Ralina Elizabeth duduk tertegun di atas ranjang mengenakan gaun pengantinnya. Ia masih tidak percaya statusnya kini telah menjadi istri Tristan Alfred, lelaki yang seharunya menjadi kakak iparnya.
Semua gara-gara Karina, sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Ralina terpaksa menggantikan posisi kakaknya.
"Kenapa kamu menghindar?"
Tristan mengulaskan senyuman seringai melihat Ralina yang beringsut mundur menjauhinya. Wanita muda yang seharusnya menjadi adik iparnya itu justru membuatnya bersemangat untuk menggoda. Ia merangkak maju mendekat sementara Ralina terus berusaha mundur.
"Berhenti, Kak! Aku takut ...."
Ralina merasa terpojok. Ia memasang wajah memelas agar lelaki di hadapannya berhenti mendekat.
Senyuman Tristan tampak semakin lebar. "Takut? Kenapa Takut? Aku kan sekarang suamimu," ucapnya lembut.
Ralina menggeleng. "Kak Tristan seharusnya menjadi suami Kak Karina, bukan aku!"
"Tapi mau bagaimana ... Kamu yang sudah aku nikahi, bukan kakakmu," kilah Tristan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momoy Dandelion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11: Diam-Diam Mencium
Tristan memandangi wanita yang tengah tertidur di sebelahnya. Ralina pasti sangat kelelahan setelah seharian ia ajak kesana-kemari. Sampai akhirnya petang datang mereka baru pulang.
Hari ini menjadi hari yang sangat menyenangkan untuknya. Meskipun harus membatalkan beberapa pertemuan penting, rasanya tidak rugi dengan waktu yang ia habiskan bersama Ralina.
Semakin ke sini ia semakin tidak bisa mengatur perasaannya. Tristan merasa aneh pada dirinya sendiri. Tidak mungkin ia menyukai wanita yang jauh lebih muda darinya. Saat ia lulus SMA, Ralina masih kelas 3 SD, seumuran dengan adiknya.
Rasanya ia mau gila dengan isi pikirannya. Ralina yang sekarang sudah kelihatan seperti wanita dewasa.
Tanpa terasa ia sudah memasuki jalan menuju rumah Ralina. Tristan melambatkan laju mobil seolah tidak ingin ia cepat berpisah dengan wanita di sampingnya.
Ia menghentikan mobil tepat di depan gerbang rumah Ralina. Dipandanginya wajah tenang yang masih tertidur itu. Ada semacam dorongan yang membuatnya nekad mendekat.
Bibir kecil yang selalu tersenyum manis itu menggodanya untuk mencium. Ia tempelkan bibirnya perlahan dengan perasaan yang berdebar-debar. Bibirnya sedikit terbuka memagut bibir kecil Ralina dengan lembut.
"Euh ...."
Suara lenguhan Ralina reflek membuat Tristan menjauh kembali. Ia menghela napas untuk menghapus kegugupannya. Baru saja lidahnya sempat terjulur sedikit tapi Ralina sudah terbangun. Ia merutuki dirinya sendiri yang sudah bertindak segila itu pada wanita yang 9 tahun lebih muda darinya.
"Ah, kita sudah sampai, ya?"
Ralina mengerjapkan mata karena masih mengantuk. Ia merasa kelelahan.
"Bangun dan rapikan dirimu sebelum aku antar masuk!" pinta Tristan dengan nada ketus seraya menyalakan lampu di mobil.
Ralina bergegas mencari cermin yang ada di dalam tasnya. Ia merapikan rambutnya yang acak-acakan karena tertidur. Ia lihat bibirnya sedikit basah sampai ia tertegun.
"Kamu tadi ngiler saat tidur," celetuk Tristan.
Ralina syok mendengarnya. Ia merasa malu dan membayangkan wajah memalukannya yang menganga saat ketiduran tadi.
"Kita masuk, ya ...."
Tristan kembali menjalankan mobil memasuki gerbang rumah Ralina yang dibukakan oleh satpam jaga. Ia menghentikan kembali mobilnya tepat di depan halaman rumah.
"Kemarikan tanganmu!" pinta Tristan.
"Hah?" Ralina keheranan.
"Tanganmu ... Kemarikan!" pinta Tristan lagi.
Ralina mengulurkan tangan kanannya mengira mungkin Tristan ingin bersalaman dengannya. Namun, tiba-tiba Tristan melingkarkan sebuah gelang di tangannya.
"Kak ... Ini apa?" tanyanya.
"Aku sudah bilang kalau sebentar lagi kita jadi satu keluarga. Aku tidak suka melihat anggota keluargaku tampil sangat sederhana. Bagiku itu memalukan. Jadi, mulai sekarang, pakai pakaian yang bagus dan pantas!" ucap Tristan dengan tegas seperti orang marah.
Ralina menggaruk kepalanya karena keheranan. "Kakak tadi sudah membelikan banyak barang juga. Ditambah dengan gelang ... Ini menurutku sangat berlebihan," ujarnya.
"Kalau kamu masih berpenampilan jelek lagi, aku akan memarahi ibu dan kakakmu," ancam Tristan.
Ralina jadi heran karena sekarang cara dia berpenampilan harus dinilai oleh calon kakak iparnya.
"Ayo keluar!" pinta Tristan.
Keduanya lantas sama-sama keluar dari mobil. Tak berselang lama, beberapa pelayan datang menghampiri. Tristan meminta para pelayan untuk mengeluarkan barang-barang yang ada di mobilnya.
"Sayang ...."
Karina berlari dari dalam rumah menghampiri Tristan. Dengan girangnya wanita itu langsung memeluk calon suaminya.
"Sayang, maaf, ya ... Ponselku rusak jadi tidak tahu kalau kamu menghubungiku. Temanku juga ulang tahun tidak mau aku tinggalkan ...."
Karina merengek manja memberikan penjelasan agar Tristan tidak memarahinya. Ia sebenarnya kaget saat mengecek ponsel ada pesan dan panggilan dari Tristan yang terlewat.
Ibunya juga puluhan kali menelepon sampai akhirnya ia mengangkatnya. Ia dimarahi habis-habisan. Hari itu juga ia mencari jadwal penerbangan sehingga bisa langsung sampai dengan cepat.
Karina sempat datang ke kantor, namun Tristan tidak ada di tempat.
"Sayang, kamu membawakan aku banyak hadiah, ya?" tanya Karina sembari memeluk lengan Tristan mesra.
"Ya, aku membelikan hadiah untuk kamu dan Tante Laurent juga."
"Uh ... Terima kasih, Sayang ...."
Karina merasa senang mendengarnya. Itu berarti Tristan tidak marah dengan dirinya. Buktinya Tristan membelikan hadiah yang banyak untuknya.
"Loh, kenapa ada Ralin juga?" tanya Karina heran ketika melihat adiknya ikut mengeluarkan barang dari dalam bagasi bersama para pelayan. Ralina membawa satu kardus besar yang bahkan hampir menutupi kepalanya.
"Aku bertemu dia di jalan, jadi sekalian aku ajak pulang. Katanya kamu memakai mobilnya terus?"
Karina panik ternyata adiknya mengadukan hal itu pada Tristan.
"Ah, itu ... Mobilku rusak dan belum selesai diperbaiki jadi aku pinjam dulu mobil Ralin. Aku tidak sering meminjam mobilnya kok, hanya kalau terpaksa saja," kilahnya.
"Kamu jangan pernah lupa pesanku. Jaga nama baik keluargamu, jangan sampai ada yang merendahkan," kata Tristan memberi penegasan.
"Iya, aku juga tidak macam-macam ... Aku juga sudah berhenti minum-minum, clubbing, juga balapan liar. Aku sekarang sibuk mengurus salon yang kamu berikan."
Tristan merasa muak mendengar penjelasan Karina yang sangat bertolak belakang dengan informasi yang diberikan Hansan padanya. Karina masih belum berubah.
"Kamu perhatikan juga adikmu! Keluargamu tidak kekurangan uang kan, untuk mengurusnya? Kenapa penampilannya sangat jelek?"
Karina tercengang dikomentari Tristan tentang adiknya. Ia memang tidak pernah peduli dengan Ralina, yang ia pedulikan dirinya sendiri.
"Itu ... Aku kan sudah pernah bilang kalau memang selera fashion adikku itu aneh. Dia tidak suka berpenampilan rapi."
"Tadi aku mengajaknya untuk membantu membelikan hadiah untukmu. Orang-orang mengira kalau dia pembantu! Bagaimana kalau orang tahu aku bertunangan dengan wanita yang adiknya seperti pembantu? Apa aku tidak akan dikiran pelit pada keluargamu?" Tristan menampilkan ekspresi kesal.
Karina berusaha merayu calon suaminya. "Aku minta maaf, Sayang. Nanti aku nasihati Ralin supaya berhenti mempermalukan keluarga."
"Itu bagus! Jangan sampai terjadi lagi!"
"Iya, Sayang ... Kamu jangan kesal terus-terusan," rengek Karina.
"Aku juga tidak mau seperti ini. Kamu yang tidak pernah mau berubah."
"Baiklah, kali ini aku benar-benar akan berusaha agar kamu tidak marah, Sayang ... Apa kamu mau mampir ke dalam sebentar?" ajak Karina.
"Tidak perlu. Aku ada urusan setelah ini. Kapan-kapan saja aku mampir. Kamu coba buka hadiah-hadiah dariku," kata Tristan.
Karina mengulaskan senyum. "Aku akan menyukai semua hadiah darimu, Sayang ...."
"Aku pulang dulu," pamit Tristan seraya mencium pipi Karina.
Perasaan Karina langsung berbunga-bunga. Meskipun kelihatannya dingin dan angkuh, lelaki itu sangat mencintainya sampai membelikan banyak hadiah untuknya. Ia tak sabar menantikan waktu menikah dengannya. Hidup Karina pasti akan sangat bahagia. Ia tak perlu bekerja, cukup berfoya-foya setiap hari menikmati hasil kerja keras Tristan. ia sangat menantikan saat itu tiba.
kira" kemana raliba apa diculik jg sama bobby bisa sj kn raliba dpt info dr seseorang beritahu kbradaan karina yg trnyata dibohongi jg sma orang itu krn oerginya ralina g ada yg tau knp hamin g ngejar waktu itu
tristan pdkt sama ralina ny jngan kasar"
klo g kabur masa iya tristan rela jd suami karina yg urak an demi mnjaga ralina udah dikuras uagnya msih korban raga pdhl udah menyadari klo suka sama ralina... buang " ttenagadan harta tristan
ralina kabur kemana nih
iklaskn ralina yg sudah di incar trintan dr kecil
ralina d culik jga sma karina apa ya? duuhhh ko jd ngilang2 kmna lgi ralin...,,