Miko seorang Psikiater menangani seorang pasien wanita dengan gangguan mental depresi. Tetapi dibalik itu ternyata ada seorang Psikopat yang membuatnya menjadi depresi.
Ketika pasien tersebut ternyata bunuh diri, sang Psikopat justru mengejar Miko.
Hari-hari Miko menjadi berubah mencekam, karena ternyata psikopat tersebut menyukainya.
Setelah menghadapi si psikopat ternyata ada sisi lain dari pria ini.
Bagaimana Miko menghadapi hari selanjutnya dengan sang Psikopat?
Yuk simak kisahnya di cerita Othor. Ada beberapa plot twist-nya juga loh..yang bikin penasaran...
Jangan lupa dukungannya ya man teman...
Oiya, di cerita ini ada adegan mengerikan, ****** ****** dan kata2 'agak gimana yah'
Jadi buat dek adek yg rada bocil mending skip dulu yah....maap ya dek...
Mohon bijak dalam membaca...
*Salam hangat dari othor*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35 - Surat dari Anie
‘Ah, aku harus kembali ke tujuan awalku mencari senjata’
Miko ingat dirumahnya ia pernah menyimpan alat kejut listrik atau Stun gun untuk melindungi diri. ‘Ck, andai aku bawa kesini. Baiklah aku akan mengambilnya sekarang’
Miko bergegas akan kerumahnya. Rumah yang sudah beberapa pekan ditinggalkannya.
Setelah sampai dirumah. Miko segera mencari alat kejut yang disimpan di laci meja kamarnya. Ia menemukannya. Wajahnya sumringah mendapati benda itu. Ia akan membawanya nanti ketika pergi bersama Dexton.
Ketika Miko akan menutup laci, ia melihat sebuah amplop yang dulu pernah diberikan Anie, kakak Anabella padanya. Sampai saat ini Miko belum mengerti arti tulisan di surat itu. Tapi Miko membawanya, tiba-tiba ia penasaran dengan isi surat yang aneh tersebut. Akhirnya Miko pergi dari sana dan kembali pulang ke rumah Morino.
‘Aku akan berangkat ke Arthen besok lusa, berarti aku masih memiliki satu hari untuk mengetahui isi tulisan ini’ Pikiran Miko berkutat di lembaran kertas itu.
Miko buru-buru menyalakan laptopnya. Ia mencari tulisan bersimbol seperti yang ditulis Anie. Miko menurunkan pundaknya lemas, karena usahanya sia-sia. Akhirnya ia memikirkan sesuatu, ‘Ah ya! Aku tahu!’ pekiknya girang. Ia ingat ada seorang pria yang menguasai Teksologi. Dia adalah pria berkacamata seorang ahli tulisan kuno yang sering berada di perpustakaan pusat kota. Untungnya penjaga perpustakaan pernah memberitahu Miko tentang pria kutu buku itu.
Malam itu masih pukul tujuh lewat lima belas. Miko buru-buru melajukan mobilnya menuju perpustakaan. Ia berharap pria itu masih berada di perpustakaan. Tapi ternyata dia tidak ada disana. Terpaksa Miko harus kembali besok pagi.
Paginya, Miko diantar Bors ke perpustakaan pusat kota. Miko memasuki perpustakaan yang sedikit sepi. Ia terus menyusuri ruang perpustakaan. Hanya ada tiga atau empat orang di dalam ruang perpustakaan.
Satu persatu diperhatikan oleh Miko, ah! Ternyata dia ada disana!. Miko dengan semangatnya menghampiri pria itu.
“Tuan, selamat pagi” sapa Miko ramah.
Pria berkacamata yang tengah asik dengan buku tebalnya menoleh heran kearah Miko, seolah mengganggu keasikan membacanya.
“Ya, ada apa?” jawabnya tidak terlalu ramah.
“Maaf Tuan, aku mengetahui anda ahli tulisan kuno. Penjaga perpustakaan pernah bilang padaku. Apa kau bisa membantuku sebentar? Menerjemahkan tulisan ini?” Miko tak membuang waktu, ia memberi pria itu kertas tulisan tangan Anie.
Pria itu tanpa menjawab segera mengambil kertas dari tangan Miko, seolah kertas itu lebih menarik dibanding wanita yang berdiri di hadapannya.
Pria itu melihat tulisan di kertas itu dengan serius. Ia kemudian menatap Miko.
“Bagaimana? Apa anda mengerti tulisan itu?” tanya Miko dengan wajah penasaran.
“Siapa yang menulisnya, Nona? Dia pasti seorang bekas wartawan atau bisa jadi ahli Teksologi sepertiku” tanya pria itu.
“Namanya Anie, aku tidak terlalu mengenalnya. Dan dia tidak bisa bicara karena sesuatu menimpanya. Dia yang memberikan kertas ini padaku. Lalu apa yang ditulisnya?” Tanpa di persilahkan, Miko duduk di kursi panjang di sebelah pria itu.
Pria berkacamata itu lagi-lagi memandang kertas di tangannya.
“Ini tulisan Steno” pria itu langsung bisa menebak jenis tulisan di dalam surat.
“Maaf, Tuan. Tapi apa boleh aku tau apa yang ditulisnya?” Miko yang sudah benar-benar penasaran ingin segera mengetahui isi tulisan tersebut.
Akhirnya pria berkacamata itu memulai membaca surat Anie,
“Disini dikatakan :
- Aku hanya sedikit mengenal Mo- … Mori-” pria itu sedikit kebingungan.
“Morino?” Miko mencoba menerka.
“Ya, benar. -Morino- sepertinya anda sangat mengenalnya” pria itu menoleh sekilas ke Miko.
Miko hanya tersenyum kecil.
- Aku hanya sedikit mengenal Morino, adik iparku. Yang kutahu dia adalah pria tampan dan berkelas. Tapi setelah beberapa waktu adikku sempat cerita bahwa sikap Morino agak dingin dan acuh padanya. Aku menjadi sedikit membenci Morino. Tapi ternyata aku mengetahui bahwa adikku yang salah. Ia berselingkuh dengan sahabat baik Morino, dia bernama De- .. De-x-to-n … Dex-ton- “
“Dexton?!” Miko terperanjat. Tanpa sadar sedikit memekik kaget.
Pria berkacamata menoleh lagi spontan kearah Miko.
“Nona, apa mau aku lanjutkan tulisan ini?” ucapnya.
“Ah, iya. Maaf. Tolong lanjutkan”
“ - Dexton sering bertemu adikku ketika Morino tidak dirumah. Bahkan adikku dan Dexton pernah mampir kerumahku dan mereka sempat berciuman. Aku pernah memperingatkan pada adikku agar tidak berbuat seperti itu, tapi dia berkata jika suaminya acuh, jadi dia mencari kesenangan dengan pria lain. Tapi suatu hari Dexton pergi ke luar Negeri hingga mereka tidak bertemu lagi. Kemudian adikku bertemu pria lain, baru tiga hari pertemuan mereka, Anabella tertangkap basah oleh Morino dengan pria itu. Dari situ Morino marah dan membenci Anabella. Anabella memohon agar Morino tidak menceraikannya. Anabella mengatakan pada Morino apapun yang dilakukan Morino padanya ia akan menerimanya asalkan Morino tidak menceraikannya. Sebenarnya adikku sangat mencintai Morino, tapi karena sikap Morino yang dingin dan acuh, adikku mencari pelarian pada pria lain.
Aku harap tulisan ini bisa mengungkap siapa sebenarnya Anabella adikku dan Morino suaminya. Maaf aku tidak bisa banyak membantu, karena aku tidak bisa mengatakan apapun padamu. Dan aku menggunakan tulisan simbol ini agar tidak diketahui banyak orang. Hanya orang tertentu yang ingin tahu dan bisa membacanya -
Pria itu menoleh kearah Miko.
“Hanya ini yang ditulis disini” ucapnya.
Miko sempat diam terperanjat mengetahui kebenaran yang sangat mencengangkan itu. Dia benar-benar tak menyangka jika Anabella ada hubungannya dengan Dexton. Dan yang mengiris hati adalah, sampai saat ini Morino tidak mengetahui hal itu.
“Nona, Nona! Apa kau baik-baik saja?” pria itu berusaha menyadarkan lamunan Miko.
“Ah, ya. Maaf. Terimakasih banyak Tuan. Ohya, Maaf aku tidak bisa memberimu banyak. Aku hanya bisa memberimu ini. Mohon terimalah” Miko memberi sejumlah uang di dalam amplop berwarna coklat.
Pria berkacamata itu tersenyum mengembang. “Ini tidak perlu, Nona” ujarnya.
Tapi Miko tetap memberikannya dan berlalu dari sana. Ia mengantongi amplop surat dari Anie dan alat perekam kecil kedalam sakunya.
Kali ini Miko memiliki sedikit rahasia tentang Dexton dan Anabella. Ia sudah memiliki kartu AS untuk membantah argumen Morino dan cukup untuk membuat Morino tidak lagi mengatakan ‘Aku sudah mengenal Dexton dan Dexton tidak mungkin berkhianat’.
Akhirnya tiba hari keberangkatan Miko dan Dexton ke Kota Arthen. Dexton datang lebih awal dari yang di jadwalkan.
Sore itu, Dexton memakai blazer hitam panjang. Ia sudah berdiri di samping mobil sedannya.
“Apa kau sudah siap?” tanya Dexton pada Miko yang sudah berada di teras.
“Ya” Miko menjawab agak acuh.
Langit berwarna jingga. Sebentar lagi akan gelap. Miko sedikit ragu dengan perjalanan sore ini. ‘Kenapa dia memilih waktu sore hari!’ gerutu Miko.
Miko memasuki mobil dan Dexton menyusul duduk di kursi belakang. Supir Dexton memiliki tatto di lehernya. Miko semakin bergidik, seolah ia sedang berpergian dengan segerombolan mafia.
Tapi Miko sesaat memperhatikan tatto bergambar naga di leher supir di depan sana, ‘Seperti pernah melihatnya. Tapi dimana?’ gumam Miko di batinnya.