"Aku akan mengingat wajah kalian semua, Dan tunggu pembalasanku!" Ucap Chen Long sebelum kematiannya..
Jiwanya melesat dan bermigrasi ke tubuh bayi yang baru meninggal dan dia susupi, Hingga bayi dan jiwanya dapat hidup kembali
Ambisinya terpantik untuk menjadi Dewa Pedang yang tak terkalahkan bersama dengan ingatan masa lalu tentang Kitab Pedang Dewa dengan mengukir namanya dalam legenda yang tak terlupakan, Long Chu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chen Long/Long Chu
Sepuluh tahun berlalu.
Seorang pemuda dengan rambut tergerai dengan peluh yang sebesar biji jagung, dia tak henti mengayunkan tangannya dan kakinya untuk memukul dan menendang satu pohon kayu.
Pohon Kayu itu sudah sedari kecil dia pukul. Entah harus berapa lama lagi waktu yang diperlukan untuk mengakhiri pertarungannya dengan kayu yang hanya diam saja itu.
Seorang Nenek Yang sudah renta memandang pemuda yang berlatih itu dengan duduk santai digubuknya sambil menjuntaikan kaki ketanah.
Setelah melihat pemuda itu berhenti dan meniup tangannya yang terluka, dia segera berkata "Jangan malas untuk memukulnya Cucuku, Pukul saja Pohon itu sesuka hatimu, Pukul untuk melampiaskan kekesalanmu terhadapku" Ucapnya terkekeh.
Dia pun melanjutkan pukulan dan tendangan sambil menyahut "Apakah harus menumbangkan pohon ini baru aku bisa berhenti memukulinya Nek? Apa Nenek tidak kasian dengannya? bukankah Nenek bilang semua yang hidup itu perlu disayang?i" Tanyanya dengan polos sambil mengontrol nafas yang terengah. Tapi tanpa mengurangi ritme pukulan serta tendangan yang dia berikan kepada pohon itu.
Dia masih kecil, Namun tidak sependek anak seumurannya. Jika dilihat sekilas, Maka orang akan mengira umurnya sudah Lima belas Tahun.
Dengan pelatihan yang cukup keras yang dilakukan olehnya setiap hari, membuat seluruh ototnya tumbuh dengan sempurna.
"Jangan terlalu banyak bertanya, Nanti kau akan menjadi bodoh!" Nenek Zhou melototkan matanya sebentar lalu masuk kedalam Gubuk.
Long Chu masih melakukan aksinya memukul dan menendang, Meski sudah tidak diperhatikan lagi oleh Nenek Zhou.
Hingga petang datang menutup cahaya yang terang, Menggantinya dengan cahaya bulan yang redup. Pemuda itu bersandar di batang pohon yang dia pukul untuk menghilangkan penat dan sakit pada tangan dan kakinya.
Long Chu menyeka keringat yang berlebihan didahinya. dua tarikan nafas setelahnya, Dia segera berdiri dan berlari ke aliran sungai dan langsung melompat dengan pakaian lengkap.
Cukup lama mandi, dia berenang ke hulu untuk mencapai air terjun dan duduk dibawahnya. Lalu dia bermeditasi untuk mengingat lembar tentang penguasaan hati dari Kitab Pedang Dewa..
Dulu dia melewatkan beberapa Bab yang dianggapnya tidak penting. Karna tubuhnya yang dulu cukup berisi, Dengan sengaja dia melompat ke Bab yang lainnya, untuk mempercepat pelatihannya.
Namun, Sekarang dia tidak ingin lagi melakukan kesalahan itu. Melainkan dia memulai dari awal Bab dan berlatih sesuai arahan Kitab, Jika tidak selesai satu tahap. Dia akan terus mengulang tahapan itu.
Ingatannya tentang kitab itu sudah terbangun ketika dia berumur Lima tahun, Sudah lima tahun berlalu, Kini dirinya sudah berada pada Akhir Bab pertama, Pelatihan tubuh.
Dan itu sangat cocok dengan latihan yang telah diberikan oleh Nenek Zhou, Dia mengeluh hanya untuk tidak dicurigai saja dan berpura-pura tidak tau kegunaan fisik yang kokoh. Karna tak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya,
Bahwa Long Chu kecil yang asli sudah lama mati. Dan yang kini ada, adalah Chen Long yang bergelar Raja Pedang yang bermigrasi mengisi kekosongan jiwa pada tubuh mungil itu...
Dia mengingat kembali Bab ke dua dari Kitab Pedang Dewa. dia harus melakukan meditasi Untuk mendapatkan ketenangan hati dan menambah konsentrasi.
Suara jangkrik yang saling bersahutan pun tak terdengar Lagi. Karna dia sudah memasuki ketenangan batin.
Di Bawah pohon yang rindang seseorang bersembunyi. Dia adalah Nenek Zhou yang selalu memperhatikan apa yang dilakukan oleh Long Chu.
Bahkan setiap malam dia berada disana untuk menjaga cucunya itu dari gangguan binatang buas atau apapun yang akan mendekati ke arah Long Chu kecil. Sudah sejak Lima tahun yang lalu, Hal itu dilakukan tanpa sepengetahuan Long Chu.
"Aku tidak tau, Apa yang membuatmu berlatih setiap malam dibawah guyuran air terjun? Entah pemahaman dari mana itu, namun aku akan selalu menjagamu dalam diam. Tidak banyak ilmu yang dapat ku berikan kepadamu, Karna aku bukanlah pendekar hebat. Aku hanya bisa mengajarimu untuk menjaga diri dengan beberapa teknik pukulan tangan kosong, setidaknya agar kamu tidak ditindas oleh orang lain jika kau berbaur dengan manusia lainnya" Gumamnya lalu mengingat pertemuannya dengan bocah kecil itu....
Mentari pagi memberikan cahayanya, menghantam kelopak mata Long Chu, Dia segera membuka matanya dan mengarahkan lengannya ke wajah untuk menutupi silau yang mengganggu pandangannya.
"Sudah pagi rupanya! Semoga Nenek Zhou belum bangun dan aku harus mencari kayu bakar dan juga ikan untuk makan" Gumamnya
Long Chu berjalan cepat dan dia melihat pohon seukuran ibu jari kakinya dia pun menebang dengan pisau kecil yang selalu berada di pinggangnya, Pisau itu adalah pemberian dari Neneknya untuk jaga-jaga dan kadang digunakannya untuk membunuh macan atau binatang lainnya.
Dia membuat ujung pohon yang ditebangnya itu sedikit runcing, Lalu berjalan ke sungai yang dia sudah hafal disana banyak ikannya. Namun juga ada buayanya.
Dia berdiri diatas ranting pohon dengan sangat Tenang, Bahkan ranting itu tidak bergoyang sedikitpun menyandang berat badannya. Jika dipikirkan dengan logika, Itu agak tidak masuk akal. Namun itulah kenyataannya sekarang. Dia menguasai ilmu meringankan tubuh yang di ajarkan oleh Nenek Zhou secara sempurna.
Bahkan terkadang Nenek Zhou bingung, Mengapa bocah kecil itu begitu cakap dalam bela diri?
Tatapan tajamnya menyapu air yang tenang itu dan menfokuskan pada gerakan-gerakan halus ikan yang berenang. Ketika sudah mengunci buruannya, segera dia melompat. Air yang tenang langsung menyembur.
Buzzz! Tiga ikan langsung tertusuk pada tombak buatan sederhana itu.
"Hahaha aku memang ahli dalam menangkap ikan." Dia tertawa senang lalu keluar dari air dengan segera berenang cepat. Takutnya ada buaya besar yang merasakan keberadaannya. Biar bagaimanapun tubuhnya masih kecil, Walau memiliki ingatan orang tua.
Long Chu naik ke permukaan dan membersihkan ikan lalu membawanya pulang dengan memanggulnya dibahu dan berjalan melenggok.
"Nek! aku bawa ikan untuk kita makan" Teriaknya dari luar gubuk dengan penuh semangat.
"Bakar saja, Jangan lupa diberi bumbu!" Ucap Nenek Zhou dari dalam gubuk dengan sedikit batuk. Dia sudah semakin tua.
Tidak banyak orang yang mampu hidup ratusan tahun di dunia ini. Dan salah satunya adalah Nenek Zhou, Entah apa yang membuatnya memiliki umur yang panjang.
Long Chu kecil selesai memasak ikan bakar dan membawanya ke dalam Gubuk..
"Nek! Apa yang terjadi kepadamu? Mengapa ada darah di lantai?" Chen Long panik melihat darah itu. Dia segera berdiri dan mengambil kain untuk mengepel lantai.
"Waktu Nenek mungkin sudah tidak banyak lagi" Ucapnya dengan mata yang sayu memandang ke arah Long Chu. Dia mengayunkan tangannya untuk menyentuh pipi cucu angkatnya itu.
Long Chu mendekat agar memudahkan Nenek Zhou untuk mengelus pipinya, Hal yang selalu dilakukan oleh Nenek Zhou ketika dia sakit.
"Jangan tinggalkan aku Nek! Nanti aku sama siapa? Aku kan masih kecil" Ucap Long Chu sedih. Entah kenapa hari ini air matanya tidak bisa dia tahan dan itu langsung terurai..
Meskipun jiwanya adalah jiwa orang tua yang juga hidup ratusan tahun. Tapi melihat orang yang merawatnya akan menghembuskan nafas terakhir. Membuat pilu hatinya.