Apa arti hidup bagi Ashkar...
Sepanjang perjalanan di kehidupan ini, tidak ada hal baik terjadi...
Seakan dunia tidak pernah menerima dirinya...
Keadilan tidak pernah datang untuk menyelamatkan...
Dan orang-orang hanya menganggap bahwa hidupnya adalah kesalahan...
Memang apa yang salah dengan hidup sebagai seorang pengangguran...
Hingga kematian datang dan iblis memberi penawaran...
"Bantu kami mengalahkan para pahlawan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Miras
Malam hari... Ashkar menyelinap keluar dari asrama, berjalan melewati pusat desa yang sudah ramai dipenuhi oleh iblis pejantan dan betina untuk melakukan simbiosis mutualisme.
Api unggun sudah menyala. Menerangi malam gelap bagi penduduk desa Ers han, setelah seharian bekerja dan berburu.
Dimana para betina mulai merayu pejantan untuk mencari uang dan para pejantan memberi uang demi melampiaskan syahwat kepada betina.
Hal ini sudah menjadi kebiasaan wajar di kehidupan sehari-hari para iblis dan tak ubahnya seperti bernafas, pergi ke jamban atau semacamnya.
Ashkar berjalan sedikit lebih jauh, menghindar dari perhatian iblis lain, bagaimana pun juga, dia masih terhitung sebagai iblis muda dibawah umur.
Meski tidak ada larangan untuk ikut dalam meriahnya pesta dikalangan iblis dewasa, namun kewajiban iblis muda adalah menaati peraturan pada jam tidur mereka.
Terlebih lagi, sekarang bukan waktunya bagi Ashkar bersenang-senang, dia segera menuju sungai yang akan menjadi tempat pertemuan dengan Reu.
Sungai memang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup, desa Ers han telah mengamankan wilayah sungai di sekitar sebagai tempat mandi, minum dan lain-lain, termasuk buang hajat.
Jadi tidak perlu khawatir soal keselamatan, artefak penangkal binatang buas membuat siapa pun tetap aman, selama berada di lingkungan desa.
Barulah Ashkar berjalan beberapa langkah setelah menyaksikan kegiatan para iblis di pusat desa, sebuah suara memanggil.
"Bocah... apa yang... sedang kau lakukan disini." Ashkar cukup asing dengan suara itu.
Begitu pula nada suaranya pun terdengar aneh, hingga saat Ashkar berbalik dia bisa melihat, kalau sosok iblis bertubuh besar dengan otot kekar disana adalah Haza.
"Tuan Haza, selamat malam." Ashkar sopan memberi salam.
Sebuah kendi di genggaman tangan Haza tumpah masuk ke dalam mulut dalam sekali teguk, itu adalah Miras, air ajaib yang bisa menghilangkan segalanya, dari mulai akal sehat, rasa malu, sopan santun, tata krama, dan hilang pula kebahagiaannya.
"Ini... sudah malam, bocah seperti mu, bepergian keluar sendirian... apa kau mau jika nanti... diculik oleh tante girang." Cara bicara Haza terdengar ngawur dan tidak beraturan.
"Jika memang seperti itu. Aku malah sedikit mengharapkan nya."
"Hahahaha... Kau aneh, tapi aku suka... dengan cara berpikir mu.... Kemarilah, aku ingin kau menemaniku... minum."
"Maaf, tidak terimakasih, aku memiliki hal lain untuk dilakukan."
"Jangan buat ku marah..." Haza secara paksa menarik tangan Ashkar dan membawanya duduk di sebelah.
Ashkar tidak bisa menolak, jika benar-benar Haza akan marah, itu jelas menjadi masalah besar yang tidak bisa di hentikan oleh siapa pun.
Ketika Ashkar melihat Haza untuk pertama kalinya di acara kemenangan hari itu, dia bisa merasakan betapa kuat fisik iblis yang berhasil kembali hidup-hidup dari medan peperangan.
Lekuk otot lengan, dada, perut, bahu, pinggang, punggung dan kaki, semua terbentuk sangat baik, tak ubahnya seperti seorang binaragawan yang selalu melakukan olahraga secara ekstrim demi mendapat tubuh kekar.
Jari jemari Haza yang sebesar pisang Ambon pun mencengkram pundak Ashkar dengan keras, jika bukan karena kekuatan istimewa dari fisik Ashkar, iblis lain sudah bisa dipastikan pundaknya akan bengkok sebelah.
"Kau harusnya tahu, seberapa banyak waktu yang aku perjuangkan untuk menjadi kuat..."
"Ya, aku sudah mendengar itu."
"Tapi, kenapa... Setelah semua perjuangan ku hingga sekarang, tetap kalah, oleh mereka yang memiliki berkah dan keistimewaan..." Ucap Haza tersedu-sedu.
Dia pun kembali menenggak miras dari selusin yang ada disampingnya.
"Begitulah dunia, aku pun pernah merasakan demikian." Jawab Ashkar atas dasar kehidupannya di masa lalu.
"Apa oang tua itu tidak tahu, kalau aku melakukan semua ini demi desa Ers han, tapi kenapa aku tidak pernah menjadi seperti yang dia inginkan." Kesedihan Haza semakin menjadi-jadi.
Ashkar yang tidak bisa bergerak, hanya mengatakan..."Itu benar."
Selebihnya, dia cukup mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda setuju.
"Aku melihatnya sendiri, merasakan betapa mengerikannya peperangan, kami saling bunuh, tidak ada belas kasih, tidak peduli siapa dan kenapa, mereka yang ada di depan mata adalah musuh, jika kita kalah, maka kematian sudah pasti datang."
Bercerita tentang peperangan, dimana pun dia hidup, entah bumi atau Dios, peperangan akan selalu hadir membawa kehancuran untuk semua makhluk.
"Tapi aku berhasil pulang dengan selamat loh, dan juga aku membawa kemenangan untuk desa Ers han loh, harusnya orang tua itu tahu seberapa pantas aku menerima posisi sebagai calon kepala desa Ers han."
Haza yang mabuk mengeluh dan terus mengeluh tentang ketidakadilan dalam kehidupannya.
Semua kerja keras demi mengharumkan nama desa Ers han, kalah oleh keistimewaan yang Hoza miliki.
"Aku tahu perasaan itu Tuan Haza, kita yang hanya hidup berbekal kerja keras dan pantang menyerah, tidak pernah bisa mengalahkan mereka dengan bakat dan keistimewaan. Tapi satu hal pasti dari ini semua adalah kerja keras akan menjadi bukti nyata bagaimana kita menjalani hidup." Ashkar memberi sedikit motivasi.
Haza yang sebelumnya tersedu-sedu kini tertawa terbahak-bahak, menepuk pundak Ashkar dengan keras tanpa sedikit pun mengurangi kekuatan.
"Aku suka dengan cara bicara mu, siapa nama mu bocah." Tanya Haza.
Ashkar pun tidak keberatan untuk memperkenalkan diri..."Aku... Aku Ash, Ash kar."
Tidak lama berselang, datang satu sosok lain ke tempat mereka berdua yang saling berbincang.
"Ash, kenapa kau disini ?." Saut iblis tersebut.
Dia pun sadar jika Ashkar tidak sendirian, satu iblis bertubuh kekar berada di sebelah dengan menenggak botol miras dalam sekali teguk.
Ketika mendengar suara familiar yang menyapa dari samping pondok kayu, Ashkar menolehkan wajah ke arahnya.. "Tuan Rug..."
Tentu tidak banyak iblis lain mengenal Ashkar, hanya Rug yang cukup santai dan tersenyum ramah ketika melihatnya berkeliaran di sekitar pusat desa, terlebih duduk bersama dengan iblis beraura kuat.
"Kenapa kau bersama Tuan Haza ?." Tanya Rug.
"Ada banyak hal terjadi... Tapi sebenarnya aku hanya sekedar mencari udara segar karena kesulitan tidur dan tanpa sengaja Tuan Haza memaksaku untuk menemaninya ." Ashkar beralasan.
"Kalian berdua saling kenal ?."
"Tentu, karena bagaimana pun Tuan Rug yang membawaku ke desa ini."
"Oh begitu kah ..." Tuan Haza kembali tertawa.
Para pemabuk selalu saja lupa diri, dia yang sejak awal menangis dengan keluhan soal keputusan kepala desa Han Huo, kini tertawa terbahak-bahak untuk alasan tidak jelas.
Tapi hubungan antara Haza dan Rug, bisa dibilang cukup akrab, karena di masa-masa pelatihan Rug sebagai iblis pemburu dia berada dibawah bimbingan Haza.
Haza berdiri, membenahi pakaian serta mengemas kembali semua botol miras yang tersisa ...."Baiklah Ash, sekarang sudah waktunya aku pulang. Mungkin kita akan bertemu lagi nanti."
"Tentu tuan Haza."
Pertemuan ini terasa aneh bagi Ashkar, namun ketika dia mengenal kepribadian Haza, Ashkar cukup memahami, bahwa iblis yang begitu terkenal akan kekuatan serta ketekunannya dalam berlatih, hanya bisa mengeluh dalam kesendirian.
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...