SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama Untukmu Tapi Tidak Untukku
“Hai Gavin, aku tadi memanggilmu di Victory Cafe tapi kau tidak menoleh sedikitpun.” Sapa seorang wanita pada pria 28 tahun itu, Zoya hanya menatap sekilas lalu membawa pandangannya keluar cafe.
“Aku tadi sedang buru-buru.” Jawab Gavin dengan nada dingin.
“Oh ya aku bisa melihatnya tadi, kau sedang apa di sini?”
“Berkencan.” Zoya langsung menatap Gavin dengan tajam dan Gavin membalasnya dengan tatapan tak kalah tajam.
“Kau bercanda ya.”
“Tidak Rose, aku memang sedang berkencan dengan kekasihku, kenalkan, dia Zoya, calon istriku.” Zoya semakin kesal dengan Gavin yang seenaknya memperkenalkan dia sebagai calon istri pada orang lain.
Rose menatap Zoya dengan tatapan tak suka dan meremehkan.
“Kenapa seleramu malah bocah seperti ini? Aku jauh lebih baik dari dia.” tutur Rose, Zoya yang kesal lalu berdiri menyamakan tubuhnya dengan Rose.
“Dari segi apa kau lebih baik dariku? Lihatlah penampilanmu yang tidak ada bagusnya sama sekali.” Rose menganga, karena baru kali ini ada orang yang mengomentari penampilannya.
“Asal kau tau ya, aku ini seorang model terkenal, selera dalam berpakaian ku selalu mendapatkan pujian dari siapapun.”
“Oh ya, tapi aku tidak suka dengan pakaianmu, menurutku itu terlihat udik dan memalukan.” Rose akan melayangkan tamparan ke Zoya namun dengan cepat ditahan oleh Zoya.
“Jangan pernah menyentuhku atau kau akan aku buat malu di cafe ini, bukankah kau model terkenal? Reputasi mu akan rusak jika bertengkar denganku di sini.” Zoya melepaskan tangan Rose, wanita itu mendengus kesal lalu duduk di pangkuan Gavin dengan mesra.
“Dia milikku, kau tidak boleh merebutnya dariku.”
“Kau ini tidak tau malu ya? Kau duduk dipangkuan calon suami orang? Cih memalukan.” Rose semakin geram, Gavin memanfaatkan suasana ini, dia malah merangkul pinggang Rose yang membuat Rose merasa menang.
“Haha lihat bagaimana mesranya calon suami kamu denganku, asal kau tau ya, aku dan Gavin sudah sering tidur bersama, kau tidak bisa menggantikan posisiku di hati Gavin.” Zoya merasa harga dirinya diinjak oleh Rose, padahal dia tidak merasakan cemburu sama sekali pada Gavin, yang ada hanya ego untuk menang dari Rose saja.
“Oh ya, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu model terkenal, apakah kau yang terbaik atau aku untuk Gavin.” Zoya menarik tubuh Rose dari pangkuan Gavin lalu dia duduk dengan manja dan mengalungkan lengannya di leher Gavin.
Zoya mendekatkan wajahnya ke wajah Gavin lalu mencium bibir pria itu dengan sempurna, Rose tidak menyangka dengan semua itu, dia semakin kesal dan ingin menarik Zoya namun gerakan tangan Gavin membuatnya berhenti, wanita itu lalu pergi begitu saja dari cafe itu dengan perasaan marah luar biasa.
Zoya yang merasa Rose sudah pergi, langsung menjauhkan wajahnya dari Gavin namun pria itu malah menekan tengkuknya dan lebih memperdalam ciumannya pada Zoya, Zoya berusaha untuk menjauh tapi tenaga Gavin lebih besar darinya, sebelah tangan Gavin menarik dan menahan pinggang Zoya dan sebelah lagi menekan tengkuk Zoya, Gavin menggigit bibir bawah Zoya sehingga bibir itu sedikit terbuka dan Gavin berhasil memasukkan lidahnya dalam rongga mulut Zoya, hal itu sontak membuat Zoya kaget, lidah Gavin bermain indah dalam mulutnya, membelit lidah Zoya dan mengabsen deretan gigi putih Zoya.
Zoya yang memang tidak pernah melakukan hal itu merasa aneh, dia tidak bisa mengimbangi permainan lidah Gavin dalam mulutnya. Karena sentuhan hangat dan lembut dari Gavin di pinggangnya, Zoya merasakan sensasi luar biasa dalam dirinya sehingga dia kembali memejamkan mata dan menikmati ciuman panas yang Gavin berikan padanya.
Zoya mulai mengimbangi permainan lidah Gavin dan akhirnya mereka berciuman dengan hangat di cafe itu tanpa mempedulikan siapapun.
Tangan Zoya kini tak hanya diam, dia meraba rahang tegas dan wajah Gavin sembari menikmati lidah Gavin yang masih bermain di dalam mulutnya.
Zoya akhirnya mendesah tertahan, karena mulutnya kini terisi dengan lidah Gavin, mereka saling bertukar saliva hingga akhirnya ciuman mereka terlepas. Zoya menatap lekat wajah tampan milik Gavin, pria itu sudah merebut ciuman pertamanya, dia mulai bangkit dari pangkuan Gavin dan pergi dari cafe itu.
Zoya merasakan ada yang aneh di hatinya, ini hal pertama untuk Zoya. Gavin menyusul Zoya keluar dan membukakan pintu untuk gadis itu, kali ini tak ada percakapan apapun di antara Zoya dan Gavin, mereka saling terdiam memikirkan hal yang mereka lakukan tadi.
Gavin mengantarkan Zoya ke apartemennya, Zoya turun setelah mengucapkan terima kasih pada Gavin. Pria itu terus memperhatikan Zoya hingga gadis itu memasuki apartemen, dia tersenyum.
“Aku sudah banyak menikmati wanita, bahkan ini bukan hal pertama untukku, tapi kenapa aku merasa aneh saat berciuman dengan Zoya tadi? Seakan ada aliran listrik yang mengalir dalam tubuhku, ini adalah ciuman yang indah, dia memang amatir tapi mampu membuat aku gila hanya karena sentuhan tangannya di wajahku serta sentuhan bibirnya di bibirku. Aaahh Zoya, kau membuat aku gila.” Gavin tersenyum lalu mengendarai mobil itu menuju halte bis tempat sopir taksi itu menunggu.
Gavin kembali memberikan beberapa lembar uang pada si sopir lalu berjalan menuju apartemen nya.
...***...
Di apartemen Zoya ternyata sudah ada Zay, Gaby dan juga Haven. Zoya langsung memeluk Zay karena memang begitu merindukan Zay.
“Aku merindukanmu Zay.”
“Aku juga, kamu sudah makan?”
“Sudah, aku tadi makan diluar.”
“Kamu habis darimana?”
“Cafe yang nggak jauh dari sini.”
“Sama siapa?”
“Teman baru Zay.”
“Cewek apa cowok.”
“Kau ini kenapa? Jangan banyak tanya.”
“Haha oke aku bawa makanan untukmu, cobalah.”
“Oh ya.”
Zoya sangat senang melihat makanan yang di bawa oleh Zay, dia juga menyalami Haven yang duduk di atas sofa.
“Bagaimana kabarmu Zee?”
“Aku baik, apa Zay menyusahkan mu?”
“Haha tidak, tenang saja.”
Mereka duduk bersama di ruang tamu, malam ini Zay akan menginap di apartemen Zoya karena dia dan Haven akan mengurus beberapa urusan di Amerika.
“Apa besok ada jadwal kuliah?” tanya Haven pada Zoya.
“Besok libur, aku tidak kuliah.”
“Bagaimana kalau kita keluar, aku ingin mengajakmu jalan-jalan Zee.”
“Hm boleh, kita bersama?”
“Tidak, besok aku main pergi dengan temanku.” Timpal Gaby.
“Aku juga ada urusan besok.” Sahut Zay, mereka sengaja ingin memberi peluang untuk Haven mendekati Zoya.
“Berarti kita berdua ya.”
“Kamu mau kan Zee?”
“Iya aku mau, udah lama juga kita tidak pergi berdua, terakhir kali saat aku baru masuk SD.” Mereka semua tertawa, memang Haven merupakan teman kecil Zain, Zay dan Zoya, orang tua Haven merupakan teman dari Zoya.
Saat akan tidur, Zoya menerima pesan dari Gavin yang mengatakan kalau besok dia ingin bertemu dengan Zoya.
[Aku ingin bertemu denganmu besok, kau tidak kuliah kan.]
Zoya tak membalas pesan itu, dia berniat untuk menjauhi Gavin, entah apa yang dia rasakan namun dia tidak ingin menemui Gavin lagi.
...***...