kebahagiaan kamu sendiri
syukur2 Dirga merana di tinggal kamu
tetap semangat ya gistaaaa💪😊