Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 22
“Tuan, maaf sebelumnya, apa Anda tidak merasa aneh dengan Nona yang terus tertidur selama ini? Saya khawatir melihat kondisinya,” ucap Galang.
Arhan terdiam sejenak, lalu menyadari kekhawatirannya. “Kau benar. Ini sudah cukup lama.”
Dia menepuk pelan pipi Amora. “Sayang, hey... bangun. Ara, kita hampir sampai. Bangunlah.”
Namun, Amora tidak merespons. Panik mulai menyelimuti Arhan. “Ara! Amora!”
Setelah beberapa panggilan, Amora akhirnya mengerang pelan. “Eengh, Kak…”
Arhan menghela napas lega. “Syukurlah, kau sadar, Sayang.”
“Apa kita sudah sampai di mansion ?” tanya Amora lemah.
“Kita ke rumah sakit dulu untuk memeriksa kondisimu,” ujar Arhan.
Amora menggeleng cepat. “Tidak. Aku tidak mau ke rumah sakit. Kita langsung ke mansion saja.”
“Tapi, Sayang, tadi kau pingsan. Aku khawatir…”
“Kak, aku mohon,” pinta Amora dengan mata berkaca-kaca.
Arhan menyerah. “Baiklah, kita pulang. Tapi jangan sedih lagi, ya.”
“Iyaa..”
“Galang, ke mansion.”
“Baik, Tuan.”
Sesampainya di mansion, Arhan bersiap menggendong Amora keluar dari mobil. Namun, Amora menolak.
“Mau apa Kak?” tanya Amora.
“Menggendong mu.”
“Aku masih bisa berjalan.”
“Tapi aku tidak mau melihatmu lelah.”
“Berjalan saja tidak akan membuatku lelah, Kak. Aku masih sanggup.”
Arhan akhirnya mengalah. “Baiklah, tapi hati-hati, ya.”
Galang berpamitan. “Tuan, saya izin keluar sebentar.”
Arhan tersenyum samar. “Pergilah, temui cintamu itu.”
Galang terkejut. “Dari mana Anda tahu?”
“Kita sudah lama bersahabat. Kau lupa itu?” Arhan tertawa kecil.
Sementara itu, di sebuah taman, Zeline menunggu Galang.
“Mana sih Galang? Katanya mau ketemu di sini…” gumamnya.
Tiba-tiba, seseorang mendekat. “Permisi, apakah Anda Nona Zeline?”
“Ya, saya sendiri. Anda siapa?”
“Saya utusan Tuan Galang. Beliau tidak bisa datang karena sedang menemui calon istrinya.”
“Calon istri?” Zeline tertegun.
“Betul, Nona. Saya permisi.”
Zeline menunduk, menahan tangis yang mulai pecah. “Calon istri? Sejak kapan Galang punya calon istri? Lalu hubungan kami selama ini apa?” ucapnya sambil menangis.
Galang muncul tiba-tiba. “Jangan menangis terus. Sungguh, kau terlihat jelek jika seperti itu.”
Zeline tersentak dan langsung membalikkan badan. “Kamu! Ngapain di sini? Pergi sana temui calon istrimu!”
Galang tertawa. “Kau lucu sekali, Sayang.”
“Jangan panggil aku ‘Sayang’! Pergi sana!”
Galang mengeluarkan sebuah kotak kecil dan bunga mawar merah dari balik jasnya. Dia berlutut di hadapan Zeline.
“Zeline Clarissa, maukah kau menjadi pendamping hidupku?” tanyanya serius.
Zeline terdiam, tubuhnya gemetar. “Ka-kamu… serius?”
“Tentu. Ayo, jawab, Sayang,” ucap Galang sambil menatapnya dalam-dalam.
Zeline menatap Galang dengan penuh emosi. “Aku...”
Galang memegang tangan Zeline dengan lembut. “Apapun jawaban kamu, aku akan menerimanya. Jangan ragu, katakan saja.”
Zeline menarik napas dalam. “Ya, aku mau.”
Galang tersenyum lebar, tak percaya. “Serius?”
Zeline mengangguk malu-malu. Galang segera menyematkan cincin di jari manis Zeline, lalu memeluknya erat.
Setelah momen haru itu, Zeline bertanya, “Oh ya, apa Amora ikut kembali ke Indonesia?”
Galang mengangguk. “Iya, dia sekarang ada di mansion.”
“Apa aku boleh ke sana?” tanya Zeline antusias.
“Tentu, tapi tidak sekarang. Dia harus istirahat,” jawab Galang tenang.
Zeline menatap Galang penuh rasa ingin tahu. “Gal, apa Amora baik-baik saja?”
Galang terdiam sesaat sebelum menjawab dengan nada berat, “Hemm...”
“Kenapa? Cerita. Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu,” desak Galang.
Galang menarik napas panjang. “Sebenarnya...”
“Sebenarnya apa, Gal?” Zeline menatapnya penuh harap.
“Amora sakit... leukimia.”
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁