NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Anjelo

Simpanan Tuan Anjelo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Ama Apr

Zeona Ancala berusaha membebaskan Kakaknya dari jeratan dunia hina. Sekuat tenaga dia melakukan segala cara, namun tidak semudah membalikan telapak tangan.

Karena si pemilik tempat bordir bukanlah wanita sembarangan. Dia punya bekingan yang kuat. Yang akhirnya membuat Zeona putus asa.

Di tengah rasa putus asanya, Zeona tak sengaja bertemu dengan CEO kaya raya dan punya kekuasaan yang tidak disangka.

"Saya bersedia membantumu membebaskan Kakakmu dari rumah bordir milik Miss Helena, tapi bantuan saya tidaklah gratis, Zeona Ancala. Ada harga yang harus kamu bayar," ujar Anjelo Raizel Holand seraya melemparkan smirk pada Zeona.

Zeona menelan ludah kasar, " M-maksud T-Tuan ... Saya harus membayarnya?"

"No!" Anjelo menggelengkan kepalanya. "Saya tidak butuh uang kamu!" Anjelo merunduk. Mensejajarkan kepalanya tepat di telinga Zeona.

Seketika tubuh Zeona menegang, mendengar apa yang dibisikan Anjelo kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7

Embusan napas Anjelo terasa hangat menerpa ceruk leher Zeona. Gadis itu memejamkan mata dengan erat ketika Anjelo mendaratkan kecupan singkat di bahunya yang masih tertutup kemeja.

"Kamu wangi sekali. Saya suka parfum yang kamu pakai. Terkesan seksi dan meng ga irahkan."

Merinding seluruh tubuh Zeona. Dia mengepalkan tangan kuat-kuat.

"Saya mau mandi dulu!" Anjelo menjauhkan wajahnya. Lelaki berbadan kekar itu melenggang menuju kamar mandi, namun langkahnya terhenti karena Zeona tiba-tiba membuka suara.

"Tunggu dulu Tuan!"

Anjelo membalik badan. Ada senyum tipis yang membingkai wajah tampannya. "Ada apa? Apakah kamu ingin menemani saya mandi?"

"T-tidak T-Tuan. T-tapi bb-bisakah kita berbicara dulu. Ss-saya ingin me-menyampaikan ss-sesu-atu," kata Zeona dengan suara tersendat-sendat karena rasa takut dan gugup yang mencengkram kalbu.

Gelengan kepala diberikan Anjelo sebagai jawaban atas permintaan Zeona. Membuat gadis itu mendesah kecewa.

Sepeninggal Anjelo. Zeona terduduk lesu di tepian ranjang. Menggigit bibir bawahnya dibarengi dengan meremat jemari.

"Ya Tuhan ... apakah aku benar-benar akan melakukan zin*?"

Hati kecilnya menjerit protes. Tapi bayangan tubuh Kakaknya yang memar-memar membuat Zeona tak punya pilihan. Selain menyerahkan kepe ra wa nan.

"Janganlah kamu mendekati zina! Karena zina itu sungguh suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk." 

Mendadak ceramah guru agama di sekolahnya berseliweran di kepala. Menghadirkan keraguan yang membingungkan pikiran.

"Jauhilah perbuatan keji itu anak-anakku sekalian. Karena selain Allah akan murka pada kita, di dunia pun kita akan mendapatkan cela. Naudzubillah himindzalik!"

Zeona sudah ingin beranjak untuk pergi melarikan diri dari kamar hotel tersebut, tapi bayangan sang Kakak kembali hadir. Lalu satu ide muncul dalam benaknya. Kebingungan dan rasa takut berdosa itu perlahan sirna.

Zeona membulatkan tekad dan meyakinkan diri untuk mengutarakan permintaannya kepada Anjelo. "Ya Tuhan ... semoga Tuan Anjelo mau mengabulkan satu keinginanku lagi." Zeona melirih seraya mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajah.

Pintu kamar mandi terbuka. Anjelo keluar dengan rambut yang lembab dan hanya mengenakan bathrobe saja.

Buru-buru Zeona memalingkan wajah. Tak ingin melihat tubuh menawan milik pria matang yang kini perlahan berjalan menyamperinya.

Wangi sabun dan shampo menguar. Memanjakan hidung lancip Zeona.

"Sudah siap Zeona?" Pertanyaan itu terdengar mengerikan. Layaknya sebuah kalimat tanya yang dilontarkan malaikat di dalam kubur.

Dalam satu waktu, Zeona beberapa kali meneguk ludahnya yang mendadak terasa pahit. Dia kesulitan merangkai kata.

Apalagi ketika jemari panjang dan besar Anjelo mulai membelai pipi mulusnya. Keta kutan dan kenge rian bercampur menjadi satu. Menjadikan fungsi otak menjadi tumpul.

Mengeluarkan tenaga sepenuhnya untuk mengutarakan permintaannya.

Sebelum kedua tangan Anjelo meluruhkan semua kancing bajunya, Zeona lekas menjatuhkan tubuhnya di lantai. Bersujud di bawah kedua kaki Anjelo. Membuat pria rupawan itu menegang.

"T-Tuan, sebelum Tuan mema kai tv bvh saya, bolehkan saya mengajukan satu permintaan lagi?" Zeona berkata dengan suara bergetar dan penuh harap.

Anjelo berdecih. Dia melipat kedua tangannya di dada. "Apalagi yang kau inginkan, Zeona?!" Suara berat dan tegas itu bagai guntur yang menggelegar. Menciutkan nyali Zeona Ancala. "Saya sudah berbaik hati akan membayar pembebasan Kakakmu. Cepat katakan! Apalagi yang kau inginkan!" Anjelo menaikan nada suaranya. Membuat gadis yang bersimpuh di bawah kakinya ketar-ketir gemetaran.

Demi sang Kakak, Zeona memberanikan diri mengungkapkan keinginannya.

"Nikahi saya Tuan!"

Terbelalak Anjelo mendengarnya. Sepersekian detik, pria bermata tajam itu terdiam. Detik selanjutnya, ia tertawa terbahak-bahak. "Dasar gadis gila!" ejeknya setelah selesai dari tawanya. "Berani sekali kau meminta hal itu kepadaku! Memangnya kau ini siapa, hah?!" hardikan demi hardikan dilontarkan Anjelo pada Zeona.

Zeona menahan laju air matanya. Dia tidak boleh lemah dan menangis. "Ini demi kebaikan kita Tuan. Ss-"

"Kebaikan kita?!" Laungan lantang memutus perkataan Zeona. "Kebaikan apa yang kau maksud gadis kecil?!" sinis Anjelo tidak habis pikir.

"K-kebaikan agar kita tidak melakukan zin*. Jika Tuan seorang muslim, pasti Tuan tahu apa yang saya bicarakan. Bukannya saya sok suci dan ingin menceramahi ... tapi tolonglah Tuan, kasihanilah saya!" Zeona menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada dengan mata berkaca-kaca.

"Tuan bilang kalau saya harus menjadi budak n a f s u Tuan seumur hidup saya. Secara tidak langsung, selama itu pula kita akan terus berbuat dosa. Jadi, demi menghindari perbuatan dosa itu, lebih baik kita menikah saja. Nikah secara agama pun saya bersedia Tuan. Asalkan hubungan b a d a n yang nanti kita lakukan ada dalam ikatan yang diridhai Tuhan. Tolonglah Tuan ... tolong kabulkan permohonan saya ini. Saya berjanji akan mengabdikan seluruh hidup saya untuk Tuan Anjelo. Saya akan menuruti semua perintah Tuan." Zeona mengakhiri ucapannya dengan berderai air mata. Dia melafalkan doa semoga Anjelo mau mengabulkan permohonannya.

Masih dengan posisi berdiri, Anjelo nampak berpikir. Semua kesanggupan yang diucapkan Zeona jelas-jelas sangat menguntungkan bagi dirinya. Seringai terbit di bibir. Anjelo berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan Zeona. "Baiklah Zeona. Saya bersedia menikahi kamu secara siri." Berbunga-bunga hati Zeona mendengarnya. Dia bersyukur karena Anjelo mau mengabulkan permohonannya. Setidaknya, dia tidak akan terjerumus dalam kubangan dosa dan Kakaknya juga dapat bebas dari kungkungan Miss Helena.

"T-terima kasih, Tuan. Terima kasih atas kemurahan hatinya. Saya berjanji akan menuruti semua perintah Tuan." Bendungan air asin jebol. Merembes membasahi kedua pipi Zeona.

"Lalu bagaimana dengan kewajiban dan hak suami istri?" Anjelo bertanya memastikan. Dia tak mau dipusingkan dengan hal itu. Pernikahannya dengan Vivian sudah berada di titik jenuh. Dia tak mau menambah beban hidupnya dengan memikirkan semua kebutuhan Zeona dan keluhan-keluhannya.

"Tuan tidak usah khawatir. Saya tidak akan menuntut apapun dari Tuan. Baik itu uang bulanan, perhatian ataupun kewajiban lainnya. Ikatan suami istri di antara kita berdua hanya sebuah status untuk mengurangi dosa zin*." Zeona menjawab dengan mantap. Tanpa memikirkan bagaimana nasib dirinya ke depannya. "Kita jalani hidup kita masing-masing. Jika Tuan butuh pela yanan, maka saya akan langsung datang ke tempat yang Tuan tentukan." Zeona melanjutkan ucapannya. 

Angguk-angguk kepala Anjelo. Dia terkekeh pelan. Merasa senang karena pernikahan siri itu sangat menguntungkan untuk dirinya, tapi merugikan bagi Zeona. "Kamu itu pintar, Zeona, tapi juga bodoh!" batin Anjelo. 

"Baiklah Zeona. Saya setuju!" Anjelo mengulurkan tangannya. Dan disambut cepat oleh Zeona. "Setelah kita resmi menikah dan saya mendapatkan hak saya sebagai suami ... Saya akan langsung membebaskan Kakakmu dari muci kari itu." Anjelo melepas jabatan tangannya dari tangan Zeona. 

"Terima kasih Tuan. Tapi bolehkah pernikahan kita dipercepat? Saya sudah sangat ingin melihat Kakak saya bebas." Desak gadis berkemeja merah muda itu tanpa pikir panjang. 

"Tentu saja bisa. Malam ini juga, saya akan menikahi kamu!" 

1
Diah Salwa Nabila
maaf bukan menyaperi thor tapi menghampiri🙏
Ama Apr: Siap Kak☺
ke depannya aku ganti deh🤭
Diah Salwa Nabila: Iyah sama2 cuman kaya kurang cocok maaf cuman saran yah thorr hehe 🙏
total 3 replies
Gato Piola
Menyentuh banget.
Ama Apr: Makasih Kakak🥰
total 1 replies
Ama Apr
Siap Kak🥰
Makasih udah baca😊
Ma.Cristina Alvaro
Jangan lupa update setiap hari, saya suka banget dengan ceritanya 👏
Ama Apr: Insya Allah, siap Kak.
Makasih udah baca🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!