Firman selama ini berhasil membuat Kalila, istrinya seperti orang bodoh yang mau saja dijadikan babu dan tunduk akan apapun yang diperintahkan olehnya.
Hingga suatu hari, pengkhianatan Firman terungkap dan membuat Kalila menjadi sosok yang benar-benar tak bisa Firman kenali.
Perempuan itu tak hanya mengejutkan Firman. Kalila juga membuat Firman beserta selingkuhan dan keluarganya benar-benar hancur tak bersisa.
Saat istri tak lagi menjadi bodoh, akankah Firman akhirnya sadar akan kesalahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada rahasia?
"Vivi? Siapa Vivi?"
Alamak!
Jantung Firman hampir melompat keluar dari tempatnya saat mendengar suara Lia dari belakang tubuhnya. Pria itu pun memutar badan dengan wajah tegang. Dan, benar saja. Istri keduanya sudah berdiri di sana dengan ekspresi menuntut, meminta penjelasan.
"Mas Firman! Kenapa diam aja? Siapa Vivi?" desak Lia tak sabaran.
"I-itu... Vivi salah satu karyawan Mas di toko."
"Dia bukan selingkuhan kamu kan, Mas?" tanya Lia penuh selidik.
"Bukan," geleng Firman cepat.
"Awas kalau kamu berani selingkuh dibelakang aku, Mas! Aku nggak akan pernah terima."
"Jiah!! Selingkuhan kok menolak diselingkuhi?" sindir Kalila sambil tertawa meledek.
"Kalila! Kenapa kamu malah ledekin aku, sih? Apa kamu nggak takut kalau Mas Firman tiba-tiba bawa istri baru lagi ke rumah ini?" tanya Lia meradang.
"Ya, nggak masalah. Mau bawa istri ketiga, keempat bahkan kelima sekalipun, aku sudah nggak peduli. Dengan senang hati, aku mengizinkan Mas Firman menikah lagi jika dia memang mau ," jawab Kalila tersenyum tanpa beban.
Bukannya merasa lega, Firman justru semakin resah dengan sikap cuek Kalila. Apakah perempuan itu tak lagi mencintainya seperti dulu? Kenapa Kalila seolah tak lagi merasakan cemburu?
"Kalila! Apa-apaan, sih? Jangan ngomong sembarangan! Kalau Mas Firman beneran nikah lagi, posisi kita berdua bisa terancam."
"Bodo amat!" ujar Kalila sambil menutup pintu kamarnya dengan rapat.
Kini, tersisa hanya Firman dan Lia. Firman berinisiatif untuk segera pergi meninggalkan Lia agar perdebatan tadi tidak berlanjut. Akan tetapi, Lia justru menahan lengannya dan meminta Firman untuk jujur tentang Vivi.
"Vivi selingkuhan kamu kan, Mas?" tanya Lia.
"Bukan, Lia. Vivi cuma karyawan Mas."
"Jangan bohong! Aku tadi dengar semua yang dikatakan oleh Kalila."
"Kalila hanya sembarangan bicara, Sayang!"
"Pokoknya, aku nggak akan pernah terima kalau kamu punya perempuan lain selain aku dan Kalila, Mas!" tukas Lia menggebu-gebu.
Sejujurnya, Firman mulai jengah dengan sikap Lia yang cenderung impulsif dan kekanak-kanakan. Istri keduanya itu tidaklah sedewasa Kalila.
Entah kenapa, Firman dulu bisa terjerat dengan perempuan yang hanya mengandalkan goyangan di ranjang itu.
"Jangan mengancam Mas, Lia! Mas nggak suka!" hardik Firman emosi.
"Kamu berani bentak aku, Mas? Iya?" tanya Lia dengan mata berkaca-kaca. "Jahat, kamu!"
"Arggh!! Mas capek sama kelakuan manja kamu!" ucap Firman sambil mengacak-ngacak rambutnya lalu pergi.
Didalam kamar, Kalila tersenyum mendengar pertengkaran antara Firman dan Lia. Ini yang dia inginkan. Membuat Firman bertambah pusing sehingga nantinya tak bisa mengambil keputusan dengan jernih.
*
*
*
"Vivi! Kemari!" panggil Firman dengan wajah masam. Sejak tadi malam, tidurnya tak tenang karena kata-kata Kalila terus terngiang didalam benaknya. Dia tak akan terima jika Vivi benar pernah berhubungan dengan pria lain selain dirinya.
"Ya, Pak?"
"Ke ruangan saya!"
Vivi langsung tersenyum cerah. Dia bahagia karena mengira Firman akan memberinya uang seperti biasa.
"Ada apa, Pak?" tanya Vivi setelah masuk dan mengunci rapat ruangan Firman.
"Apa kamu pernah berhubungan dengan pria lain selain saya?" tanya Firman to the point.
"Maksud, Bapak?"
"Jawab saja, Vivi! Tidak usah berlagak sok polos!"
"Tidak, Pak," geleng Vivi tertunduk.
"Kamu tidak berbohong, kan?"
Vivi pun mengangkat kepalanya. "Bapak pikir, saya perempuan gampangan? Padahal, Bapak tahu sendiri kalau Bapak adalah orang pertama bagi saya."
Mendengar pengakuan Vivi, Firman langsung terdiam. Dia memikirkan tentang pertama kalinya dia menyentuh Vivi. Saat itu, Vivi memang berdarah, seperti perawan.
"Kenapa Bapak tiba-tiba nanya gitu ke saya?" tanya Vivi dengan wajah sendu.
"Nggak apa-apa. Saya cuma penasaran."
"Kalau sudah tidak ada apa-apa lagi, saya izin keluar, Pak!"
Tes!
Vivi sengaja menjatuhkan air matanya dihadapan Firman. Ini momen yang tepat untuk semakin menarik simpati Firman.
Selama ini, Vivi mulai jenuh menjalani peran sebagai pemuas nafsu belaka. Vivi ingin lebih. Dia ingin menjadi istri dari seorang Firman.
Pikir Vivi, jika menjadi selingkuhan saja sudah menghasilkan banyak uang, dengan menjadi istri, tentu akan mendapatkan berkali-kali lipat.
"Vi, kamu kok nangis?" tanya Firman sambil menghampiri perempuan itu.
"Saya nggak apa-apa, Pak," jawab Vivi berpura-pura sedih.
"Kamu tersinggung dengan pertanyaan saya?"
Vivi menyeka air matanya dengan kasar. Dia memutar badan membelakangi Firman.
"Saya nggak ada hak untuk tersinggung. Wajar kalau Bapak bertanya seperti itu karena mungkin dimata Bapak saya memang tak lebih dari seorang pel@cur."
"Sial! Semua ini gara-gara hasutan Kalila!" gumam Firman dalam hati. Dia merutuki kebodohannya yang langsung saja menuduh Vivi tanpa mencari bukti terlebih dulu.
"Maafin saya, Vi! Saya tidak bermaksud menyakiti perasaan kamu. Jangan nangis, ya!" Firman menyeka air mata perempuan itu dengan kedua ibu jarinya.
Vivi menarik napas panjang. Dihelanya tangan Firman yang masih menyentuh pipinya dengan sedikit kasar.
"Vivi mau kerja lagi. Permisi, Pak!" pamit perempuan bertubuh seksi itu.
"Kalau dilihat-lihat, Vivi jauh lebih seksi dan cantik dibanding Lia. Tapi, kenapa aku malah memacari Lia dan bukannya Vivi, ya?" gumam Firman ketika memikirkan perselingkuhan antara dirinya dan Lia di masa lalu.
*
*
*
"Kalila! Sini!" panggil Lia pada sang kakak madu yang sedang mengambil air minum dari dalam kulkas. Kalila terlihat sudah siap berangkat kerja dengan setelan formalnya.
"Kenapa?" tanya Kalila.
"Aku mau ngomong sama kamu." Lia mendudukkan bokongnya di kursi meja makan.
"Ngomong mah ngomong aja! Aku bisa dengerin dari sini, kok," sahut Kalila yang kini sedang bersandar di pintu kulkas.
"Tolong jangan katakan apapun tentang kejadian kemarin sama Mas Firman!"
"Tergantung, Lia. Selama kamu nggak cari gara-gara sama aku, aku juga nggak akan cari gara-gara sama kamu."
"Aku janji nggak akan cari gara-gara, kok." Lia tersenyum palsu.
"Good. Bagus kalau begitu," timpal Kalila. "Oh iya, lantai rumah kayaknya udah lama banget nggak di pel. Tolong nanti kamu pel, ya! Aku nggak suka kotor soalnya."
"Tapi, aku nggak bisa ngepel."
Kalila memutar bola matanya malas.
"Punya HP, kan? Gunakan benda itu untuk menonton tutorial mengepel di aplikasi YouTube."
Tangan Lia mengepal erat. Andai kemarin dirinya tidak tertangkap basah oleh Kalila, mungkin saat ini dia masih bisa membantah setiap ucapan sang kakak madu.
Namun, karena sekarang Kalila sedang memegang kartu Asnya, maka mau tak mau Lia harus patuh dan tak boleh menyinggung Kalila sedikit pun.
"Aku harus cari cara untuk menyingkirkan Kalila secepatnya dari rumah ini," gumam Lia dalam hati.
bhkn sbntr lgi km jdi gembel ples kena pnyakit kelamin.... krna istrimu lia & vivi itu smuanya jalang... /Facepalm//Facepalm/
trus apa fungsinya ada si lia & vivi/CoolGuy//CoolGuy/
Tak punya malu lagi masih akan minta bantuan. Gantian minta bantuan pada istri- istri yang lain