NovelToon NovelToon
Guruku Adalah Pacarku

Guruku Adalah Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Teen Angst / Idola sekolah
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

GURUKU ADALAH CINTAKU, BIDADARI HATIKU, DAN CINTA PERTAMAKU.

******

"Anda mau kan jadi pacar saya?" Seorang pria muda berjongkok, menekuk satu kakinya ke belakang. Dia membawa sekuntum mawar, meraih tangan wanita di hadapannya.

Wanita itu, ehm Gurunya di sekolah hanya diam mematung, terkejut melihat pengungkapan cinta dari muridnya yang terkenal sebagai anak dari pemilik sekolah tempatnya bekerja, juga anak paling populer di sekolah dan di sukai banyak wanita. Pria di hadapannya ini adalah pria dingin, tidak punya teman dan pacar tapi tiba-tiba mengungkapkan cintanya ... sungguh mengejutkan.

"Saya suka sama anda, Bu. Anda mau kan menerima cinta saya?" lagi pria muda itu.

"Tapi saya gurumu, Kae. Saya sudah tua, apa kamu nggak malu punya pacar seperti saya?"

Sang pria pun berdiri, menatap tajam kearah wanita dewasa di hadapannya. "Apa perlu saya belikan anda satu buah pesawat agar anda menerima cinta saya? saya serius Bu, saya tidak main-main,"

"Tapi..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 31. Mimpi Kaesang

Huhuhu ...

Di dalam kamarnya, air mata Tyas tak henti mengalir. Dia merasa kecewa dengan kedua orang tuanya yang terus saja mendesaknya untuk menerima cinta Daniel dan menikah dengannya.

Kedua orang tuanya memang baik dan sayang kepadanya tapi mereka juga cukup egois. Mereka menuntut Tyas agar segera menikah walaupun kenyataannya Tyas masihlah berumur dua puluh lima tahun. Masih cukup muda.

Dulu sebelum Daniel muncul kedua orang tua Tyas ingin menjodohkan Tyas dengan anak teman mereka. Tapi itu gagal setelah Tyas dengan tegas mengatakan kepada teman orang tuanya jika dia tidak ingin dijodohkan.

Berulang kali kedua orang tuanya ingin menjodohkan Tyas dengan anak teman mereka. Tapi Tyas menolak sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang pria yang menjadi mantan kekasihnya.

Saat itu dia memang mencintai pria itu, Cinta pertamanya. Tapi beberapa bulan setelah mereka jadian dia mendapati jika pria itu berselingkuh dengan wanita lain. Luka itu menganga, kepercayaan pada cinta pun sirna. Kekecewaan mendalam menyelimuti Tyas, hingga ia memilih untuk menutup diri, enggan lagi membuka hati untuk siapa pun.

Sampai suatu hari, teman dari masa kuliahnya, Daniel muncul kembali. Daniel, yang menyimpan rasa cinta pada Tyas sejak lama, terus mengutarakan perasaannya. Namun, Tyas, yang tak merasakan hal yang sama, terus menolak.

Kini di dalam tangisnya, Tyas mengutak-atik ponselnya, ingin menghubungi Kaesang. Saat ini hanya Kaesang yang dia cintai. Meskipun Kaesang bukanlah cinta pertamanya, tapi dia mencintainya. Hanya Kaesang yang mampu memahami dirinya dan membuatnya merasa nyaman.

Tak lama berselang, setelah Tyas berusaha menghubungi Kaesang, panggilannya pun diangkat. Suasana di sekeliling Kaesang terasa hening, sepertinya ia sudah berada di apartemennya.

Tyas: Yang

Air mata Tyas masih mengalir deras, membasahi pipinya. Hidungnya tersumbat, membuatnya sesak napas. Suara tangisnya terengah-engah, terdengar pilu di telinga Kaesang yang berada di seberang sana. Rasa khawatir mulai merayap di hatinya.

Kaesang: Dear, kamu lagi nangis? Kenapa, Dear? ada apa?

Kaesang terlihat sangat khawatir mendengar Tyas menangis. Selama pacaran, baru kali ini dia melihat Tyas menangis sejadi-jadinya. Biasanya, hanya air mata yang menetes, atau sekadar sedih, tak pernah seperti ini.

Tyas: Yang, Aku pengen nginep di apartemen kamu malam ini. Aku nggak mau tidur di rumah

Kening Kaesang berkerut mendengar kata-kata Tyas. Tiba-tiba saja Tyas ingin menginap di apartemennya. Meskipun sebenarnya juga senang, karena dia bisa berduaan dengan Tyas.

Kaesang: Ah, ehm kamu ada masalah ya? Kenapa? Kamu dimarahin orang tua kamu?

Dari nada suaranya Kaesang terdengar marah, dia tidak bisa melihat orang yang ia cintai menangis seperti ini. Tapi dia berusaha menahan amarahnya dan bersikap tenang.

Tyas: Huhuhu, Yang bawa aku ke apartemen kamu. Aku mau ketemu kamuuu

Suara Tyas terdengar manja, seperti anak kecil yang merengek minta mainan kepada orang tuanya tapi orang tuanya tidak mengizinkannya.

Kaesang: Oke, Dear, aku jemput kamu ya, kamu mau di jemput dimana? Kalo di depan rumah nanti ketauan orang tua kamu dong. Kamu mau aku jemput di pertigaan aja?

Kaesang langsung siap untuk menjemput Tyas. Sepertinya Tyas sedang sangat membutuhkan pelukannya. Sedari awal menelpon hingga saat ini Tyas tidak henti menangis. Kaesang semakin ingin bertemu dengan Tyas dan menenangkannya.

Tyas: Nggak, jemput di depan rumah aja. Nanti jemput aku jam sepuluh ya, nunggu orang tuaku tidur dulu. Mereka lagi di depan sekarang. Aku ngambek, aku ngurung diri di dalam kamar

Alis Kaesang terangkat, matanya membulat tak percaya.

Kaesang: Oke, Dear nanti aku jemput jam segitu. Kamu nggak mau cerita sama aku marahnya kenapa? cerita aja kalo mau cerita, aku siap dengerin

Tyas menyeka air matanya yang mengalir dengan tangannya.

Tyas: Nanti aja kalo di apartemen aku bakal cerita. Aku juga mau cerita ke kamu sesuatu. Ini soal Daniel

Wajah Kaesang langsung berubah muram setelah nama Daniel disebut.

Kaesang: Kalo nggak penting nggak usah, Dear. Males aku dengerin cerita soal dia. Aku tuh selalu cemburu, marah setiap kali kamu sebut nama dia. Kalo nggak penting mending nggak usah!

Nada bicara Kaesang sedikit meninggi, seakan ingin menekankan ucapannya. Di seberang sana, Tyas terdengar menghela napas kas4r.

Tyas: Maaf ya, Yang kalo seumpama aku secara sengaja atau nggak sengaja udah bikin kamu marah dan cemburu. Aku bener-bener nggak bermaksud

Kaesang: Iya nggak papa. Jadi apa yang mau kamu ceritain soal dia?

Kaesang terdengar malas, tapi penasaran juga.

Tyas: Ada sesuatu hal. Ini berhubungan sama kenapa orang tuaku suka banget sama Daniel dan dukung aku banget buat nikah sama Daniel

Kaesang mengerutkan keningnya.

Kaesang: Oh, awalnya gimana emang?

Tyas menarik ingusnya kuat-kuat.

Tyas: Nanti aku cerita ya, Yang. Sekarang aku mau ganti baju dulu. Kamu tutup aja teleponnya, nanti aku telepon balik

Kaesang mengakhiri panggilan itu, meletakkan ponselnya di ranjang. Matanya tertuju pada jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan malam. Kurang satu jam lagi, dia akan menjemput Tyas.

Pukul sepuluh malam, Kaesang meluncur dengan mobilnya menuju rumah Tyas. Dia sangat tidak sabar untuk segera membawa Tyas menginap di apartemennya.

Sesampainya di depan rumah Tyas, Kaesang melihat Tyas sudah berdiri di depan pagar, membawa tas ransel. Kaesang menghentikan mobilnya dan menurunkan kaca jendela.

"Udah nunggu lama, Dear?" tanya Kaesang, senyumnya mengembang saat melihat Tyas. Tyas langsung membuka pintu mobil dan masuk, lalu dengan cepat memasang sabuk pengamannya. Tatapannya beralih ke Kaesang, senyumnya merekah.

"Nggak kok, baru aja. Yuk kita berangkat sekarang. Nanti keburu orang tuaku bangun," Tyas khawatir orang tuanya bangun. Tadi dia pergi diam-diam. Tanpa pamit mereka.

"Kamu nggak ijin sama mereka kalo kamu mau nginep di tempat aku?" tanya Kaesang, alisnya sedikit mengerut. Tyas menggeleng pelan, dia memalingkan wajahnya kearah jendela.

"Kalo aku ijin juga pasti nggak diijinin lah, Yang. Aku pergi diam-diam, nggak pamit sama mereka." kata Tyas. Alih-alih menghentikan mobilnya dan bertanya, Kaesang malah mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai di apartemen.

Tak lama kemudian, mereka tiba di apartemen mewah milik Kaesang. Kaesang segera mengajak Tyas masuk dan duduk di atas ranjang.

Kaesang menyusul dan duduk di samping Tyas, tubuh mereka terbungkus selimut yang sama, bersandar nyaman di kepala ranjang. Tyas menyandarkan kepalanya di bahu Kaesang, jari-jari mereka saling bertaut erat.

"Dear, kalau kamu mau nangis, nangis aja nggak papa kok." Kaesang mengelus lembut kepala Tyas yang bersandar di bahunya. Air mata Tyas menetes perlahan, membasahi bahu Kaesang.

Dengan perlahan, Tyas menyeka air matanya, menyembunyikan wajahnya di lengan kekar Kaesang. Setelah merasa jauh lebih baik, Tyas menegakkan tubuhnya, matanya berkaca-kaca.

"Yang," lirih Tyas, suaranya sedikit serak.

"Hmm," jawab Kaesang.

"Sebenarnya bukan orang tuaku yang pengen jodohin aku sama Daniel." kata Tyas. Kaesang terkejut, dia mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Tyas.

"Terus?" tanya Kaesang.

Tyas menghela nafas panjang. "Daniel yang berusaha buat yakinin orang tuaku dan buat mereka menuruti keinginannya." jawab Tyas, matanya sendu, menoleh ke arah Kaesang yang sedari tadi menatapnya.

Kaesang semakin penasaran. "Hah? keinginan apa?" tanya Kaesang.

Tyas menjawab. "Dia berusaha keras buat yakinin kedua orang tuaku. Setiap hari dia selalu ngirimin aku banyak benda-benda, mau itu makanan, barang, atau juga bunga. Daniel terus berusaha buat menarik perhatianku, padahal saat itu aku lagi di jodohin sama orang tuaku sama anak temen mereka." jelas Tyas, dadanya terlihat naik turun.

Kaesang kembali bertanya. "Tunggu, maksudmu awalnya orang tuamu nggak jodohin kamu sama om Daniel?" Tyas menggeleng. Tyas melanjutkan ceritanya. Tepat sebelum mencapai puncak cerita, Kaesang tak sabar menyela,

"Jadi Om Daniel yang minta orang tuamu buat ngatur perjodohan kamu sama dia? om Daniel ingin kamu tau kalo dia dan kamu di jodohin gitu?" tanya Kaesang, suaranya bergetar menahan amarah. Baginya, Daniel udah kelewatan. Cintanya udah kelewat batas.

Tyas mengangguk, wajahnya terlihat murung. "Dan karena hal itu perjodohan yang orang tuaku atur sebelumnya gagal. Mereka berubah pikiran dan ganti jodohin aku sama Daniel." jelas Tyas. Kaesang merasa kasian kepada Tyas. Orang tuanya terus menekannya dengan perjodohan.

Dengan lembut, Kaesang meraih bahu Tyas, dan Tyas pun menyandarkan kepalanya di bahu Kaesang. Kaesang menepuk-nepuk punggung Tyas, mengusap kepalanya.

"Dah kamu nggak usah mikirin itu lagi. Disini ada aku, aku akan selalu ada buat kamu. Sekarang kamu istirahat ya, Dear. Jangan sedih terus, aku akan nemenin kamu tidur disini." Kaesang membantu Tyas merebahkan diri.

Setelah Tyas nyaman terbaring, Kaesang pun ikut berbaring di sisinya. Ia menelungkupkan tubuh, menyangga kepalanya dengan tangan yang terlipat.

"Kamu tau Dear, aku pernah bermimpi kamu nolak cinta aku." kata Kaesang. Tyas memiringkan tubuhnya, menatap Kaesang dengan rasa penasaran yang terpancar di wajahnya.

"Hmm, nolak?" tanya Tyas. Kaesang mengangguk.

"Aku bermimpi kalo aku itu cinta banget sama kamu dan nemb4k kamu berkali-kali. Aku ngasih kamu banyak hal, tapi kamu malah nolak aku. Alasan kamu sih sama kayak alasan kamu waktu itu ...

Tapi bedanya disini aku bahkan berani janjiin kamu buat bakal beliin pesawat kalo kamu mau nerima cinta aku. Pas bangun-bangun aku ketawa sendiri ...

Lucu banget! Tapi mungkin kalau bisa, aku juga bakal beliin kamu pesawat beneran. Sebandaranya lah, kalau bisa." Kaesang terkekeh, merasa mimpinya itu lucu dan terasa nyata.

"Terus, kamu mimpi apa lagi?" tanya Tyas, menahan tawa.

"Eh, kamu tau? Aku juga mimpi kamu bilang, 'Aku mau, tapi aku mau pesawatnya yang bisa terbang ke Mars ya, soalnya aku pengen ngecek langsung apakah ada alien di sana'. Hahaha, lucu banget kan?" jawab Kaesang sambil terkekeh.

"Yang, kamu tau nggak? Mimpi kamu itu kayak lagi nyindir aku aja, tau nggak?" jawab Tyas sambil menahan tawa.

"Dulu aku kan nolak kamu berkali-kali dengan alasan umur dan posisi. Yakali hal yang sama kebawa mimpi, mana mau beliin pesawat lagi. Haduh, lucu banget sih kamu. Seniat itu kamu buat nemb4k aku," 

"Hehe, bukan nyindir, serius. Aku beneran mimpi itu beberapa Minggu yang lalu, beberapa hari setelah kita jadian ...

Tapi Yang, aku serius, aku pengen beliin kamu pesawat, beneran. Tapi kalo kamu emang mau yang bisa terbang ke Mars, aku cari dulu deh, siapa tau di toko-toko ada yang jual." jawab Kaesang sambil terkekeh.

Bersambung ...

1
Misnati Msn
Lanjut
◍•Grace Caroline•◍: makasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!