Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
malam panjang
Malam semakin larut, dan udara dingin menggigit kulit Akselia saat ia melangkah keluar dari kompleks yang tersembunyi. Hati Akselia penuh dengan pertanyaan—tentang apa yang baru saja mereka temui, dan tentang apa yang mereka harus hadapi selanjutnya. Lucas tidak hanya menciptakan sistem Proyek Elysium untuk mengendalikan dunia melalui teknologi. Ada sesuatu yang lebih besar, lebih dalam yang sedang ia rencanakan, dan itu membuat Akselia merasa terjebak dalam labirin yang tak terlihat.
Mikael berjalan di sampingnya, matanya penuh kerutan karena kebingungannya. "Akselia, kita harus segera mencari lebih banyak informasi. Data yang aku temukan tadi menunjukkan adanya kemungkinan besar bahwa Proyek Elysium bukan sekadar kontrol teknologi biasa. Ada sesuatu yang lebih besar. Dan aku rasa… kita baru saja menggores permukaan dari apa yang dia rencanakan."
"Apa maksudmu dengan 'lebih besar'?" Akselia bertanya, suaranya penuh keingintahuan dan kekhawatiran. "Apa yang bisa lebih besar dari ini?"
Mikael menatap layar perangkat di tangannya dengan cemas, mencoba menggali lebih dalam data yang ia dapatkan sebelumnya. "Aku tidak tahu pasti, tetapi sepertinya Proyek Elysium adalah bagian dari sesuatu yang lebih luas—sebuah jaringan global yang terhubung, sistem yang dapat mengontrol pikiran dan emosi manusia. Bayangkan, jika semua orang di dunia ini terhubung dalam satu sistem, mengontrol setiap langkah, keputusan, bahkan perasaan mereka. Jika itu yang dia tuju, kita tidak hanya berhadapan dengan sebuah revolusi teknologi, tapi dengan perubahan dunia itu sendiri."
Reina yang berjalan di belakang mereka mendengar percakapan itu dan menghentikan langkahnya sejenak. "Jadi, ini bukan cuma soal kontrol sosial. Ini soal… mengubah cara manusia berpikir dan merasa?"
Mikael mengangguk, wajahnya semakin serius. "Itulah yang aku takuti. Jika Lucas berhasil meluncurkan sistem seperti itu, kita akan hidup dalam dunia yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Dunia yang dikendalikan oleh mesin, di mana kebebasan berpikir dan bertindak tidak ada lagi."
Akselia menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Jika itu yang sedang dipersiapkan Lucas, dunia yang mereka kenal saat ini akan musnah, digantikan oleh tirani yang jauh lebih besar.Tapi, meskipun rasa takut mulai merayapi dirinya, ia tahu satu hal—mereka tidak bisa mundur. Dunia ini harus diselamatkan, apapun yang harus mereka hadapi.
"Kita tidak punya pilihan," kata Akselia, suaranya tegas dan penuh tekad. "Kita harus menghentikan Lucas, apa pun yang dia rencanakan. Proyek Elysium adalah kunci, dan kita harus menghancurkannya sampai ke akar-akarnya."
Mikael menatapnya dengan serius. "Kau yakin kita bisa melakukannya? Aku tahu kita semua sudah berjuang keras, tapi ini lebih besar dari apa yang pernah kita hadapi. Kita harus menemukan inti dari sistem itu, dan menghancurkannya sebelum terlambat."
Akselia menatap langit yang gelap di atas mereka, bintang-bintang hampir tidak terlihat karena polusi cahaya yang mengelilingi kota. "Kita tidak punya waktu lagi. Kita harus bergerak sekarang, sebelum sistem ini mengubah lebih banyak orang menjadi alat yang dikendalikan. Kita akan menemukan cara untuk mengalahkan Lucas, apapun yang terjadi."
Tanpa berkata lebih banyak, mereka melanjutkan perjalanan menuju markas bawah tanah mereka, tempat di mana mereka bisa merencanakan langkah selanjutnya. Namun, meskipun hati mereka penuh dengan tekad, mereka semua tahu bahwa jalan yang akan mereka tempuh penuh dengan bahaya yang belum mereka bayangkan sebelumnya.
....
Sesampainya di markas bawah tanah yang mereka sebut rumah sementara, Akselia langsung membuka layar komputer besar yang ada di ruang kontrol. Suasana tegang menggantung di ruangan itu, hanya terdengar suara klik-klik tombol dari perangkat Mikael dan Reina yang sedang menyiapkan peralatan mereka. Akselia menatap layar dengan penuh konsentrasi, mencoba menyaring informasi yang ada.
"Jadi, kita tahu Proyek Elysium bukan sekadar soal kontrol, tapi juga soal pengendalian pikiran," Akselia memulai percakapan, suaranya terputus-putus karena tensi yang tinggi. "Mikael, apakah ada petunjuk tentang bagaimana sistem ini bekerja di dalam otak manusia? Apa yang sedang mereka rencanakan?"
Mikael yang sedang memindai data di komputernya menggelengkan kepala. "Aku masih mencari jawabannya, tapi dari apa yang aku lihat, Proyek Elysium menggunakan sinyal neural untuk mempengaruhi cara manusia merespons stimulus. Itu bukan hanya soal mengontrol pikiran seseorang—tapi juga emosi, keinginan, dan perilaku mereka. Sistem ini seolah-olah berfungsi seperti virus yang mengubah pola pikir manusia secara bertahap."
Akselia merenung, mencerna informasi itu. Virus yang mengubah pola pikir manusia? Itu lebih menakutkan daripada yang ia bayangkan. "Jadi, sistem ini bisa mengubah kepribadian seseorang—menghilangkan kebebasan mereka untuk berpikir dengan cara mereka sendiri?"
"Ya," jawab Mikael. "Dan ini bukan hal kecil. Jika Lucas berhasil meluncurkan sistem ini ke seluruh dunia, kita akan kehilangan kontrol atas apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan. Setiap orang akan diprogram ulang untuk mengikuti pola pikir yang diinginkan oleh sistem. Itulah yang dia rencanakan—untuk menciptakan dunia yang dikendalikan oleh satu pemikiran tunggal, satu cara pandang, satu kekuasaan."
Akselia merasakan tenggorokannya tercekat, namun ia berusaha tetap tegar. Dunia yang bebas akan berubah selamanya.Kebebasan berpikir dan memilih, hak yang selama ini mereka anggap sebagai hal yang wajar, akan hilang begitu saja. Mereka tidak bisa membiarkan itu terjadi.
"Ada cara untuk menghentikan semuanya, kan?" Reina bertanya, suaranya penuh harapan, meskipun raut wajahnya menunjukkan kecemasan yang sama.
"Ada," jawab Akselia, matanya penuh keyakinan. "Kita harus menemukan inti dari Proyek Elysium, yang menghubungkan semua sistem yang ada. Hanya dengan menghancurkan sumber utamanya kita bisa mencegah Lucas mengendalikan dunia ini."
Mikael melihat ke arah layar komputernya dan mengangguk. "Aku akan mencari lebih dalam. Kita harus menemukan titik lemah yang bisa kita hancurkan."
Akselia merasa beban di pundaknya semakin berat, tetapi tekad untuk menyelamatkan dunia ini semakin membara. Apa pun yang harus mereka lakukan, mereka akan melakukannya.
Dengan langkah pasti, mereka melanjutkan misi mereka. Tapi Akselia tahu, jalan ini akan membawa mereka pada sebuah kebenaran yang lebih besar, yang bisa mengubah dunia untuk selamanya.